“TUMBUH SEHAT JIWA DI ERA DIGITAL: PERAN PERAWAT BAGI GENERASI Z”

Di tengah derasnya arus informasi, interaksi serba instan, dan eksposur media sosial tanpa henti, Generasi Z—yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012—menghadapi tantangan psikologis yang jauh berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka dituntut untuk cepat beradaptasi, tampil sempurna, dan selalu terhubung. Di balik kemajuan teknologi, ada satu hal penting yang harus diperhatikan: kesehatan jiwa.

Membangun jiwa yang sehat di era digital bukanlah hal yang mudah. Generasi muda saat ini perlu ruang aman untuk bertumbuh, tempat untuk didengar, serta dukungan dari sistem kesehatan yang peka dan adaptif. Dalam hal ini, perawat memegang peran strategis—bukan hanya dalam pelayanan kuratif, tetapi juga sebagai agen promotif, preventif, dan pendamping kesehatan mental bagi generasi muda.

Era digital membuka akses luas ke informasi dan peluang, namun juga membawa tantangan: kecemasan sosial, krisis identitas, cyberbullying, dan tekanan citra diri yang dibentuk media. Banyak Gen Z merasa terisolasi meski terlihat aktif secara daring. Tekanan ini dapat berdampak pada tumbuh kembang psikologis mereka, termasuk kemampuan membangun relasi sehat, mengelola emosi, dan memiliki rasa aman.

Studi WHO (2021) menunjukkan bahwa satu dari tujuh remaja mengalami gangguan mental, namun sebagian besar tidak mendapatkan penanganan yang memadai. Maka, perhatian terhadap kesehatan jiwa bukan lagi pilihan, melainkan sebagai kebutuhan. Dalam ekosistem layanan kesehatan, perawat adalah tenaga yang paling dekat secara waktu dan emosi dengan pasien, termasuk kelompok usia muda. Peran mereka menjadi sangat penting dalam upaya menumbuhkan jiwa sehat di tengah tantangan zaman, diantaranya :

1. Membuka Ruang Aman bagi Gen Z Bertumbuh

Perawat dapat menjadi safe person—orang pertama yang dipercaya untuk mendengar keluhan psikologis tanpa menghakimi. Sikap empatik, ramah, dan terbuka menjadi kunci membangun hubungan yang sehat antara perawat dan pasien muda.

2. Edukasi dan Promosi Kesehatan Jiwa

Perawat berperan sebagai edukator, menyampaikan informasi penting seputar kesehatan jiwa dengan pendekatan yang mudah dipahami dan tidak menggurui. Melalui penyuluhan di sekolah, kampus, atau media sosial, perawat bisa menjangkau Gen Z dengan bahasa mereka sendiri.

3. Deteksi Dini dan Intervensi Ringan

Melalui observasi dan komunikasi rutin, perawat dapat mengenali tanda-tanda awal gangguan mental, seperti perubahan perilaku, menarik diri, atau keluhan somatik. Langkah awal ini sangat krusial untuk mencegah gangguan berkembang lebih lanjut.

4. Kolaborasi dalam Layanan yang Terintegrasi

Perawat juga menjadi penghubung antara pasien dan layanan psikolog/psikiater. Mereka berperan dalam sistem rujukan, serta dalam tim multidisiplin untuk memastikan intervensi berkelanjutan.

5. Adaptasi Teknologi untuk Kesehatan Jiwa

Memahami pola hidup digital Gen Z, perawat bisa memanfaatkan platform daring untuk menyampaikan edukasi, konseling dasar, atau kampanye self-care secara kreatif dan relevan.

Tumbuh sehat jiwa di era digital bukanlah hal yang dapat dicapai dengan satu pendekatan atau intervensi tunggal. Kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z menuntut adanya sistem dukungan yang menyeluruh—baik dari keluarga, lingkungan sosial, institusi pendidikan, maupun layanan kesehatan. Dalam ekosistem ini, perawat memiliki peran yang tidak bisa dikesampingkan. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai tenaga medis, tetapi juga sebagai pendamping, edukator, dan fasilitator tumbuh kembang jiwa yang sehat.

Diperlukan ekosistem yang peduli, responsif, dan mampu menjangkau remaja serta pemuda dengan pendekatan yang empatik dan relevan. Kehadiran perawat yang tidak hanya profesional dalam kompetensinya, tetapi juga humanis, peka terhadap dinamika remaja, dan mampu membangun komunikasi yang setara, menjadi modal penting dalam menjawab kebutuhan kesehatan jiwa generasi ini. Pendekatan berbasis kepercayaan dan kedekatan emosional akan membuat Gen Z merasa aman dan lebih terbuka untuk menerima bantuan.

Rumah sakit, puskesmas, dan institusi pendidikan perlu memberi ruang yang lebih besar bagi perawat untuk terlibat aktif dalam upaya promotif dan preventif di bidang kesehatan mental. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan keperawatan jiwa yang berkelanjutan, penyediaan media komunikasi yang ramah anak muda, serta dukungan kebijakan yang memfasilitasi layanan kesehatan jiwa yang inklusif dan mudah diakses.

Dengan kapasitas yang tepat dan dukungan sistem yang memadai, perawat dapat menjadi pondasi penting dalam membentuk Generasi Z yang lebih kuat secara mental, resilien menghadapi tekanan zaman, serta memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya menjaga kesehatan jiwa sejak dini. Bersama perawat, kita tidak hanya merawat yang sakit, tetapi juga menjaga agar generasi muda dapat bertumbuh secara utuh—sehat jiwa, sehat raga, dan siap menghadapi masa depan.

Sumber :

Purnama, S., & Fitriani, R. (2022). Peran perawat komunitas dalam promosi kesehatan mental remaja. Jurnal Keperawatan Jiwa Indonesia, 10(2), 85–92.

Weiler, R., Anderson, J., & Vink, J. (2020). The role of nurses in youth mental health: A review. Journal of Mental Health Nursing, 29(3), 245–252. https://doi.org/10.1111/jmhn.1320

Twenge, J. M. (2017). iGen: Why today's super-connected kids are growing up less rebellious, more tolerant, less happy—and completely unprepared for adulthood. Atria Books.

Penulis: 
Dewi Sartika Sari, AMK (Perawat Pelaksana)
Sumber: 
Perawat RSJD dr Samsi Jacobalis

Artikel

30/09/2025 | Veka Padila,S.Kep.,Ns
29/09/2025 | Riza pahlepi putrawansyah
29/09/2025 | Ns. Nurya, S.Kep.
29/09/2025 | Ns. Nurya, S.Kep
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori