DAMPAK BURUK DARI TONTONAN FILEM BAGI ANAK-ANAK
Disusun Oleh: Galih, A.Md.Kep
Dengan adanya kemajuan teknologi elektronik terutama di bidang media sosial, menyediakan kemudahan dalam mengaksesnya. Adapun tontonan filem menjadi salah satu yang paling banyak di akses, bahkan kehadiran filem dimedia sosial sangat digemari oleh segala umur dan kalangan. Cerita demi cerita dan ragam karakter yang ada, selalu di nanti oleh pengemarnya. Bahkan sudah menjadi tuntutan bagi penyedia perfileman. Sehingga perfileman yang di tampilkan beraneka ragam, selalu berubah dan berinofasi sesuai dengan tuntutan zaman dan penggemar.
Banyaknya tuntutan dan penggemar filem menjadikan banyaknya penyedia perfileman yang bermunculan. Perfileman menjadi seperti barang dagangan yang dijual dengan berbagai bentuk dan jenis, di kemas dengan sebegitu rupa agar menarik dan digemari. Perfileman yang muncul di media sosial memiliki berbagai macam dan tanpa pengawasan, bahkan perfileman yang ditampilkan terkadang diluar nalar dan diluar norma. Hal ini dapat terjadi dikarenakan mudahnya perfileman masuk dan mudah dalam mengaksesnya, serta sulitnya pengawasanya.
Sebagian penyedia perfileman tak lagi memikirkan sebab akibat, yang terpenting laku dijual dipasaran dan tentunya mendapatkan keuntungan, sehingga menerobos norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari perfileman tidak menjadi tolak ukur bagi sebagian penyedia perfileman, yang terpenting hasil yang didapat. Maka tugas kita bersama untuk saling mengawasi, terutamanya orang terdekat kita dan anak-anak.
Anak-anak merupakan aset baik bagi orang tua, keluarga, masyarakat dan Negara, oleh karena itu mereka mesti kita jaga kehadiranya. Mereka kelak yang akan menjadi penerus orang-orang tua, kehadiranya tentunya menjadi harapan bersama. Dengan memberikan kesiapan yang baik diharapan mereka menjadi generasin berlian nantiya. Mendidik dan menjaga mereka mejadi kunci keberhasilan menjadikan generasi berlian, terutama di zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi pada saat ini. Salah satu langkah yang mesti kita lakukan adalah menghindari dampak buruk dari tontonan filem yang anak-anak sukai.
Dampak merupakan suatu waktu kondisi bahwa adanya suatu keadaan dimana adanya hubungan antara satu orang dengan yang lain dan berpengaruh dengan apa yang dipengaruhi. Bila dijelaskan secara singkat dampak dapat diartikan sebagai akibat atau pengaruh. dampak sendiri dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
Dampak Positif
Yang dimaksud dari dampak positif yaitu suatu kemauan untuk mencapai, meyakini, orang lain supaya ingin ikut atau mendukung keinginannya. Orang yang sering berpikir positif akan tahu bahwa ia telah memikirkan sesuatu yang buruk dan akan tersadar dengan sendirinya. Dapat diartikan juga bahwa kata dari dampak positif adalah kemauan untuk mencapai dan meyakini orang lain agar mengikuti pemikiran yang baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak positif memberikan kebaikan bagi yang terdampak. Untuk dampak positif dari tontonan filem bagi anak menjadi harapan bagi kita semua, karena sifatnya baik untuk anak. Anak akan mendapatkan hal baik dari filem dia tonton.
Dampak Negatif
Sedangkan untuk dampak negatif berdasarkan maknanya yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dampak negatif adalah akibat kuat yang ditimbulkan oleh pengaruh negatif. Sedangkan menurut beberapa pendapat bahwa dampak negatif lebih besar pengaruh buruknya daripada dampak positifnya. Dapat disimpulkan bahwa dampak negatif adalah kemauan untuk mencapai dan meyakini orang lain agar mengikuti pemikiran yang buruk dikarenakan akibat tertentu.
Berdasarkan uraian yang ada maka dampak negatif yang di timbulkan dari filem ini lah yang mesti kita hindari. Karena dampak buruk yang dihasilkan dari filem akan mempengaruhi prilaku, karakter dan kebiasaan anak. Bila di biarkan maka anak akam memiliki kepribadian yang menyimpang atau buruk. Karena sifat filemnya negatif maka keburukan yang di hasilkan, oleh sebab itu kita jaga dan awasi anak-anak saat menonton filem baik di media sosial, TV, maupun dengan alat elektronik lainya. Salah satu contoh filem yang mesti kita hindari dari anak-anak yaitu filem yang menampilkan kekerasan, pelecehan, atau filem yang tidak pantas di tonton anak-anak.
Pemerintah sudah berupaya untuk membatasi dan mengatur penyiaran perfileman di Negara, dapat ditinjau dari UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, dijelaskan bahwa lembaga penyiaran adalah media komunikasi massa yang berperan penting didalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Seharusnya penyedia perfileman tidak melakukan kebebasan dalam menayangkan sesuatu yang tidak pantas untuk ditayangkan dan tidak memiliki nilai moral, akhlak, budaya, kepribadian dan persatuan bangsa.
Nmaun pada kenyataanya masih banyak penyedia perfileman masih menayangkan filem yang tidak berazaskan moral, akhlak, budaya, kepribadian dan persatuan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari adanya sebuah tayangan film kartun yang menayangkan sebuah cuplikan kekerasan dengan unsur komedi yang ditonton oleh anak kecil usia dini. Maka dari itu adanya pengaruh dari media terhadap perilaku anak, dengan umur yang masih belia, anak kecil menirukan semua yang dilihat.
Dampak buruk dari tontonan perfileman itu dimulai dari kebiasaan saat kecil. Proses wiring atau yang dimaksud juga dengan proses penyambungan antara sel-sel saraf dalam otak menjadi tidak sempurna akan terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun yang dibiarkan menonton perfileman sejak dini oleh orang tuanya. Tayangan filem yang dapat mengeksploitasi kerja otak anak-anak. Anak-anak biasanya akan meniru segala sesuatu yang ditontonnya, jika perilaku positif yang ditiru nya itu tidak menjadi masalah, tapi tidak tahu mengapa anak-anak lebih suka meniru sesuatu atau adegan yang negatif pada tontonannya.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pernah mengeluarkan peringatan terhadap 13 kartun yang pernah ditayangkan di televisi. Hal ini dilakukan karena tayangannya mengandung kekerasan, adegan kesurupan, adegan horor, dan konflik pribadi yang diberikan sanksi.
Sedangkan berdasarkan kajian dari peneliaan yang dilakukan oleh beberapa peneliti diperoleh hasil bahwa kebanyakan, anak usia dini menghabiskan lebih banyak waktu menonton daripada bersama orang tuanya terlebih dengan orang lain. Anak-anak lebih cendrung asik sendiri dan mengabaikan lingkungan sekitar anak. Anak-anak didapatkan mulai mengalami perubahan prilaku salah satunya lebih suka menyendiri, emosi labil, berperilaku aneh dan tak wajar, kadang membisu. Masih banyak lagi akibat buruk yang di dapat dari hasil kajian penelitian yang tidak dapat dituangkan.
Terkait perfileman diperoleh banyaknya tayangan filem kartun di media yang mudah di akses anak-anak dan filemnya dikemas sedemikian rupa yang tentunya disukai banyak anak-anak. Banyaknya perfileman yang menyampingkan norma, agama dan adat. Dan masih banyak penelitian yang membahas dan mendapatkan hasil tentang perfileman yang tidak layak untuk anak-anak beredar dan dengan mudah di akses oleh anak-anak di Negri ini. Hal ini tentu membuat khawatir para orang tua.
Salah satunya film anak-anak yang ditayangkan di media memiliki banyak tindakan kekerasan, dan dari keseluruhan film kekerasan yang paling menonjol adalah kekerasan psikologis dan kekerasan fisik. Dengan adanya tayangan kekerasan di media memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan model kekerasan terhadap anak-anak. Hal ini dapat terjadi karena adanya sifat meniru anak-anak dari apa yang dia tonton dan dia sukai.
Salah satu contoh sebuah tayangan film kartun yang mengandung unsur kekerasan, misalnya pada film Oggy and The Cockroaches yaitu salah satu film berasal dari luar negeri yang ditayangkan di stasiun Cartoon Network. Pada film ini banyak menggunakan unsur kekerasan seperti perkelahian, saling kejar mengejar untuk membunuh satu sama lain sebagai jalan keluar dari suatu masalah. Dalam filem ini ditampilkan juga adanya pemberian imbalan kepada anak-anak setelah melakukan tindakan kekerasan, berupa suatu perayaan yang dapat menarik perhatian anak-anak.
Bila filem model seperti ini yang ditonton anak-anak sudah tentu membuat anak-anak yang menonton semakin yakini bahwa tindakan kekerasan yang ada dalam film kartun ini adalah menyenangkan dan dapat dijadikan sebagai lelucon, serta dapat dijadikan suatu nilai bagi dirinya.
Melihat dari apa yang akan terjadi atau dampak buruk yang ditimbulkan dari tontonan filem yang salah, sudah saatnya untuk kita lebih mengawasi tontonan filem anak-anak terutama orang terdekat kita. Komunikasi yang baik, perhatian dan kepedulian kita yang dewasa dapat menjadi sebagian cara kita dalam mendekati dan mengawasi anak-anak terutama dalam menonton filem.
Sumber: Nurfeiza, Nabila Kirana. 2021. Dampak Kekerasan Film Kartun Pada Tingkah Laku Anak. Unikom.

