Kita mungkin tidak asing dengan bahasa stigma, bahkan mungkin kita hampir setiap hari mendengar atau mengucakkanya. Stigma yang merupakan suatu penilain, tanda atau cap negatif yang melekat pada seseorang atau kelompok karena karakteristik tertentu yang dianggap berbeda atau tidak sesuai dengan norma sosial. Hal yang dimaksud biasanya menyangkut keyakinan, sikap, atau perilaku negatif yang membuat orang atau kelempok tersebut dianggap atau dipandang rendah, ditolak, atau dihindari masyarakat.
Bentuk stigma yang biasanya muncul diantaranya stigma sosial, stigma kesehatan mental, stigma ras, dan stigma agama. Setiap stigma yang ada akan memiliki penilaian dan perlakuan yang berbeda tergantung dari keadaan lingkungan yang menyertainya. Namun yang mesti dipahami adalah setiap stigma yang muncul akan memberikan dampak pada seseorang atau kelompok yang mendapatkan stigma.
Dampak buruk atau dampak negatif yang di timbulkan ini lah, yang seharusnya dapat menjadi perhatian khusus. Pada umumnya seseorang atau kelompok yang mendapatkan stigma akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan bahkan akan di asingkan. Diaantara dampak negatif dari stigma adanya diskriminasi, isolasi sosial, masalah kesehatan mental, dan kesulitan dalam mengakses layanan penting seperti pendidikan dan pekerjaan. Sementara stigma yang dimunculkan sendiri terkadang belum ada kebenaran dan kebaikan di dalamnya.
Penyebab adanya stigma yang muncul diantaranya di karenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang keadaan yang ada telah berani memberikan kesimpulan dan penilaian, di tambah dengan adanya informasi yang salah dan stereotip yang salah tentang seseorang atau kelompok tersebut. Sikap seperti ini lah yang sering menyebabkan adanya penilaian negatif atau menimbulkan stigma pada seseorang atau kelompok. Stigma akan semakin melekat dan akan memberikan dampak yang lebih buruk lagi bila stigma telah dilakukan oleh seluruh masyarakat atau halayak ramai.
Adahal yang sering diabaikan dari stigma yang di munculkan yaitu, tanpa kita sadri kita telah membunuh karakter seseorang. Seseorang yang mendapatkan stigma baik secara individu maupun kelompok akan mengalami masalah pada kejiawaanya, bila hal ini dibiarkan terus menerus bisa jadi seseorang tersebut mengalami gangguan jiwa atau mengakhiri hidupnya. Terlebih stigma tersebut diberikan pada orang dengan gangguan jiwa, sikap untuk mengakiri hidupnya akan lebih tinggi.
Orang dengan gangguan jiwa telah mengalami guncangan hebat pada dirinya yang menyebabkan jiwanya terganggu, ditambah lagi stigma yang di munculkan jelas hal ini akan memperburuk keadaan dan kondisinya. Stigma pada orang dengan gangguan jiwa terkadang munculnya dari orang terdekatnya, sehingga dampak yang ditimbulkan akan lebih besar dan lebih cepat memperburuk keadaan. Orang yang seharusnya menjadi sandaranya justru tidak memberikan ruang dan tempat yang baik bagi dirinya. Wajar jiga banyak orang dengan gangguan jiwa menggambil jalan pintas dengan mengakhiri dirinya.
Bunuh diri akan menjadi pilihan terbaik bagi orang dengan gangguan jiwa saat mendapatkan stigma. Mereka akan kebingungan dan tidak tahu mau melangkah kemana, yang ada di dalam benaknya takut salah, takut tidak diterima, takut mengganggu dan ketakutan ini lah menjadi awal mula orang dengan gangguan jiwa memilih berdiam diri, menutup diri dan akhirnya memilih mengakhiri hidupnya. Bila hal ini terjadi siapa yang akan tanggung jawab, mungkin saat di dunia tidak aka ada tuntutan saat kita menyadari bahwa hal tersebut terjadi karena kekalaian kita. Harapan kita semua hal ini jangan sampai terjadi, bila telah terjadi perlunya penanganan segera agar tidak terjadi berulang.
Penting untuk segera dilakukan penanganan pada orang dengan gangguan jiwa yang mendapatkan stigma negatif dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Penangananya tidak hanya berfokus pada orang gangguan jiwanya saja melaikan pada keluarga dan masyarakat di sekitaran tempat tinggalnya. Akan menjadi percumah bila hanya orang dengan gangguan jiwanya yang mendampatkan penanganan sementara pencentus maslahnya tidak memahami, sehingga rentan untuk kejadian berulang. Oleh karena itu keluarga dan masyarakat penting untuk mengetahui dampak buruk dari stigma yang di tanamkan pada orang dengan gangguan jiwa.
Tugas bersama untuk memberikan pemahaman pada keluarga dan masyarakat yang memiliki orang gangguan jiwa di lingkungan tempat tinggal, agar tidak memberikan stigma negatif. Tugas ini terutamanya di beban kan pada tenaga kesehata dan perangkat pemerintahan serta di sokong oleh seluruh masyarakat. Dengan adanya kerja sama yang baik diharapkan masyarakat dan keluarga orang dengan gangguan jiwa memahami tentang stigma dan tidak melakukan stigma negatif pada orang dengan gangguan jiwa. Dengan bekal pemahaman yang di miliki keluarga dan masyarakat tentang dampak buruk stigma bagi orang dengan gangguan jiwa, diharapkan dapat mengurangi kejadian bunuh diri pada orang dengan gangguan jiwa.
Sumber: Buku Panduan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa. 2016. Banjarmasin.
Prabowo, Eko. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: Universitas Diponegoro.

