TINGKAT KEBERHASILAN PENERAPAN SAFEWARDS PADA PASIEN JIWA RAWAT INAP

Menjadi perawat yang bertugas di sebuah ruang rawat inap/bangsal di RSJ (Rumah Sakit Jiwa) adalah sesuatu yang luar biasa. Disini kita dapat melihat langsung karakteristik bangsal psikiatri yang rentan terjadi dan keunikan pada pasien gangguan jiwa. Adapun demikian, konflik antara para perawat dan pasien memungkinkan terjadi tindak kekerasan baik verbal maupun fisik dan dapat mengakibatkan ketidaknyamanan diantara kedua belah pihak, yaitu pasien dan perawat yang bertugas. Salah satu jawaban untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan pengembangan safewards di bangsal yang aman bagi pasien dan perawat. Penerapan safewards ini dapat juga dimodifikasi sesuai kemampuan pasien.

Safewards adalah sebuah model dan serangkaian sepuluh intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan melalui pencegahan konflik dan pembendungan (Bowers 2014). Model penjelas di balik Safewards terdiri dari enam domain asal: Tim Staf, Komunitas Pasien, Karakteristik Pasien, Rumah Sakit Luar, Kerangka Peraturan, dan Lingkungan Fisik (Bowers dkk .2014). 

Safewards pertama kali dikembangkan berdasarkan riset yang dilakukan bertahun-tahun oleh Len Bowers, seorang Professor Keperawatan jiwa di Institute of Psychiatry, King’s College London, tempat dimana Florence Nightingale dulu sekolah. Dalam tulisannya, Prof Bower menyimpulkan ada dua macam tipe masalah, yang pertama berupa konflik (agresi, menyakiti diri sendiri, resiko bunuh diri, menolak minum obat dan pasien kabur), dan yang kedua berupa pengontrolan (restrain-manual dan obat serta observasi pasien). Dua hal tersebut biasanya muncul dari berbagai penyebab yang dapat diatasi dengan melakukan modifikasi pada sikap dan tingkah laku staf keperawatan maupun pasien, yang secara sederhana adalah kembali melakukan tindakan dasar.

Sebagaimana kita tahu, bebeberapa keuntungan menggunakan model safewards yang dikembangkan oleh Prof Bowers yaitu bahwa semuanya sudah dalam satu paket. Artinya, semua permasalahan yang “mungkin” terjadi dalam bangsal sudah dipetakan dan dikembangkan cara mengatasinya. Solusi yang dikembangkan sangat sederhana, hanya mengulang “sesuatu yang sebetulnya sudah kita ketahui” seperti berbicara dengan lembut, Bicara dengan lemut bisa jadi dasar softskill setiap perawat yang wajib dimiliki, diikuti dengan keharusan sebagai perawat yang harus saling mengerti, saling mengenal, dan sebagainya. Dalam hal ini para perawat jiwa diarahkan untuk mempelajari ulang sesuatu yang “mendasar” dan “benar-benar dibutuhkan dalam proses keperawatan”.

TEORI SAFEWARDS SECARA SEDERHANA

Konsep ini pada dasarnya dikembangkan berdasarkan metode problem solving (pemecahan masalah). Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya konflik di dalam ruang perawatan, misalnya lingkungan yang berisik, pasien yang berhalusinasi, perawat yang ketus/judes, dan kurang empati, pasien yang tidak kooperatif, sulit diarahkan, emosi labil,  dan sebagainya, yang dapat diminimalisir dengan penanganan yang tepat. Yang harus dilakukan oleh perawat untuk mengatasi hal tersebut, ada 10 hal yang dapat dilakukan yaitu :

1. Know each other (saling mengenal satu sama lain)

2. Mutual help meeting (saling membantu dan bekerja sama)

3. Bad news mitigation (segala upaya untuk meminimakan kejadiab buruk)

4. Discharge messages (penyampaian pesan sebelum pulang)

5. Positive words (penggunaan kata-kata positif)

6. Soft words (penggunaan kata-kata lembut)

7. Clear mutual expecation (pengungkapan harapan dan tujuan yang jelas)

8. Calm down methods (metode yang membuat tenang dan nyaman)

9. Talk down (bicara merendah, baik intonasi, maupun volume)

10. Reassurance (mampu memberikan jaminan dan kepastian)

Pengembangan safewards tidak hanya dilakukan di Inggris saja, tapi sudah menyebar ke berbagai negara, salah satunya Australia, contohnya negara bagian Victoria. Pada tahun 2018, safewards sudah menjadi salah satu praktik yang harus dilakukan di unit pelayanan psikiatri. Hal ini dilakukan, setelah didapatkan hasil yang memuaskan setelah sejak tahun 2014 dilakukan uji coba di 7-unit layanan psikiatri selama 12 minggu. Hasil evaluasi menunjukkan terjadi penurunan yang signifikan terhadap seklusi dan peningkatan pengetahuan bagi perawat dan pasien.  

Namun demikian, di Indonesia, penerapan safewards juga sudah banyak diterapkan di Rumah Sakit Jiwa, terutama di bangsal atau ruang rawat inap, dan telah banyak penelitian dan workshop-workshop yang dilakukan di Indonesia sejak diterapkannya safewards pada tenaga kesehatan terutama perawat. Salah satu contoh, pemaparan tentang Konsep Safewards WHO QR, Penerapan WHO QR pada Pasien Agitasi, Penerapan Safewards Intervention pada Pasien Agitasi, Asesmen Agitasi, dan Komunikasi Terapeutik dengan pendekatan Therapeutic Use of Self, yang diikuti oleh beberapa Univ Diponegoro, Univ Muhammadiyah Gombong, Univ Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Magelang, RSJD Menur Surabaya, RSUD Dr Soetomo Surabaya, RSJ Mutiara Sukma NTB, RSJ Arif Zainudin Surakarta, RSJD Jambi, RSJ Sambang Lihum Kalsel, RSUD Tanjunguban, RS PKU Muhammadiyah Gombong, RSUD Soppeng Sulawesi Selatan, serta RSUD dr Tjitrowardoyo Purworejo.

Secara tidak langsung, ini membuktikan setiap Rumah Sakit Jiwa mempunyai daya saing memberikan pelayanan terbaik melalui safewards, terutama perawat berlomba-lomba mengembangkan ilmu dan kemampuan tentang penerapan safewards, hal ini membuktikan peranan safewards mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi pada pasien jiwa dengan rawat inap. Keberhasilan penerapan Safewards ini sangat ditentukan oleh pengurangan praktik pembatasan dan peristiwa konflik, kesetiaan yang tinggi, dan penerimaan perawat. Hasilnya menyoroti bahwa Safewards bisa efektif dalam mengurangi penahanan dan konflik dalam unit kesehatan mental rawat inap dan kesehatan mental.

 

REFERENSI

Baumgardt, J. , Jäckel, D. , Helber-Böhlen, H. dkk . ( 2019 ). Mencegah dan mengurangi tindakan koersif-evaluasi penerapan model Safewards di dua bangsal yang terkunci di Jerman . Perbatasan dalam Psikiatri , 10 , 340 

Bowers, L. ( 2014 ). Safewards: Model konflik dan penahanan baru di bangsal psikiatris . Jurnal Keperawatan Psikiatri dan Kesehatan Mental , 21 , 499 – 508 .

Bowers, L. , James, K. , Quirk, A. , Simpson, A. , Stewart, D. & Hodsoll, J. ( 2015 ). Mengurangi tingkat konflik dan penahanan di bangsal psikiatri akut: Uji coba terkontrol acak kelompok Safewards . Jurnal Internasional Studi Keperawatan , 52 , 1412 – 1422.

Penulis: 
INDAH WULANDARI, S.Kep, Ners
Sumber: 
PERAWAT RSJD dr. SAMSI JACOBALIS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Artikel

24/04/2024 | Efa Zulli Nursekha, AMK
23/04/2024 | Rosmala Dewi,AMK
23/04/2024 | Rosmala Dewi,AMK
19/04/2024 | RISKI MELINDA, AMK
19/04/2024 | Rosmala Dewi,AMK
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori