Therapeutic community (TC) adalah bentuk umum dari rehabilitasi jangka panjang untuk gangguan penggunaan zat (NIDA, 2015). Metode ini mulai digunakan pada akhir 1950 di Amerika Serikat. Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu kembali ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif. Program TC, merupakan program yang disebut Drug Free Self Help program. Teori yang mendasari metode TC adalah pendekatan behavioral dimana berlaku sistem reward (penghargaan/penguatan) dan punishment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Selain itu digunakan juga pendekatan kelompok, dimana sebuah kelompok dijadikan suatu media untuk mengubah suatu perilaku. Program TC mempunyai suatu aturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang sangat mengikat setiap residen untuk menjalankan dan siap menerima sanksi bila melanggar aturan tersebut (pasien peserta TC lazim disebut residen). Gambaran dari TC adalah sebagai berikut:
• Program dengan struktur yang ketat
• Umumnya pasien berada dalam program 6-12 bulan
• Program pengobatan
• Program pendidikan
• Latihan ketrampilan sosial dan penerapannya
• Pasien mempunyai riwayat perilaku kriminal
• Mengembangkan sistem dukungan yang sesuai kebutuhan pasien
• Menstabilkan fungsi kehidupan pasien
• Rehabilitasi vokasional
Di dalam TC ada berbagai norma-norma dan falsafah yang dianut untuk membentuk perilaku yang lebih baik. Norma-norma dan falsafah yang ditanamkan dalam TC tersebut kemudian berkembang menjadi suatu budaya TC, yang didalamnya mencakup (Winanti, 2008) :
1. The Creed (Philosophy)
Merupakan filosofi atau falsafah yang dianut dalam TC. Falsafah ini merupakan kerangka dasar berpikir dalam program TC yang harus dipahami dan dihayati oleh seluruh residen.
2. Cardinal Rules Cardinal Rules
merupakan peraturan utama yang harus dipahami dan ditaati dalam program TC, yaitu :
- No drugs (tidak diperkenankan menggunakan narkoba)
- No sex (tidak diperkenankan melakukan hubungan seksual dalam bentuk apapun)
- No violence (tidak diperkenankan melakukan kekerasan fisik)
3. Four Structure Five Pillars
Empat kategori struktur program :
a. Behaviour management shaping (Pembentukan tingkah laku)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada kemampuan untuk mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma kehidupan masyarakat.
b. Emotional and psychological (Pengendalian emosi dan psikologi)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyesuaian diri secara emosional dan psikologis.
c. Intellectual and spiritual (Pengembangan pemikiran dan kerohanian)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek pengetahuan, nilainilai spiritual, moral dan etika, sehingga mampu menghadapi dan mengatasi tugas-tugas kehidupannya maupun permasalahan yang belum terselesaikan.
d. Vocational and survival (Keterampilan kerja dan sosial serta bertahan hidup)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan residen yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari maupun masalah dalam kehidupannya.
Lima Pillars (5 tonggak dalam program) :
e. Family milieu concept (Konsep kekeluargaan)
Untuk menyamakan persamaan di kalangan komunitas supaya bersama menjadi bagian dari sebuah keluarga.
f. Peer pressure (Tekanan rekan sebaya)
Proses dimana kelompok menekan seorang residen dengan menggunakan teknik yang ada dalam “TC”
g. Therapeutic session (Sesi terapi)
Berbagai kerja kelompok untuk meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dalam rangka membantu proses kepulihan .
h. Religius session (Sesi agama)
Proses untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama.
i. Role modelling (Keteladanan)
Proses pembelajaran dimana seorang residen belajar dan mengajar mengikuti mereka yang sudah sukses.
Tahapan program TC yang harus dijalani setiap residen (pasien peserta TC) adalah sebagai berikut :
1. Proses Intake dan Orientasi (2-4 minggu)
Merupakan masa persiapan untuk residen untuk memasuki fase primary. Kegiatan yang dilakukan berupa wawancara awal, pemberian Informed consent, pemeriksaan fisik, pengisian formulir dan orientasi program (Winanti 2008; Kemenkes 2010).
2. Primary Stage (6-9 bulan)
Tahap ini ditujukan bagi perkembangan sosial dan psikologis residen. Dalam tahap ini residen diharapkan melakukan sosialisasi, mengalami pengembangan diri, serta meningkatkan kepekaan psikologis dengan melakukan berbagai aktivitas dan sesi terapeutik yang telah ditetapkan. Dilaksanakan selama kurang lebih 6 sampai dengan 9 bulan. Primary terbagi dalam beberapa tahap, yaitu : younger member, middle member, older member.
3. Tahapan Re-Entry (3-6 bulan)
Re-entry merupakan program lanjutan setelah Primary. Program Re-entry memiliki tujuan untuk memfasilitasi residen agar dapat bersosialisasi dengan kehidupan luar setelah menjalani perawatan di Primary. Tahap ini dilaksanakan selama 3 sampai dengan 6 bulan.
Beberapa program rehabilitasi yang dapat dijalankan pecantu NAPZA yaitu terapi detoksifikasi, terapi substitusi opioid, Therapeutic community dan program terapi 12 langkah narcotic anonimus. Pada setiap metode rehabilitasi juga dapat disertai intervensi psikososial seperti brief intervention, konseling dasar, Motivational interviewing, CBT atau relaps prevention. Tidak ada satupun bentuk terapi serupa yang sesuai untuk semua individu sehingga assesment awal disertai pendekatan personal memegang peranan yang cukup penting untuk menentukan metode rehabilitasi yang tepat untuk pasien gangguan penggunaan NAPZA. Terapi yang efektif harus mampu memenuhi banyak kebutuhan individu tersebut, tidak semata-mata hanya untuk memutus menggunakan NAPZA.
DAFTAR PUSTAKA
https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/25302/1/25d19bbfecab0e56ac714e8c329001b8.pdf. Di akses pada tanggal 14 desember 2022 jam 08.30 WIB
staffnew.uny.ac.id/.../penelitian/metode-terapi-dan-rehabilitasi-korban-napza.pdf. Di akses pada tanggal 14 desember 2022 jam 08.30 WIB
eprints.umpo.ac.id/5102/3/BAB 2.pdf. Di akses pada tanggal 14 desember 2022 jam 08.30 WIB