STIGMA DALAM PERSPEKTIF

Stigma adalah tindakan memberikan label yang bertujuan mencemari seseorang atau sekelompok orang dengan pandangan buruk, semoga bukan anda salah satu pelakunya ya

Ada tiga proses stigma, yaitu interpretasi, pendefinisian, dan diskriminasi.

Setiap orang memiliki pandangannya masing-masing terhadap orang lain atau suatu hal. Pandangan tersebut tak selalu positif, ada juga yang negatif atau biasa disebut stigma. Stigma adalah pikiran, pandangan, atau kepercayaan negatif yang diperoleh seseorang dari masyarakat atau lingkungannya, yang biasanya berupa stereotip hingga diskriminasi yang dapat memengaruhi individu secara keseluruhan.

Pengertian Stigma Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. Sementara itu, menurut Kementerian Kesehatan (2012), stigma merupakan tindakan memberikan label sosial yang bertujuan mencemari seseorang atau sekelompok orang dengan pandangan buruk. Stigma adalah proses devaluasi dinamis yang dengan signifikan mendiskreditkan seseorang.

Stigma bisa muncul ketika masyarakat melihat sesuatu yang dianggap menyimpang atau aneh karena hal tersebut tidak seperti sewajarnya.Faktor-faktor yang menyebabkan stigma,  di antaranya:

  • Pengetahuan,

 Stigma dapat terbentuk karena kurangnya pengetahuan atau ketidaktahuan seseorang terhadap suatu hal. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, dan sosial budaya. Persepsi terhadap seseorang yang berbeda dari orang lain dapat memengaruhi perilaku dan sikap terhadap orang tersebut.

  • Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat memicu munculnya stigma. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi maka kemungkinan besar memiliki pengetahuan yang cukup luas terhadap suatu hal.

  • Usia

Usia juga bisa menadi faktor yang memengaruhi stigma seseorang. Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin berubah pula sikap dan perilakunya sehingga pemikirannya pun bisa turut berubah.

  • Jenis Kelamin

Menurut Andrewin dalam Salmon (2014), perempuan cenderung memiliki stigma yang tinggi di mana bersikap menyalahkan dibanding dengan laki-laki.

  • Kepatuhan Agama

Kepatuhan seseorang terhadap agama yang dianutnya bisa memengaruhi sikap dan perilaku seseorang.

Proses Stigma Menurut seorang peneliti, Pfuhl, proses terjadinya stigma di masyarakat dapat terjadi melalui tiga tahapan, yaitu:

- Proses interpretasi:

tidak semua pelanggaran norma mendapat stigma masyarakat, tapi hanya pelanggaran norma yang diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai penyimpangan perilaku yang dapat menilmbulkan stigma.

-Proses pendefinisian

setelah tahap interpretasi, selanjutnya adalah proses pendefinisian orang yang dianggap berperilaku menyimpang oleh masyarakat.

-Perilaku diskriminasi

setelah proses pendefinisian, selanjutnya masyarakat akan memberikan perlakuan yang bersifat membedakan (diskriminasi).

 Ada lima (5) Tipe-tipe Stigma Van Brakel dalam Fiorillo, Volpe, dan Bhugra (2016) yaitu:

-Public Stigma ( stigma masyarakat)

Munculnya reaksi negatif masyarakat terhadap suatu hal.

-Structural Stigma ( stigma terstruktur )

Sebuah institusi, hukum, atau perusahaan yang menolak  suatu hal karena berpandang negatif terhadap hal tersebut.

-Self-stigma ( stigma pada diri sendiri )

Menurunnya harga dan kepercayaan diri seseorang. Contohnya, pasien HIV atau penyintas mental illness yang merasa dirinya tidak berharga karena orang-orang di sekitarnya menjauhi dirinya.

-Felt or Perceived Stigma

Seseorang dapat merasakan ada stigma terhadap dirinya sehingga takut berada di lingkungan komunitas.

-Experienced Stigma

seseorang pernah mengalami pengalaman diskriminasi dari orang lain.

Sementara itu, mengutip jurnal "Stigmatisasi dan Perilaku Diskriminatif pada Perempuan Bertato", Goffman (1963) menyebutkan tiga tipe stigma yang diberikan terhadap seseorang,

yaitu: Stigma yang berhubungan dengan kecacatan pada tubuh seseorang. Stigma yang berhubungan dengan kerusakan-kerusakan karakter individu. Stigma yang berhubungan dengan ras, bangsa dan agama. Di samping itu, ada dua tipe individu yang simpati dan memberikan dukungan kepada orang-orang yang terstigma, yaitu orang yang mempunyai stigma yang sama dan orang yang karena situasi tertentu menjadi dekat dengan orang yang terstigma.

Jenis Stigma Terdapat lima jenis stigma yang bisa diidentifikasi terhadap seseorang atau sekelompok orang, yaitu:

 1. Label, Label adalah cap negatif yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang karena orang tersebut dianggap memiliki cacat mental, fisik, atau perbedaan suku, ras, dan agama.

 2. Prasangka, Stigma ini berupa anggapan negatif terhadap seseorang yang belum tentu atau tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

3. Stereotip, Stereotip adalah stigma berbentuk penilaian secara umum terhadap seseorang atau sekelompok orang karena penampilan dan latar belakangnya.

4. Diskriminasi, Stigma ini berupa perlakuan yang tidak seimbang dan tidak adil terhadap seseorang atau sekelompok orang karena adanya perbedaan ras, suku, agama, dan golongan.

5. Pengucilan, Stigma ini membuat seseorang merasa terasing, ditolak, dan dijauhi dari pergaulan sehingga mereka merasa tidak diterima oleh orang-orang sekitarnya.

Seperti hal yang dialami residen, dengan latar belakang residen sudah pernah menjadi pemakai (narkotika) yang berujung residen pernah dirawat dirumah sakit jiwa, rusaknya kehidupan rumah tangga serta kurangnya dukungan keluarga. Dan selanjutnya kita paparkan contoh ODGJ yang kedua klien merasa tidak berdaya, punya riwayat dirawat dirumah sakit jiwa, sudah cukup berumur, berjenis kelamin wanita, merasa malu pada masyarakat dan keduanya tampak pasif dan banyak menunduk.

Untuk permasalahan diatas kita sebagai pemberi asuhan keperawatan setidaknya akan memberikan diagnosa keperawatan harga diri rendah situasional dengan dengan tujuan meningkatkan perasaan positif, dengan kreteria hasil penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri, selanjutnya intervensi manajemen perilaku dan promosi harga diri. Dengan penekan pada intruksi  diantaranya:

- jadwalkan kegiatan terstuktur

- Bicara dengan nada rendah dan tenang

- Motivasi terlibat dalam verbaliasai positif untuk diri sendiri

- Latih cara berpikir dan berprilaku positif

- Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangai situasi

- Kolaborasi dalam pemberian terapy

Untuk selajutnya sepertiga waktu sebelum pulang dari pusat layanan perawatan,maka pemberi asuhan keperawatan memberikan diagnosa kesiapan peningkatan manajemen kesehatan, untuk meningkatkan manjemen kesehatan, dengan kreteria hasil menerapkan program perawatan meningkat, berserta intervensi edukasi kesehatan, perencanaan pulang dan promosi kepatuhan pengobatan. Dengan penekanan pada intruksi diantaranya:

  • Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
  • Jelaskan tindak lanjut perawatan dan pengobatan selajutnya
  • Jelaskan pentingnya mengikuti program sesuai dengan program
  • Kolaborasi dalam pemberian terapy.

 

Referensi

 

https://katadata.co.id/safrezi/berita/stigma-adalah-ciri-negatif-kenali-faktor-dan-jenis-jenisnya

PPNI,SDKI,Definisi dan indikator diagnostik,edisi 1 cetakan 111(Revisi),penyusun tim pokja SDKI DPP PPNI

PPNI,SLKI,Definisi dan kreteria hasil keperawatan,edisi 1,penyusun tim pokja SLKI DPP PPNI

PPNI,Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ,Definisi dan Tindakan keperawatan,edisi 1 cetakan II, penyusun tim pokja SIKI DPP PPNI

 

 

 

 

 

Penulis: 
Ns.Hendra,S.kep
Sumber: 
Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah

Artikel

02/12/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
29/11/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
28/11/2024 | Rakhmawati Tri Lestari, S.Psi., M.Psi.
28/11/2024 | Zurniaty, , S. Farm., Apt
26/11/2024 | Ns..Sri Rahmawat,AMK,S.Kep.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori