Pentingnya menjaga pola hidup sehat adalah dasar bagi setiap manusia untuk menjaga keseimbangan hidup. Sindrom metabolik adalah kumpulan dari beberapa faktor risiko berupa tingginya kadar gula darah, rendahnya kadar High Density Lipid (HDL), tingginya kadar trigliserida, obsesitas sentral serta hipertensi. Seseorang yang mengidap sindrom metabolik memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kronik seperti kardiovaskuler dan diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari. Biasanya terdapat orang yang mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi dikarenakan konsumsi makanan yang tidak sehat. Tidak hanya persoalan makanan, biasanya karena minim olahraga tidak hanya menyulitkan aktivitas sehari-hari.
Perlu diketahui bersama bahwa terdapat risiko sindrom metabolik yang dapat membuat kita harus lebih diwaspadai. Yang dimaksud dengan sindrom metabolik adalah suatu istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan sekumpulan faktor risiko yang terdapat dalam tubuh seseorang secara bersamaan hingga meningkatkan risiko terkena penyakit seperti jantung, stroke, dan juga diabetes. Terdapat beberapa riset penelitian yang menampilkan bahwa sindrom metabolik meningkatkan risiko terkena penyakit jantung sebesar 3 kali. Sedangkan untuk risiko untuk terkena diabetes sementara ini terdapat hampir 7 kali lipat dibandingan dengan orang normal.
Demikian ini dapat diketahui dengan kriteria-kriteria atau ciri-ciri yang dipaparkan oleh The National Cholesterol Education Program Third Adult Treatment Panel (NCEP-AT-PIII), seseorang disebut mengalami sindrom metabolik jika sedikitnya memiliki tiga dari lima kriteria atau karakteristik berikut ini:
- Terjadi suatu peningkatan kadar trigliserida ≥ 150mg/dL.
- Memiliki lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan untuk pria > 102 cm*.
- Adanya peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg, atau sedang memakai obat anti hipertensi.
- Terjadi peningkatan glukosa darah puasa ≥ 110mg/dL atau sedang memakai obat anti diabetes
- Terdapat penurunan kadar kolesterol HDL < 40 mg/dL pada pria atau pada wanita < 50 mg/dL.
- Sedangkan untuk negara Indonesia dipakai batasan lingkar pinggang ≥ 80 cm untuk wanita dan untuk pria ≥ 90 cm.
Faktor risiko yang biasanya berperan dalam kejadian sindrom metabolik ialah terjadi kegemukan, obesitas sentral atau adanya penumpukan lemak khususnya yang terjadi pada daerah perut, tekanan darah yang tinggi, gangguan kolesterol, serta resistensi insulin. Yang dimaksud dengan resistesi insulin ialah suatu kelainan dasar yang penting hingga dapat sindrom metabolik dan meningkatkan risiko terkena diabetes. Selain itu, arti dari Insulin ialah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan fungsinya dalam membantu mengontrol kadar gula di dalam aliran darah agar tetap normal. Apabila seseorang mengonsumsi makanan, di saluran pencernaan, makanan itu akan diubah menjadi gula. Gula ini berasal dari makanan, dengan bantuan hormon insulin, akan diserap ke sel tubuh untuk digunakan sebagai energi.
Pada orang dengan resistensi insulin, sel-sel di tubuhnya tidak dapat merespon hormon insulin secara normal, Hal yang terjadi adalah glukosa tidak dapat diserap secara optimal oleh tubuh kita. Selain itu, pada prosesnya dimana Kadar glukosa dalam darah akan meningkat walaupun sebenarnya tubuh masih mampu menghasilkan insulin. Akibatnya pankreas akan terus dipicu untuk memproduksi insulin dalam jumlah berlebih sebagai reaksi terhadap kadar gula yang meningkat. Jika berlangsung terus-menerus, dapat menyebabkan orang ini menderita diabetes. Demikian ini terjadi lantaran tubuh tidak lagi mampu memproduksi cukup insulin untuk menjaga kadar glukosa darah tetap pada kisaran normal.
Salah satu penanda yang sering ditemukan pada orang dengan resistensi insulin adalah penebalan kulit disertai perubahan warna kulit menjadi lebih gelap, umumnya di daerah leher, punggung, maupun lipat ketiak (biasa disebut acanthosis nigricans). Pasien dengan acanthosis nigricans, apalagi jika disertai obesitas yang jelas, besar kemungkinan sudah terkena sindrom metabolik. Walaupun demikian, menurunkan berat badan dapat membantu menghilangkan adanya gejala acanthosis nigricans secara perlahan.
Prevalensi sindrom metabolik di seluruh dunia sangat beragam. Hal itu bergantung dari kriteria yang dipakai, perbedaan ras, umur, dan juga pada persoalan jenis kelamin. Untuk di negara kita sendiri yakni di Indonesia. Terdapat sejumlah penelitian yang memaparkan persoalan ini. Hasil yang ditemui dimana prevalensi sindrom metabolik berkisar antara 13,13 – 14,9 persen. Walau demikian, angka ini cenderung meningkat seiring semakin banyaknya jumlah kasus obesitas atau kegemukan yang terjadi di Indonesia. Diketahui secara bersama bahwa kegemukan telah menjadi suatu persoalan global. Demikian ini ialah suatu komponen risiko yang penting untuk terkena sindom metabolik.
Pada faktanya, terjadi penyakit Sindrom metabolik kebanyakan terjadi pada orang dengan keseharian yang kurang melakukan aktivitas fisik. Selain itu, hal yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dimana mengkonsumsi makanan secara rutin seperti fast food, daging, dan makanan yang digoreng meningkatkan risiko sindrom metabolik. Sebaliknya untuk kita semua yang sering mengkonsumsi ikan, sereal, dan dairy food seperti yoghurt memiliki manfaat dan keuntungan yang besar untuk menurunkan risiko tersebut. Sebagaimana dikemukakan diatas, selain dari makanan juga dari aktivitas olahraga yang kurang dapat meningkatkan risiko terkena diabetes dan jantung. Sehingga WHO menetapkan aktivitas fisik sebagai salah satu aspek atau komponen strategi dalam menurunkan risiko terkena penyakit-penyakit tadi.
Sindrom metabolik juga berkecenderungan meningkat pada usia tua. Hal ini dihubungkan dengan menurunnya fungsi fisiologi secara umum. Pencegahan serta penanganan sindrom metabolik yang terbaik ialah mengatur pola hidup yang sehat, menjaga asupan nutrisi yang baik, berusaha mencapai berat badan ideal, olahraga teratur serta pengobatan untuk penyakit yang menyertai seperti hipertensi, kolesterol, diabetes, dan lain-lain. Orang yang gemuk, kurang olahraga, hipertensi, usia tua disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin pada tubuh kita, Termasuk cek laboratorium seperti kadar gula darah dan kolesterol. Apabila ditemukan kelainan seperti ini, sebaiknya untuk cepat mengambil langkah dengan cara konsultasikan dengan dokter untuk tata laksana selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net › publication › 304468078. Di akses pada tanggal 29 juni 2022
https://journal.fkm.ui.ac.id › kesmas › article › download › 499 › 431 · Di akses pada tanggal 29 juni 2022
Sindrom Metabolik: Arti, Gejala, Penyebab & Cara Mengatasinya (artikelsiana.com). Di akses pada tanggal 29 juni 2022