PENGERTIAN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK

Pengertian Gangguan Jiwa Psikotik

Pengertian dari gangguan jiwa ialah suatu manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Dimana hal ini dapat terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan.

Gangguan jiwa diartikan juga sebagai penyakit yang dialami oleh seseorang yang mempengaruhi emosi, pikiran atau tingkah laku, diluar kepercayaan budaya dan kepribadian serta menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan dan keluarga mereka. Sedangkan penyebab tingkah laku abnormal dan gangguan jiwa tidaklah tunggal, tapi terkait dengan kompleksnya perkembangan kepribadian.

Psikotik diartikan dengan orang yang memperlihatkan tingkah laku psikosa. Sedangkan psikosa termasuk dalam gangguan jiwa yang berat, ditandai dengan tidak dapat mengendalikan diri, sehingga perilakunya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Pada tingkat berfikirnya menjadi kacau termasuk komunikasinya, halusinasi, dan delusi sangat terpengaruh. Bahasa orang umum menyebut penyakit psikotik sebagai orang gila atau sakit syaraf.

Istilah umum dari psikotik/psikosis adalah untuk tanda kejiwaan yang abnormal atau gejala yang mempengaruhi pikiran, menyebabkan orang untuk mengubah cara mereka berpikir, merasa, melihat hal-hal dan berperilaku aneh (tidak wajar). Saat seseorang menderita gangguan psikotik mereka tidak mampu membedakan antara realitas dan apa yang ada dalam imaginasi mereka (hilangnya kontak dengan realitas).

Menurut Christine Brooker (2013) psikosis adalah kelainan jiwa yang disertai dengan disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan kenyataan. Dimana penderita kurang memiliki pengertian terhadap keadaan dirinya sendiri, biasanya ditandai oleh gangguan realitas, halusinasi, delusi, inpuls-inpuls dan perpecahan kepribadian.

Terdapat berbagai macam klasifikasi psikosis tetapi secara luas kelainan ini dapat berupa:

  1. Organik: akut seperti pada delirium, gangguan keseimbangan elektrolit atau pemakaian alkohol atau kronis seperti pada demensia yang dapat disebabkan oleh kelainan patologi otak, defisiensi nutrisi.
  2. Fungsional: keadaan yang terjadi pada penyakit atau gangguan dalam otak, skizofrenia, depresi berat dan kelainan manik-depresi c/f neurosis.

Pasien gangguan jiwa psikotik umumnya ditandai dengan keluhan halusinasi dan waham yang jelas. Hal ini dapat terjadi karena adanya gangguan persepsi baik anditorik maupun visual yang disebabkan adanya gangguan di otak. Pasien psikotik biasanya mengeluh mendengar suara atau melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh orang lain. Kebanyakan tingkah laku abnormal yang terjadi merupakan hasil dari tekanan (stress) yang bekerja pada seseorang yang memiliki suatu diathesis untuk jenis gangguan yang akan muncul kemudian.

Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa Psikotik

1. Faktor Organik atau Fisik (Jasmaniah)

Adanya penyakit-penyakit jasmaniah, terutama yang tidak bisa disembuhkan, yang mengakibatkan kerusakan otak, pasti menimbulkan akibat gangguan-gangguan berupa perubahan karakter dengan gejala amnetis, anomali-anomali/abnormalitas tingkah laku, proses dementia dan menurun atau hilangnya kesadaran. Ada banyak penyakit infeksi dan penyakit pertukaran zat, yang dibarengi dengan beberapa faktor fisik lainnya mengakibatkan gejala penyakit berupa: delier, kaburnya kesadaran dan sidrom hyperesthesis-emosional. Misalnya intoksikasi atau keracunan (alkohol dan obat bius) mengakibatkan simptom jamak, yaitu delier keburaman kesadaran. Pada keracunan akibat wekamin mengakibatkan penderita mengalami banyak halusinasi dan delusi yang membuat dia menjadi sangat cemas dan sering berputus asa.

2. Faktor Psikis dan Struktur Kepribadian

Gangguan psikis dalam wujud neurosa, psikosa dan psikopat itu merupakan ekstremitas (keterlaluan yang cenderung patrologis) dari temperamen- temperamen. Temperamen merupakan konstitusi psikis yang erat berpadu dengan konstitusi jasmaniah yang kurang lebih konstan sifatnya berupa primaritas, sekundaritas, kepekaan terhadap warna, emosionalitas, aktivitas, ekspansivitas dan sentimentalitas. Semua unsur hampir-hampir tidak dapat diubah dan dididik; tidak dapat dipengaruhi sehingga sifatnya relative konstan.

Pada kepribadian tipe apatikus, gejala-gejala gangguan psikis yang khas hampir-hampir tidak pernah muncul; namun sebaliknya, pada tipe nerveus cenderung menjadi histeris, neurasthenis dan hipokondris. Kejadian ini disebabkan oleh sifat temperamen-temperamennya dengan mekanisme-reaktif dan pemasakan pengalaman yang salah dan menjurus patologis.

Pada kepribadian tipe sentimentil banyak muncul gejala-gejala depresi dan melankoli. Banyak menampilkan gejala-gejala mania, gembira dan lepas hati yang patologis sifatnya. Sedangkan pada tipe gepassoneerd sering dijumpai gangguan paranoia (kegila-gilaan).

Pada tipe-tipe individu yang non emosional gangguan psikis ini paling sedikit jumlahnya, karena pada kerataan stemming dasar/suasana hati, yang tidak banyak berubah sifatnya. Pada tipe-tipe yang emosional terdapat banyak varian patologis yang khas, misalnya pada tipe nerveus dan sentimental banyak kita jumpai varian dengan warna perasaan yang buram dan negative depresif, karena individu sifatnya sangat emosional, namun tidak aktif.

1. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan faktor sosial paling utama yang memberikan pengaruh kepada anak-anak dan orang muda. Ketidak pedulian keluarga dalam mengelola emosional pada usia sangat muda (usia kanak-kanak), biasanya memprodusir gejala-gejala psikopatis. Pada umumnya orang tuanya mengolak-olak anak-anak itu, dan diperlakukan secara kejam via agresivitas orang tuanya, namun sekaligus mereka dibuat sangat bergantung dengan dependensinya yang besar kepada orang tuanya.

Lingkungan keluarga yang memprodusir anak-anak psikotis, anak-anak itu tidak pernah merasa aman dan pasti. Anak-anak merasa tidak diterima, selalu dalam kesangsian, keluarga itu tidak terdapat kejelasan dan ketertiban. Interaksi antara sesama anggota keluarga menjadi longgar dan kacau. Orangtua mengembangkan sikap bermusuhan terhadap anaknya, akibatnya anak merasa selalu teramcam, merasa tidak aman dan tidak pasti. Sikap ini menghancurkan harga diri anak, dan memberikan basis bagi pembentukan sikap-sikap paranoid (cenderung menjadi paranoid) dan psikotis. Semakin seseorang itu merasa tidak aman dan tidak pasti, semakin kecillah keberaniannya untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Lebih lanjutnya justru menolak pikiran dan perasaan sendiri, atau tidak memiliki sama sekali pikiran dan perasaan sehingga sangat merugikan perkembangan pribadinya.

2. Faktor Sosio Budaya

Selama dikehidupan ini masih digenangi oleh banyak ketidakadilan, kesewenang-wenangan, pemerasan, tindak kekerasaan, generasi muda tidak mampu mengembangkan harapan yang memberikan bobot dan arti dalam hidupnya, banyak anak-anak yang dicampakkan atau diabaikan secara afektif, maka selama itu akan bertambah banyak jumlah anak muda yang kebingungan lalu kecanduan obat-obat bius. Juga semakin banyak yang menjadi neurotis dan psikotis.

Gejala sentral pada masa sekarang ini ialah: hilangnya penguasaan terhadap konflik-konflik intrapsikis dan kekalutan batin sendiri (hilangnya kontrol diri). Muncul pula gejala autisme (menutup diri) dan egosentrisitas yang ekstrim, sehingga orang tidak biasa tersentuh sama sekali oleh kehadiran orang lain atau oleh masalah orang lain. Kekacauan pada diri sendiri membuat mereka itu tidak tanggap terhadap keadaan lingkungan, lama kelamaan mereka menjadi neurotis dan psikotis.

Penanganan Efektif Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Psikotik

Tiga pendekatan perlakuan yang biasa diberikan terhadap mereka yang mengalami gangguan kejiwaan atau abnormalitas yaitu perlakuan biologis (biological treatment), terapi-terapi psikologis (psychological therapies), dan pendekatan-pendekatan sosial (social approaches).

1. Perlakuan Biologis

Perlakuan biologis hampir seluruhnya melibatkan resep obat untuk gangguan mental. Hal ini dimaksudkan untuk meredakan simtom-simtom psikologis dengan cara memperbaiki ketidakseimbangan neurotransmitter. Obat-obatan yang dimaksudkan mengkompensasikan deficit struktural di dalam otak atau akibat dari abnormalitas genetik. Pada dasarnya obat yang digunakan untuk psikopatologi didasari oleh biologi dalam bentuk usaha menentang proses terjadinya psikopatologi diantaranya:

  1. Obat antipsikotis yaitu medikasi antipsikotis menolong meredusir pengalaman-pengalaman perseptual yang tidak realities, keyakinan-keyakinan yang tidak sebenarnya, dan simtom-simtom psikosis lainnya. Permulaan penangan dengan obat modern biasanya dengan khlorpromazin, yang saat ini biasa digunakan untuk menangani simtom-simtom psikosis.
  2. Obat antidepresan yaitu membantu mengurangi simtom-simtom depresi, seperti kesedihan, rendahnya motivasi, dan gangguan tidur dan makan. Paling banyak digunakan adalah tricyclic antidepresan, pada tahun1950 an menggunakan imipramine yang dimaksudkan untuk meningkatkan tidur penderita gangguan mental. Ada beberapa obat antidepresan yang terbaru tidak menargetkan serotonin atau norepinefrin, melainkan neurotransmitter asam amino yang dikenal sebagai substance P. Substansi P dikenal menjadi konsentrasi tinggi dalam arena otak yang melipusti emosi dan nyeri, seperti amigdala, dan pada tahun 1990 dimulai sebagai cara untuk menangani rasa nyeri.
  3. Obat antikecemasan yaitu barbiturat dan benzodiazepine membantu mengurangi rasa cemas dan insomnia serta mampu menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas berbagai tipe neuron. Obat ini digunakan pada awal abad ke 20. Meskipun obat ini efektif untuk melahirkan relaksasi dan tidur, namun akan menyebabkan simtom-simtom ancaman kehidupan, seperti meningkatnya denyut nadi, delirium, dan konvulsi.

2. Terapi-Terapi Psikologi

Paling terkenal yaitu terapi psikodinamika yang memusatkan perhatian pada usaha membuka dan meyelesaikan konflik-konflik yang tidak disadari. Terapi psikodinamika menolong klien mendapatkan pemahaman ke dalam motif dan konflik-konflik tak sadar, melalui resistensi-resistensi, analisis asosiasi bebas, transferensi, dan impian-impian. Sedang terapi humanistik menolong klien mengeksplorasi nilai-nilai dan potensial pribadinya sendiri dan memuaskan potensialnya lebih lengkap dengan mempersiapkan relasi yang lebih hangat dan suportif.

Terapi perilaku berusaha untuk membentuk kembali perilaku maladaptif orang. Terapi ini dapat menolong klien menghilangkan perilaku yang tidak dikehendaki atau mengajari klien perilaku yang baru dan lebih dikehendaki dengan teknik-teknik seperti pembentukan respons atau desensitasi sistematis.

Terapi kognitif bertujuan untuk berusaha mengubah cara berpikir maladaptif seseorang dengan menentang pemikiran-pemikiran irasional dan belajar keterampilan baru.

3. Pendekatan Sosial

Ada beberapa jenis terapi dalam kelompok antara lain terapi kelompok, terapi antarpribadi, perlakuan komunitas, terapi sistem terapi, dan perlakuan lintas budaya.

 

Sumber : Abdul Nasir dan Abdul Muhith. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar Dan Teori, Jakarta, Penerbit Salemba Medika, 2011.

H. Iyus Yosep dan Titin Sutini. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Bandung, Penerbit Refika Aditama, 2014

Rahman. 2016. Pola Psikolog Dalam Penanganan Pasien Gangguan Jiwa Psikotik Di Rumah Sakit Jiwa Aceh, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH. Aceh.

Penulis: 
David Anugrah, A.md.Kep
Sumber: 
Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah

Artikel

02/12/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
29/11/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
28/11/2024 | Rakhmawati Tri Lestari, S.Psi., M.Psi.
28/11/2024 | Zurniaty, , S. Farm., Apt
26/11/2024 | Ns..Sri Rahmawat,AMK,S.Kep.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori