Sehat adalah keinginan semua orang, baik fisik maupun sehat kejiwaan. Sehat jiwa apabila seseorang mampu berinteraksi dengan orang lain. Pengabaian kesehatan jiwa dan kurangnya terpapar informasi, membuat masyarakat salah mengambil tindakan dalam memperlakukan orang dengan gangguan jiwa. Bahkan jika tindakan masyarakat fatal, maka dapat membuat orang dengan gangguan jiwa melakukan bunuh diri (De, 2018). ODGJ akan merasakan stress yang berlebihan. Apalagi, stigma masyarakat mengenai ODGJ menjadi aib bagi keluarga, yang menyebabkan ODGJ kesehatan jiwanya semakin memburuk.
Di Indonesia pasien gangguan jiwa meningkat dari tahun 2013 sebesar 1% menjadi 7% di tahun 2018. Meningkatnya gangguan jiwa disebabkan oleh tingginya angka tanda dan gejala kekambuhan pada orang dengan gangguan jiwa. Tanda dan gejala kekambuhan pada ODGJ biasa terjadi karna adanya kejadian-kejadian buruk seperti trauma. Penyakit yang sudah dinyatakan sembuh dan timbul karna beberapa penyebab, seperti tidak patuhnya dalam minum obat, kurang dukungan dari lingkungan masyarakat dan keluarga.
Pasien ODGJ yang mengalami tanda dan gejala kekambuhan sangat memerlukan dukungan keluarga. Pencegahan tanda dan gejala kekambuhan pasien bisa tercapai, bila adanya intervensi yang melibatkan keluarga dan 4 fokus pada fungsi keluarga. Keluarga menjadi sumber pendukung utama perawatan bagi pasien ODGJ saat pasien berada di tengah masyarakat. Jika keluarga tidak mendukung dan keluarga tidak meneruskan perawatannya dirumah, maka keberhasilan perawatan yang dilakukan di rumah sakit akan sia-sia dan pasien harus dirawat kembali. Salah satu penelitian di Iran pada tahun 2019, menunjukkan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu intervensi yang penting dan keluarga sangat perlu berpartisipasi dalam proses penyembuhan. Pasien ODGJ yang kambuh, akan terjadi kesulitan dalam memulihkannya.
Tingkat dukungan keluarga yang tinggi penting untuk proses penyembuhan penyakit orang dengan gangguan jiwa. Untuk itu diharapkan keluarga perlu membantu pasien ODGJ untuk sembuh dan mencegah kekambuhan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pasien, dapat diasumsikan bahwa dukungan keluarga harus diberikan sejak awal pasien masuk psikiatri hingga setelah kembali ke rumah. Untuk mencegah kekambuhan pasien ODGJ, keluarga pasien harus memiliki sikap positif. Anggota keluarga juga perlu memotivasi pasien untuk merawat diri mereka sendiri dan terlibat dalam aktivitas mandiri.
Strategi pelaksanaan merupakan suatu strategi yang diterapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang bertujuan mengurangi dan mengatasi masalah keperawatan jiwa yang sedang ditangani. Salah satu prosedur pelaksanaan dalam gangguan jiwa menggunakan strategi pelaksanaan keperawatan jiwa akan dilakukan 4 sesi, yaitu observasi, monitoring, pemberian pendidikan kesehatan dan berkolaborasi dengan pasien atau keluarga pasien. Dalam pelaksanaannya perlu adanya pendekatan dengan pasien atau keluarga pasien, tergantung penerapan strategi tersebut dan perlu adanya komunikasi terapeutik. Semakin baik komunikasi terapeutik yang diterapkan, maka akan membina hubungan saling percaya dan terwujudnya keberhasilan dari strategi pelaksanaan keperawatan jiwa. Strategi pelaksanaan keluarga ditujukan untuk melatih keluarga pasien ODGJ secara optimal. Pemberian strategi keluarga secara optimal akan membantu dalam meningkatkan perawatan dan mencegah terjadinya kekambuhan pada pasien. Strategi pelaksanaan keluarga dikhususkan pada pasien yang sudah diperbolehkan pulang sehingga keluarga dapat melakukan perawatan yang telah diberikan perawat dengan baik di rumah sakit. Keluarga akan diedukasi dengan komunikasi terapeutik sampai keluarga mampu merawat pasien dan menjadi system pendukung pasien yang efektif.
Daftar Pustaka
De, L. (2018, Februari 01), Mental Disorders and Psychosocial Functioning. Retrieved