PENGARUH BROKEN HOME TERHADAP KESEHATAN JIWA ANAK

Broken Home merupakan sebuah rumah tangga yang berantakan atau orang tua yang mengalami perpisahan di dalam anggota keluarga yang dapat menimbulkan adanya pengaruh terhadap kurangnya perhatian dari orang tua terhadap anak sehingga membuat mental anak tersebut menjadi frustasi, brutal dan susah untuk diatur. Broken Home sangatlah berpengaruh pada kesehatan menta lanak, hal inilah yang mengakibatkan dan berpengaruh terhadap kurang berprestasi dalam pendidikannya. Broken home juga bias merusak jiwa anak, sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, misalnya seperti ketidakdisiplinnya anak di dalam kelas dan bersifata gresif, semua itu dilakukan atas dasar karena mereka hanya ingin cari simpati pada orang disekitarnya.

Perceraian orangtua menjadi salah satu pemicu gangguan psikologis pada anak. Dalam jangka panjang, perpisahan yang terjadi bias meningkatkan risiko anak mengalami gangguan kecemasan, mudah marah, serta sulit untuk merasa percaya. Dengan adanya kekurangan kasih sayang dan kehadiran sosok salah satu orang tua bias mengganggu perkembangan mental anak serta dampaknya bias bertahan dalam jangka panjang. Gangguan kesehatan mental tersebut lebih rentan terjadi pada anak yang berusia 7 - 14 tahun saat orangtua mengalami perceraian. Sebaliknya, perceraian yang terjadi saat anak masih berada di bawah usia 7 tahun disebut tidak terlalu memengaruhi kondisi mental anak. Pasalnya, anak-anak yang berada di antara usia 7 hingga 14 tahun disebut sudah mulai mengenal pola hubungan manusia.

 

A.. Masalah Yang Ditimbulkan Bagi Anak Yang Mengalami Keluarga Broken Home

  1. Keberfugsian Kognitif: kesulitan belajar, kesulitan berfikir dalam keterampilan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah.
  2. Perubahan Perilaku: depresi, cenderung membenarkan terhadap kekerasan, sulitnya berinteraksi dan lain-lainnya.

B. Damapak Bagi Anak Yang Mengalami Broken Home

1. Gangguan Mental

Selain dikarenakan adanya kedekatan orang tua dan anak berkurang setelah perceraian, makanakan memberikan dampak perubahanya harus dijalani oleh anak, misalnya pindah tempat tinggal atau pindah sekolah, Anak broken home juga rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Jika tidak ditangani dengan baik, maka kondisi ini bias menaikkan risiko anak buat mengalami gangguan kepribadian, menyalahgunakan narkoba, bahkan melakukan percobaan bunuh diri.

2. Gangguan Perilaku

Sebagian anak broken home pula mengalami suasana hati yang tidak menentu (mood swing) atau gangguan suasana hati lainnya. Sebagian berasal mereka menentukan buat menarik diri asal pergaulan, enggan bersosialisasi, dan tidak percaya diri. Perceraian juga berkontribusi pada mendorong perilaku anti sosial pada anak. Anak broken home berisiko sebagai anak nakal, proaktif, senang berkata serta berbuat kasar, berbohong, bahkan berkelahi menggunakan  s.ahabat.

3. PerubahanEmosial

Perpisahan orang tua sangat memengaruhi perubahan emosional anak, dimana anak sangatlah perlu kasih sayang yang utuh terhadap  proses perkembangan anak

C. Tanda-Tanda Anak yang  Mengalami Gangguan Jiwa Akibat Broken Home

  1. Kesedihan yang mendalam secara terus-menerus.
  2. Melamun yang tidak biasa atau yang sering disebut dengan (delusi) yaitu merupakan sebuah pikiran atau pandangan yang tidak mendasar biasanya berwujud perasaan dikejar-kejar sesuatu yang berdasarkan kenyataan.
  3. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun tahun.
  4. Paranoid (cemas/takut) pada hal-halbiasa yang bagi orang normal tidak perlu ditakuti atau dicemaskan.
  5. Suka mengkonsumsi obat penenang guna dapat memberikan rasa kesenangan.
  6. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuhdiri.
  7. Terjadi perubahan diri yang cukup berarti misalnya jika diajak ngomong tidak nyambung
  8. Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.

D. Langkah - Langkah yang Dilakukan Oleh Orang Tua Untuk Adaptasi Anak yang Mengalami Broken Home

  1. Tidak mengubah kebiasaan / aktivitas Anak – anak.
  2. Melakukan Komunikasi terhadap anak – anak
  3. Tidak memberikan pembatasan terhadap anak untuk bias bertemu dengan orang tuanya
  4. Ketika ada permasalahan dan bertengakar jangan dilakukan didepan anak – anak
  5. Bantu anak – anak untuk bias beradaptasi dan bias menemukan jati diri pada anak tersebut.

 

 

Daftar Pustaka

Diakses Pada tanggal 15 Maret 2024 pukul 08.30.https://www.halodoc.com/artikel/dampak-kesehatan-mental-yang-bisa-dialami-anak-broken-home

Diakses Pada tanggal 15 Maret 2024 pukul 09.00https://psikologi.uma.ac.id/dampak-psikologis-yang-dialami-dari-anak-broken-home/

Diakses Pada tanggal 15 Maret 2024 pukul 09.30 http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20062/2/11250002_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

 

 

Penulis: 
A.Rahman.AMK
Sumber: 
PERAWAT RSJD dr. SAMSI JACOBALIS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Artikel

02/12/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
29/11/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
28/11/2024 | Rakhmawati Tri Lestari, S.Psi., M.Psi.
28/11/2024 | Zurniaty, , S. Farm., Apt
26/11/2024 | Ns..Sri Rahmawat,AMK,S.Kep.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori