PENANGANAN UTAMA PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN

Perilaku kekerasan merupakan sebuah bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang maupun diri sendiri yang dilakukan secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan maknanya perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku kekerasan yaitu adanya kehilangan kontrol dalam dirinya, dimana pasien akan dikuasai oleh rasa amarahnya sehingga pasien dapat melukai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar. Apabila masalah ini tidak ditangani dengan benar dan tepat maka perilaku kekerasan dapat mengakibatkan kehilangan kontrol, risiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain serta lingkungan. Sehingga adapun upaya-upaya penanganan perilaku kekerasan yaitu mengatasi strees termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri bersama pasien mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan dan terapi medik yang tepat untuk diberikan.

A. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

1. Muka merah dan tegang

2. Pandangan tajam

3. Mengepalkan tangan 

4. Mondar-mandir

5. Bicara kasar

6. Suara tinggi / menjerit

7. Mengancam secara verbal atau fisik 

8. Melempar atau memukul benda/orang lain

9. Merusak benda atau barang disekitar

10. Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan

B. Faktor Penyebab Risiko Perilaku Kekerasan

1. Faktor Presdiposisi

a. Faktor biologis

Pada faktor biologis meliputi adanya faktor keturunan yaitu adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,disamping itu juga sering terjadi adanya melakukan perilaku kekerasan, pernah mengalami cidera kepala atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan napza.

b. Factor Psikologis

Terdapat asumsi bahwa sesorang untuk mencapai tujuan mengalami hambatan akan timbul serangan agresif yang memotivasi perilau kekerasan. Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil tidak menyenangkan, adanya rasa frustasi dan adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, atau lingkungan

c. Factor sosial budaya

Budaya tertutup dan pasif agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan dapat  menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima (permissive)

2. Faktro Presipitasi

Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus dari perilaku kekerasan, faktor ini dikaitkan dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Dimana pada factor ini meliputi sifat stresor, asal stresor, lamanya stresor yang dialami, dan banyaknya stresor yang dihadapi oleh pasien tersebut. Faktor yang berasal dari pasien diantaranya seperti: kondisi ketidakberdayaan, keputusasaan, percaya diri yang kurang, dan factor yang bersumber dari lingkungan, seperti  adanya situasi lingkungan yang tidak kondusif,

C. Penatalaksanaan

1. Terapi Okupasi

Terapi ini sering disebut juga dengan terapi kerja, dimana terapi ini bukan pemberian penugasan  untuk melakukan kegiatan, karena itu didalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan, tetapi terapi ini sebagai bentuk kegiatan seperti  membaca koran, main catur dll.

2. Farmakologi

Pasien dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan perlu adanya penanganan yang tepat. Adapun pengobatan yang biasa diberikan  seperti : clorpromazine HCL yang digunakan mengendalikan psikomotornya. Dan apabila tidak ada dapat dipergunakan dosis efektif rendah, seperti : Trifluoperasine estelasine, kedua jenis obat tersebut mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi, sehingga tepat diberikan kepada pasien dengan resiko perilaku kekerasan.

3. Peran serta keluarga

Anggota keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada kondisi pasien ketika menjalani proses perawatan di rumah. Disamping itu perawat juga membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan keluarga yaitu, mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber daya pada masyarakat yang efektif.

4. Restrain

Retrain merupakan sebuah terapi yang tepat diberikan pada pasien dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan yaitu dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas / pergerakan fisik pasien. Restrain secara umum diartikan sebuah bentuk tindakan yang menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi pergerakan ekstremitas pada pasien yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis pasien yang merupakan intervensi terakhir jika perilaku pasien tidak dapat diatasi atau dikontrol dengan strategi perilaku atau modifikasi lingkunga

 

 

 

Daftar Pustaka

1. Diakses pada tanggal 05 November 2024 pukul 19.00.https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/419/1/Siti%20Musmini.pdf

2. Diakses pada tanggal 05 November 2024 pukul 20.00.http://eprints.umpo.ac.id/6176/3/BAB%202%20RISTYANA%20NURUL%20SAPUTRI%20...

3. Diakses pada tanggal 07 November 2024 pukul 09.00.https://repository.um-surabaya.ac.id/5635/3/BAB_2.pdf

 

 

Penulis: 
Ns.. EVIRILLIA, S.Kep
Sumber: 
Perawat RSJD dr Samsi Jacobalis

Artikel

31/12/2024 | Yuliandi, A.md. Kep
31/12/2024 | Nurhayati, S.Kep, Ners.
31/12/2024 | Nurhayati, S.Kep, Ners.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori