MODEL TERAPI DAN TAHAPAN-TAHAPAN REHABILITASI NARKOTIKA (NAPZA)

Berbagai kondisi yang mandasari gangguan penggunaan narkoba akan mempengaruhi jenis pengobatan yang akan diberikan kepada pasien, kebijakan untuk merawat dan memulangkan pasien, hasil yang dlharapkan, sumber daya manusia yang akan memberikan pelayanan, dan sikap terhadap perilaku pasien. Ada beberapa model pengobatan/terapi (rehabilitasi) yang popular dilaksanakan pada masalah gangguan penggunaan narkoba, antara lain:

1. Therapeutic Community (TC Model)

Model ini merujuk pada keyakinan bahwa gangguan penggunaan NAPZA adalah gangguan pada seseorang secara menyeluruh. Dalam hal ini norma-norma perilaku diterapkan secara nyata dan ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memberikan reward dan sanksi yang spesifik secara langsung untuk mengembangkan kemampuan mengontrol diri dan sosial/komunitas. Pendekatan yang dilakukan meliputi terapi individual dan kelompok, sesi encounter yang intensif dengan kelompok sebaya dan partisipasi dari lingkungan terapeutik dengan peran yang hirarki, diberikan juga keistimewaan (privileges) dan tanggung jawab. Pendekatan lain dalam program termasuk tutorial, pendidikan formal dan pekerjaan sehari-hari. TC model biasanya merupakan perawatan inap dengan periode perawatan dari dua belas sampai delapan belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek.

2. Model Medik

Model ini berbasis pada biologik dan genetik atau fisiologik sebagai penyebab adiksi yang membutuhkan pengobatan dokter dan memerlukan farmakoterapi untuk menurunkan gejala-gejala serta perubahan perilaku. Program ini dirancang berbasis rumah sakit dengan program rawat inap sampai kondisi bebas dari rawat inap atau kembali ke fasilitas di masyarakat.

3. Model Minnesota

Model ini dikembangkan dari Hazelden Foundation dan Johnson Institute. Model ini fokus pada abstinen atau bebas NAPZA sebagai tujuan utama pengobatan. Model Minessota menggunakan program spesifik yang berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap dengan lanjutan aftercare, termasuk mengikuti program self help group (Alcohol Anonymous atau Narcotics Anonymous) serta layanan lain sesuai dengan kebutuhan pasien secara individu. Fase perawatan rawat inap termasuk; terapi kelompok, terapi keluarga untuk kebaikan pasien dan anggota keluarga lain, pendidikan adiksi, pemulihan dan program 12 langkah. Diperlukan pula staf profesional seperti dokter, psikolog, pekerja sosial, mantan pengguna sebagai addict counselor.

1. Model Eklektik

Model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalam program rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melalui penerapan program 12 langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan pendekatan perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan variasi masalah yang ada pada setiap pasien adiksi.

2. Model Multi Disiplin

Program ini merupakan pendekatan yang lebih komprehensif dengan menggunakan komponen disiplin yang terkait termasuk reintegrasi dan kolaborasi dengan keluarga dan pasien.

3. Model Tradisional

Tergantung pada kondisi setempat dan terinpirasi dari hal-hal praktis dan keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Program bersifat jangka pendek dengan aftercare singkat atau tidak sama sekali. Komponen dasar terdiri dari : medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan yang dimiliki  oleh sistem lokal contoh : pondok pesantren, pengobatan tradisional  atau herbal.  

4. Faith Based Model

Sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak menggunakan farmakoterapi. Tahapan pengobatan merupakan program yang dibangun untuk jangka panjang dengan tahapan-tahapan yang merupakan satu rangkaian pengobatan yang panjang. Dalam mengejar pemulihan, pasien dituntun untuk memiliki kemajuan secara berurutan dari satu layanan ke layanan lain seperti dari detoksifikasi ke rehabilitasi fase primary ke tahap aftercare dan followup (lanjutan).

Tahapan dalam program ini dirancang berdasarkan perkembangan yang diharapkan dari pasien dengan gangguan penggunaan zat melalui proses pengobatan. Setelah proses intake/awal, pasien diproses untuk tahapan orientasi, diikuti dengan tahapan awal, tahapan menengah, tahapan akhir dan tahapanreentry. Akhirnya tahapan akan dilalui sesuai dan berhubungan dengan kemajuan pasien. Hal ini kemungkinan dapat diperlihatkan dalam berbagai tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada pasien dalam berbagai periode selama dalam program pengobatan. Akan bijaksana bilamana jumlah dan jenis keistimewaan yang diberikan membuat pasien gembira atau menikmati. Kemajuan akan dibuat grafik sesuai dengan rangkaian pengobatan dari keadaan ketergantungan menjadi tidak ketergantungan narkoba secara lengkap.

Proses penyembuhan bagi pecandu dapat dilakukan dengan cara bertahap, yakni;

Pra Pengobatan
a. Identifikasi dan Intervensi
b. Krisis Penerimaan dalam program
c. Orientasi Detoksifikasi Pengobatan
d. Komorbiditas, masalah medis dan psikiatris

 Program Primer
a. Program terapi untuk pasien dan keluarga
b. Pendidikan
c. Rekreasi
d. Spiritual
e. Perawatan kesehatan baik fisik maupun mental
f. Kesadaran diri
g. Evaluasi

Perawatan Sekunder (Secondary Care)
a. Lanjutan konseling untuk pasien dan keluarga
b. Rekreasi
c. Pendidikan
d. Spiritual
e. Perawatan kesehatan
f. Dukungan sebaya
g. Rehabilitasi vokasional
h. Pencegahan kekambuhan
i. Aftercare

Beberapa model intervensi psikososial yang dapat dilakukan dalam layanan pengobatan gangguan penggunaan Napza antara lain :

1. Brief Intervention (BI)

Brief Intervention (BI) dipertimbangkan untuk berbagai kondisi yang melibatkan waktu tenaga profesional yang terbatas untuk mencoba merubah penggunaan NAPZA atau setidaknya mengajak klien berpikir ulang mengenai pola penggunaan NAPZA-nya. Waktu yang dibutuhkan untuk intervensi singkat biasanya antara 5 menit sampai 2 jam.

2. Konseling Dasar

Konseling adalah suatu proses pertolongan dimana seseorang dengan tulus dan tujuan yang jelas, memberikan waktu, perhatian dan keahliannya membantu pasien untuk mempelajari situasi mereka, mengenali dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan mereka.

Fungsi utama konseling

a) Menyampaikan informasi penting

b) Membantu pasien mengklarifikasi dan menempatkan masalah

c) Membantu pasien memilih dan mengambil tindakan realistik

d) Memberi dukungan psikomotor melalui ketrampilan komunikasi.

1. Motivational Interviewing (MI)

Motivasi adalah suatu keadaan kesiapan atau keinginan untuk berubah, selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu atau dari situasi ke situasi yang lain. Dasar pemikiran melakukan wawancara motivasional ini adalah bahwa untuk mencapai perubahan adalah lebih mudah bila motivasi untuk berubah tersebut datang dari dalam dirinya sendiri daripada dipaksakan oleh konselor atau terapis.

2. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

CBT adalah pendekatan yang terfokus dan jangka pendek untuk mengarahkan klien agar dapat mengenali situasi berisiko terhadap relaps kemudian menghindari situasi tersebut dan melakukan adaptasi perilakuyang efektif berkenaan dengan masalah dan perilaku yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat (BNN, 2009). Teknik CBT dipergunakan untuk membantu klien memodifikasi pikiran, harapan dan perilaku mereka yang terkait penggunaan NAPZA

3. Relaps Prevention (RP)

Relaps prevention adalah program kendali diri yang didesain untuk mengedukasi seseorang yang berusaha mengubah perilakunya dan mengatasi problem relaps. Relaps prevention merupakan suatu program psikoedukasi yang menggabungkan prosedur latihan ketrampilan perilaku dengan teknik intervensi kognitif. Prinsip utamanya adalah berdasarkan social learning theory. RP bertujuan mendidik seseorang bagaimana mencapai lifestyle yang seimbang dan mencegah pola kebiasaan yang tidak sehat. Klien dibimbing untuk mengenali High Risk Situation atau situasi tertentu yang dapat menjadi ancaman terhadap kendali diri pasien dan dapat menigkatkan risiko relaps (Purnomo & Hardjanto, 2016).

Rehabilitasi pecandu NAPZA dapat berupa rehabilitasi medis yang mengutamakan perbaikan kondisi medis pecandu dan juga rehabilitasi non medis yang mengutamakan pemulihan hubungan sosial, pekerjaan, agama, dan memberikan hiburan bagi para pecandu agar dapat lepas dari NAPZA. Tahapan rehabilitasi terdiri dari fase pertama untuk assesment awal, lanjut rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan aftercare

 

DAFTAR PUSTAKA

 

https://www.kaskus.co.id/thread/582419a61cbfaa9a1b8b4568/model-terapi-dan-tahapan-tahapan-rehabilitasi-narkotika-napza/ Di akses pada tanggal 14 desember 2022 jam 08.30 WIB

https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/25302/1/25d19bbfecab0e56ac714e8c329001b8.pdf. Di akses pada tanggal 14 desember 2022 jam 08.30 WIB

staffnew.uny.ac.id/.../penelitian/metode-terapi-dan-rehabilitasi-korban-napza.pdf. Di akses pada tanggal 14 desember 2022 jam 08.30 WIB

eprints.umpo.ac.id/5102/3/BAB 2.pdf. Di akses pada tanggal 14 desember 2022 jam 08.30 WIB

 

 

 

Penulis: 
Sari Anggun Feby Royanti, S.Kep,Ners
Sumber: 
Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah

Artikel

02/12/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
29/11/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
28/11/2024 | Rakhmawati Tri Lestari, S.Psi., M.Psi.
28/11/2024 | Zurniaty, , S. Farm., Apt
26/11/2024 | Ns..Sri Rahmawat,AMK,S.Kep.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori