MENINGKATKAN KETAHANAN PSIKOLOGIS PADA INDIVIDU DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA adalah perilaku negatif dari pengguna yang mengakses berbagai zat adiktif (NAPZA/narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) secara salah untuk mendapatkan efek yang merugikan bagi otak. Kecanduan akan NAPZA yang sangat parah menyebabkan gangguan pada otak dan mungkin memberikan dampak yang berat bagi bagi pengguna. Selain pengguna mengalami kerugian yang sangat besar, keluarga dengan pecandu zat adiktif juga memiliki stres dan beban yang besar untuk merawat anggota keluarga tersebut. Pendekatan untuk mengatasi gangguan ini memerlukan pemahaman yang kompleks.

Aspek biologis dapat dilihat dari mekanisme neurobiologis dari sistem otak manusia. Deregulasi sistem penghargaan di otak (brain reward system) adalah sangat penting dalam memahami perkembangan dari kecanduan. Zat-zat yang dikonsumsi awalnya membentuk tindakan penguatan positif dengan bekerja pada neuron dopaminergik di area tegmental ventral, bidang proyeksinya di nukleus akumbens, korteks prefrontal, dan amigdala yang diperluas, serta di nukleus otak yang menerima masukan dari nukleus akumbens. Area otak ini melibatkan neurotransmitter seperti dopamin dan opioid endogen. Penggunaan zat secara terus menerus menghasilkan neuroadaptasi yang diamati pada tahap penarikan/afek negatif (penguatan negatif) di area seperti amigdala yang melibatkan neurotransmitter seperti faktor pelepas kortikotropin, norepinefrin, dan dinorfin. Perubahan kronis dalam sistem ini, terutama penurunan fungsi komponen dopaminergik dari sistem penghargaan, menyebabkan neuroadaptasi dalam banyak neurotransmitter, seperti sistem glutamatergik, yang mengakibatkan modulasi neuroplastisitas (Volkov, Michaelides & Baler, 2019; Scheefhals & MacGillavry, 2018). Dampak negatif daripada deregulasi ini memunculkan fenomena seperti "keinginan" yang didefinisikan sebagai hasrat patologis yang sangat kuat untuk mengkonsumsi zat tersebut. Keinginan ini distimulasi oleh disforia dan anhedonia selama tahap penarikan, dikombinasikan dengan paparan rangsangan yang terkait dengan zat adiktif tersebut. Hal ini mendorong orang untuk mencarinya, dan akhirnya berujung pada konsumsi kompulsif dan penyalahgunaan berikutnya (Cardenas-Quesada et al., 2024). Perubahan neurobiologis yang dapat dilihat dari mekanisme modulasi neuroplastisitas namun menghasilkan deregulasi sistem reward otak membuat seseorang menjadi kecanduan dan jika tidak ditangani secara serius dapat menyebabkan kecanduan parah. 

Kecanduan yang parah menimbulkan selain masalah fisik, juga masalah psikologis, termasuk sosial, keluarga, hukum dan ekonomi pada orang dengan gangguan penggunaan zat (Samar & Buz, 2022). Sangat penting untuk melakukan intervensi dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Diperlukan penguatan secara spiritual untuk membantu seseorang agar dapat menghentikan penggunaan zat dan ikut serta menyelesaikan proses perawatan secara efektif (Sahiner, Asut & Sahiner, 2022). Meningkatkan ketahanan psikologis sangat penting bagi individu dengan kecanduan NAPZA untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Individu dengan ketahanan psikologis yang tinggi adalah mereka yang telah mengembangkan keterampilan yang baik dalam mengatasi masalah, memiliki harga diri, dapat mengelola emosi, dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru (Akyel, 2021). Keyakinan akan masa depan, spiritualitas, keterampilan komunikasi, fleksibilitas kognitif, selera humor, dan berempati tinggi adalah ciri individu yang memiliki ketahanan psikologis (Gurgan, 2006). Individu dengan ketahanan psikologis yang tinggi menjauhi penyalahgunaan zat dengan keterampilan pengendalian diri dan mengerti cara mengakses dukungan sosial yang kuat seperti keluarga dan sekolah (Akyel, 2021). Perilaku penyalahgunaan zat dan kekambuhan lebih jarang terjadi pada individu yang memiliki ketahanan psikologis (Goldstein et al., 2013; Tilim & Murat, 2019). Penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketahanan psikologis individu dengan gangguan penggunaan zat lebih rendah dibandingkan dengan individu non-pengguna (Akyel, 2021; Şahiner et al., 2022; Skrove et al., 2013). Ketahanan psikologis menjadi sangat penting untuk ditingkatkan pada individu dengan penyalahgunaan NAPZA. 

Implementasi cara meningkatkan ketahanan psikologis dapat dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengembangkan kepribadian menjadi lebih baik. Kepribadian baik yang dimaksud adalah mampu berpikir positif, mengelola emosi, berperilaku positif, memiliki pengendalian diri yang baik, gigih dalam berusaha, selalu ingin berprestasi, dan bergaul baik dengan orang lain. Usaha yang lain seperti memiliki kebermaknaan, yaitu kesadaran bahwa ada sesuatu untuk dijalani dan bahwa hidup memiliki tujuan.

Cara lain  dalam meningkatkan ketahanan psikologis yaitu memanfaatkan dukungan sosial. Dukungan sosial yang dimaksud adalah memiliki hubungan kuat yang baik didalam keluarga maupun diluar keluarga. Kemampuan individu dikembangkan dalam kapasitasnya untuk dapat mengidentifikasi dan memanfaatkan dukungan yang ada disekitarnya agar dapat menolong ketika individu mengalami masalah. Dukungan dapat diberikan secara formal seperti program bantuan dari pemerintah atau dukungan informal melalui hubungan sosial. Beberapa aspek dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional. Ketika berada di bawah tekanan, dukungan emosional memberi orang rasa nyaman dan perlindungan serta membantu mereka merasakan bahwa orang lain peduli terhadap mereka (Cutrona dan Russell, 1990). Dukungan berikutnya yaitu dukungan instrumental. Empat jenis dukungan instrumental yang berbeda, seperti bantuan pekerjaan rumah, transportasi, keuangan, dan perawatan medis dan dari keempat jenis dukungan instrumental tersebut didapatkan bahwa bantuan diberikan dan diterima seseorang paling sering dari anggota keluarga saat menjalani perawatan medis, diikuti oleh dukungan keuangan, bantuan pekerjaan rumah, dan bantuan transportasi serta orang-orang mengatakan bahwa mereka memberi lebih banyak bantuan daripada yang mereka terima untuk setiap jenis dukungan (Cross et al., 2018). Berikutnya yaitu dukungan informasi. Dukungan informasi membantu dalam mendefinisikan, memahami, dan mengatasi situasi atau masalah (Lee et al., 2018). Terakhir yaitu dukungan kebersamaan, yaitu dukungan yang berupa adanya kekompakan dalam kelompok, kemauan untuk saling mendukung, dan interaksi sosial di antara orang-orang. Kemampuan mengembangkan kepribadian menjadi lebih baik dan memaksimalkan dukungan sosial yang tersedia, dapat meningkatkan ketahanan psikologis pada individu dengan penyalahgunaan NAPZA. 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Akyel, B. (2021). Evaluation of adolescents with substance use disorder and their healthy siblings in terms of childhood trauma, resilience, and executive functions. Ege University, Health Sciences Institute, Substance Abuse Department. Unpublished Doctoral Thesis. 

Cárdenas-Quesada, J., Mestre-Pintó, J., Maldonado, R., Rodríguez de Fonseca, F., Torrens, M., & Farré, M. (2024). Substance use disorders and cooperative research on addictions: Spanish approach as a model. Pharmacological Research, 206(June). https://doi.org/10.1016/j.phrs.2024.107233

Cross, C. J., Nguyen, A. W., Chatters, L. M., & Taylor, R. J. (2018). Instrumental Social Support Exchanges in African American Extended Families. Journal of Family Issues, 39(13), 3535–3563. https://doi.org/10.1177/0192513X18783805

Cutrona, C. E., & Russell, D. W. (1990). Type of social support and specific stress: Toward a theory of optimal matching. Social Support: An Interactional View., January 2015, 319-366. https://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=psyh&AN=1990-9769.... ehost-live

 

Goldstein, A. L., Faulkner, B., & Wekerle, C. (2013). The relationship among internal resilience, smoking, alcohol use, and depression symptoms in emerging adults transitioning out of child welfare. Child Abuse and Neglect, 37(1), 22–32. https://doi. org/10.1016/j.chiabu.2012.08.007

Lee, D. S., Ybarra, O., Gonzalez, R., & Ellsworth, P. (2018). I-Through-We: How Supportive Social Relationships Facilitate Personal Growth. Personality and Social Psychology Bulletin, 44(1), 37-48. https://doi.org/10.1177/0146167217730371

 

Gürgan, U. (2006). Resiliency scale (RS): Scale development, reliability and validity study. Ankara University Journal of Faculty of Educational Sciences, 39(2), 45–74.

N.D. Volkow, M. Michaelides, R. Baler, The neuroscience of drug reward and addiction, Physiol. Rev. 99 (4) (2019) 2115–2140, https://doi.org/10.1152/ physrev.00014.2018

N. Scheefhals, H.D. MacGillavry, Functional organization of postsynaptic glutamate receptors, Mol. Cell. Neurosci. 91 (2018) 82–94, https://doi.org/ 10.1016/j.mcn.2018.05.002

Sahiner, S¸ . Y., Asut, G., & S¸ ahiner, ˙ I. V. (2022). Relationship between resilience and treatment continuity in opioid use disorder patients. Journal of Dependence, 23(3), 256–265

Samar, B., & Buz, S. (2022). Social work practice in addiction rehabilitation: Erenkoy ¨ BAHAR model. Journal of Dependence, 23(2), 221–232. Shipley

Skrove, M., Romundstad, P., & Indredavik, M. S. (2013). Resilience, lifestyle and symptoms of anxiety and depression in adolescence: The young-HUNT study. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 48(3), 407–416. https://doi.org/10.1007/ s00127-012-0561-2

Tilim, M., & Murat, M. (2019). A relationship between the self-efficacy about adolescents’ avoidance of substance abuse and the peer pressure, self-expression skill, resilience. International Journal of Society Researches, 14(20), 931–955. Wise, R. A., & Koob, G. F. (2014). The development and maintenance of drug addiction. Neuropsychopharmacology, 39(2), 254–262

Penulis: 
Morinica, S.Kep., Ners
Sumber: 
Perawat RSJD dr Samsi Jacobalis

Artikel

07/02/2025 | David Anugrah, A.md.Kep
31/12/2024 | Yuliandi, A.md. Kep
31/12/2024 | Nurhayati, S.Kep, Ners.
31/12/2024 | Nurhayati, S.Kep, Ners.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori