Skizofrenia adalah gangguan psikotik ditandai dengan distorsi realita, perilaku, emosi, persepsi, dan perilaku menyimpang, dengan gejala keyakinan yang salah (waham), pandangan yang tidak benar atau delusi, dan gangguan persepsi sensori (halusinasi). Seseorang dengan skizofrenia seringkali mengalami hambatan dalam interaksi sosial, gejala skizofrenia ada 2 kategori yang terbagi menjadi gejala positif dan negatif. Gejala positif yaitu delusi atau pandangan yang tidak benar, bicara tidak koheren atau bicara kacau, mengalami halusinasi, gangguan persepsi dan hambatan kognitif. Sedangkan gejala negatif yaitu tidak adanya ketertarikan untuk berinteraksi sosial atau kehilangan minat, ekspresi wajah yang datar,dan bersikap apatis.
Gejala negatif pada skizofrenia mengakibatkan terjadinya isolasi sosial, sedangkan untuk gejala positif dapat ditangani dengan pengobatan, gejala negatif acapkali menetap sehingga seringkali menghambat pemulihan dalam aktivitas sehari-hari. Dampak dari adanya masalah pada interaksi sosial mengakibatkan pasien mengasingkan diri dari orang lain, resiko bunuh diri, dan juga proses pemulihan dengan jangka waktu yang tidak sebentar.
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan lainnya,suatu kelompok dengan kelompok lainnya dan juga antar individu dengan kelompok, interaksi sosial adalah bagaimana seseorang bersikap dan bereaksi dalam suatu hubungan atau adanya hubungan saling dan timbal balik, interaksi sosial dapat tercipta apabila adanya komunikasi dan kontak sosial, interaksi sosial ditandai dengan adanya pembicaraan dengan orang lain, menjaga percakapan dan adanya pertanyaan, pertukaran informasi, adanya ekspresi perasaan, menyelesaikan percakapan, bergabung dalam pembicaraan, mengikuti topik pembicaran, adanya reaksi ketika topik pembicaraan diubah, menyampaikan pendapat dan mengulangi kembali pernyataan ketika lawan bicara kurang memahami. Interaksi sosial sangat memiliki peran yang penting dalam pemulihan pasien dengan skizofrenia, individu yang memiliki kemampuan dalam bersosialisasi akan berpikir positif dan reaksi akan suatu masalah secara adaptif dalam setiap tahapan hidupnya.
metode yang digunakan untuk memperbaiki interaksi sosial pada pasien skizofrenia dengan penguatan (reinforcement). Reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu reinforcement positif negatif. Reward adalah penguatan positif yang disampaikan untuk meningkatkan perilaku yang diperlukan, selain itu punishment diberikan sebagai impak dari perilaku.
Ada beberapa jenis Reinforcement yaitu :
- Primary reinforcement adalah penguatan yang langsung dapat dirasakan yaitu makanan dan minuman
- Secondary reinforcement yaitu berhubungan dengan kebiasaan manusia, seperti pujian, kata-kata yang baik, uang, barang yang berharga dan penghormatan.
- Contingency reinforcement, yaitu sikap yang tidak menyenangkan digunakan agar individu melakukan tingkah laku yang diinginkan.
Tahapan-tahapan dalam menerapkan reinforcement positif, adalah :
- Mengumpulkan data atau informasi tentang persoalan melalui analisa
- Menentukan perilaku individu yang ingin diubah
- Menentukan data awal perilaku sebelumnya
- Memilih reinforcement yang bermakna
- Menentukan waktu dalam pemberian reinforcement
- Implementasi reinforcement positif
Pasien dengan skizofrenia sekurang-kurangnya mampu berinteraksi dengan orang yang ada dilingkungannya untuk dapat diterima kembali di masyarakat dengan menjalani terapi dengan reinforcement positif bertujuan untuk memperbaiki yang sebelumnya isolasi sosial menjadi mampu berinteraksi sosial,dengan reinforcement positif memberikan konsekuensi yang menggembirakan saat perilaku yang diinginkan keluar dengan capaian perilaku tersebut bertahan secara konsisten. Reinforcement positif cukup efektif karena pasien melakukan perubahan perilaku dengan perasaan yang bahagia karena adanya suatu reward dalam pencapaian pasien, hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maftuhah dan IGAA Noviekayati bahwa didapatkan hasil adanya peningkatan kemampuan dalam interaksi sosial pada pasien yang mendapatkan reinforcement positif.
Dengan adanya penguatan positif diharapkan pasien merasa lebih dihargai akan perubahan perilaku atau adanya peningkatan perilaku positif dalam kemampuan interaksi sosial sehingga pasien mampu berbaur kembali ditengah-tengah masyarakat tanpa merasa ada hambatan untuk memulai interaksi sosial.
Daftar Pustaka
- Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama.
- Garvin, G. (2017). Efektivitas Group Behavior Therapy Terhadap Conversational Skill Pada Pasien Skizofrenia Tipe Residual (Studi Kasus Pada Instansi X). Psibernetika, 9(2). https://doi.org/10.30813/psibernetika.v9i2.469
- Harkomah, I., Arif, Y., & Basmanelly. (2018). Pengaruh Terapi Social Skills Training (Sst) Dan Terapi Suportif Terhadap Keterampilan. 02(01), 61–65. https://doi.org/ISSN 2549-2721, ISSN 2549-2748 (Online)
- Maftuhah & IGAA Noviekayati. (2020). Teknik Reinforcement Positif untuk Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial pada Kasus Skizofrenia. Jurnal. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945. https://journals.usm.ac.id/index.php/philanthropy/article/view/2406
- Nyumirah, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif Dan Perilaku) Melalui Penerapan Terapi Perilaku Kognitif Di Rsj Dr Amino Gondohutomo Semarang. Keperawatan Jiwa
- Pairan, Mubarok, A. M., & Nugraha, E. N. (2018). Metode Penyembuhan Penderita Skizofrenia oleh Mantri dalam Perspektif Pekerjaan Sosial. EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
- Pangesti, M. (2016). Konseling Behavior dan Pelatihan Keterampilan Sosial untuk Meningkatkan Interaksi Sosial pada Pasien Skizofrenia. Psychology Forum UMM
- Sari, G. D. (2016). Penerapan Reward dan Punishment untuk Meningkatkan Perilaku Rutin Minum Obat pada Pasien Skizofrenia. https://mpsi.umm.ac.id/files/file/165-169 Galuh Dwinta Sari.pdf
- Videbeck, S. L. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.