Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, diperlukan adanya sebuah usaha yang dapat menghasilkan sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kehidupan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan bekerja. Dari pekerjaan yang dilakukan akan mendapatkan sebuah penghasilan baik berupa barang, uang maupun hasil panen. Sehingga dalam kehidupan manusia pekerjaan menjadi sebuah keharusan yang dimiliki atau dilakukan.
Manusia akhirnya berlomba-lomba mencari pekerjaan yang disediakan maupun menciptakan pekerjaan sendiri. Meskipun banyak pekerjaan yang dihasilkan manusia namun tidak sedikitpula manusia yang tidak memiliki pekerjaan. Hal ini dikarenakan jumlah pekerjaan tidak dapat menyamai jumlah pertumbuhan manusia. Manusia mengalami pertumbuhan setiap waktu, sedang pekerjaan membutuhkan waktu dalam pengadaanya.
Meskipun pekerjaan sangat dibutuhkan dan tak mudah mendapatnya, pekerjaan itu sendiri memiliki resiko dan dampak terhadap pekerjanya. Salah satu yang timbul pada pekerja adalah adanya stres yang ditimbulkan dari pekerjaan yang dilakoni pekerja.
Stres merupakan reaksi negatif dari orang-orang yang mengalami tekanan berlebih yang dibebankan kepada mereka akibat tuntutan, hambatan, atau peluang yang terlampau banyak. Stres didasarkan pada asumsi bahwa yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda–tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatik, adalah hasil dari tidak/kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif.
Stres kerja sebagai kondisi yang muncul dari interaksi manusia dengan pekerjaannya serta dikarakteristikkan oleh manusia sebagai perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka. Bisa dikatakan bahwa stress kerja adalah umpan balik atas atas diri karyawan secara fisiologis maupun psikologis terhadap keinginan atau permintaan organisasi. Stres kerja merupakan faktor-faktor yang dapat memberi tekanan terhadap produktivitas dan lingkungan kerja serta dapat mengganggu individu.
Stres kerja juga bisa diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stresor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stress kerja.
Pemimpin kemungkinan tidak memperhatikan ketika karyawan mengalami stress dengan tingkat stress yang rendah sampai menengah. Alasannya adalah stress dengan tingkat seperti itu bias bersifat fungsional dan membawa kinerja karyawan yang lebih tinggi. Akan tetapi tingkat stress yang tinggi, bahkan tingkat stress yang rendah tetapi berlangsung lama, dapat menurunkan kinerja karyawan, sehingga perlu tindakan dari manajemen. Meskipun jumlah stress yang terbatas bisa bermanfaat bagi kinerja karyawan, tetapi jangan berharap seperti itu. Tingkat stress yang rendah dipersepsi karyawan sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki.
Perbedaan Antara Stress Dan Kecemasan:
- Stres bukan masalah kecemasan, yang artinya bahwa, kecemasan terjadi dalam lingkup emosional dan psikologis, sementara stress terjadi dalam lingkup emosional, psikologis, dan juga fisik. Stres dapat disertai dengan kecemasan, tetapi keduanya tidak sama.
- Stres bukan hanya ketegangan saraf: ketegangan saraf mungkin dihasilkanoleh stress, tetapi keduanya tidak sama. Orang yang pingsan menunjukkan stress, dan beberapa orang mengendalikannya serta tidak menunjukkannya melalui ketegangan saraf.
- Stres bukan sesuatu yang selalu merusak, buruk atau dihindari. Eustres tidak merusak atau buruk, tetapi merupakan sesuatu yang perlu dicari, bukannya dihindari. Stres tidak dapat dielakkan, kuncinya adalah bagaimana kita menangani stress.
Jenis-Jenis Stres
Stres tidak selalu buruk, meskipun seringkali dibahas dalam konteks yang negatif, karena stress memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Contohnya, banyak professional memandang tekanan sebagai beban kerja yang berat dan tenggang waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka. Stres bisa positif bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stress tantangan, atau stress yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi berbeda dari stress hambatan, atau stress yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Terkadang memang dalam satu organisasi sengaja diciptakan adanya suatu tantangan, yang tujuannya membuat karyawan lebih termotivasi untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Dengan cara memberikan waktu yang terbatas.
Empat Jenis Stres:
1. Eustres (good stres)
Merupakan stress yang menimbulkan stimulus dan kegairahan, sehingga memiliki efek yang bermanfaat bagi individu yang mengalaminya. Contohnya Seperti: tantangan yang muncul dari tanggung jawab yang meningkat, tekanan waktu, dan tugas berkualitas tinggi.
2. Distress
Merupakan stres yang memunculkan efek yang membahayakan bagi individu yang mengalaminya seperti: tuntutan yang tidak menyenangkan atau berlebihan yang menguras energi individu sehingga membuatnya menjadi lebih mudah jatuh sakit.
3. Hyperstress
Yaitu stress yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya. Meskipun dapat bersifat positif atau negatif tetapi stress ini tetap saja membuat individu terbatasi kemampuan adaptasinya. Contoh adalah stres akibat serangan peperangan.
4. Hypostress
Merupakan stress yang muncul karena kurangnya stimulasi. Contohnya, stres karena bosan atau karena pekerjaan yang rutin.
Tiga Tahap Respon Sistemik Tubuh Terhadap Kondisi-Kondisi Penuh Stres Yang Diistilahkan (General Adaptation Syndrome–GAS):
- Pada fase pertama, yaitu reaksi alarm (alarm reaction), sistem syaraf otonom diaktifkan oleh stres
- Pada fase kedua, resistensi (resistance), organisme beradaptasi dengan stres melalui berbagai mekanisme coping yang dimiliki.
- Jika respon menetap atau organisme tidak mampu merespon secara efektif, terjadi fase ketiga, yaitu suatu tahap kelelahan (exhaustion) yang amat sangat,dan organisem mati atau menderita kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Gejala–Gejala Stres Kerja
Individu akan mengalami gejala stress positif seandainya mendapatkan kesempatan untuk naik jabatan atau menerima hadiah (reward). Sebaliknya, jika individu merasa dihambat oleh berbagai sebab di luar kontrol dalam mencapai tujuannya, maka individu akan mengalami gejala stress yang negatif.
Gejala-Gejala Stress Yaitu:
1. Gejala psikologis
- Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
- Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
- Sensitive dan hyperreactivity
- Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
- Komunikasi yang tidak efektif
- Perasaan terkucil dan terasing
- Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
- Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
- Kehilangan spontanitas dan kreativitas
- Menurunnya rasa percaya diri
2. Gejala Fisiologis
- Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular
- Meningkatnya sekresi dari hormon stress (seperti: adrenalin dan nonadrenalin)
- Gangguan gastrointestinal (gangguan lambung)
- Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
- Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis
- Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
- Gangguan pada kulit
- Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
- Gangguan tidur
- Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker
3. Gejala Perilaku
- Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
- Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
- Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
- Perilaku sabotase dalam pekerjaan
- Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas.
- Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi.
- Meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
- Meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas
- Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
- Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Faktor Yang Memengaruhi Stres Kerja Diantaranya:
1. Stressor kondisi pekerjaan
Seperti beban kerja berlebihan secara kuantitatif dan kualitatif, keputusan yang dibuat oleh seseorang, bahaya fisik, jadwal bekerja.
2. Stressor stress peran
Ketidakjelasan peran, adanya bias dalam membedakan gender dan stereotype peran gender; pelecehan seksual
3. Stressor faktor interpersonal
Meliputi hasil kerja dan dukungan sosial yang buruk, persaingan politik, kecemburuan sosial, kemarahan, dan kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan.
4. Stressor perkembangan karir
Seperti promosi jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya, promosi jabatan yang lebih tinggi dari pada kemampuannya, keamanan pekerjaannya, ambisi yang berlebihan sehingga mengakibatkan frustrasi.
5. Stressor struktur organisasi
Meliputi struktur yang kaku dan tidak bersahabat, pertempuran politik, pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang, ketidakterlibatan dalam membuat keputusan.
6. Stressor tampilan rumah pekerjaan
Seperti mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi, kurangnya dukungan dari pasangan hidup, konflik pernikahan, stres karena memiliki dua pekerjaan.
Sumber: Gusti Yuli Asih, S.Psi, M.Si, Prof. Dr. Hardani Widhiastuti, Psikolog, Rusmalia Dewi, S.Psi, M.Si, Psikolog. 2018. Stres Kerja. Semarang University. Semarang.