PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak menyenangkan.
PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Beberapa peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD adalah perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual.
Secara umum, gejalanya mirip dengan depresi, tetapi PTSD lebih cenderung terjadi karena pengalaman traumatis yang mengganggu secara emosional dan fisik. Selain itu, PTSD juga bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang.
Meski demikian, tidak semua orang yang teringat pada kejadian traumatis berarti terserang PTSD. Ada kriteria khusus yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang mengalami PTSD.
Penyebab PTSD
PTSD bisa muncul setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang menakutkan atau mengancam nyawa. Belum diketahui secara pasti mengapa peristiwa tersebut menyebabkan PTSD pada sebagian orang. Namun, ada dugaan bahwa penyebabnya adalah kombinasi dari sejumlah kondisi berikut:
- Pengalaman yang tidak menyenangkan
- Riwayat gangguan mental pada keluarga
- Kepribadian bawaan yang temperamen
Faktor Pemicu
Peristiwa yang diketahui paling sering memicu PTSD meliputi:
- Terlibat dalam kecelakaan.
- Menjadi korban pelecehan atau kekerasan seksual.
- Menjadi korban perundungan yang berkaitan dengan identitas (baik secara ekonomi, sosial, keluarga).
- Mengalami situasi mencekam yang mengancam jiwa, seperti diculik atau berada dalam situasi perang.
- Menyaksikan orang lain terluka atau menyaksikan kejadian pembunuhan.
- Selamat dari bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, atau bahkan pandemi.
- Kehilangan seseorang yang dekat dengan kamu.
- Didiagnosis dengan kondisi yang mengancam jiwa (seperti menderita penyakit kronis).Faktor risiko PTSD
Faktor Resiko
Setiap orang bisa terserang PTSD setelah menyaksikan atau mengalami kejadian tragis. Akan tetapi, PTSD lebih berisiko terjadi pada orang yang memiliki sejumlah faktor risiko berikut:
- Kurang mendapat dukungan dari keluarga dan teman
- Menderita kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA
- Menderita gangguan mental lain, misalnya gangguan kecemasan dan depresi
- Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan mental, seperti depresi
- Mendapat pengalaman traumatis sebelumnya, misalnya dirundung (bullying) pada masa kecil
- Memiliki profesi tertentu, misalnya tentara atau relawan medis di daerah perang
- Terluka secara fisik atau mengalami sakit yang tak tertahankan
- Mengalami trauma pada usia dini atau mengalami trauma secara berulang
Gejala PTSD
Gejala PTSD hampir mirip dengan Stockholm syndrome yang muncul setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis. Tingkat keparahan dan lamanya gejala juga berbeda-beda pada tiap penderita.
Beberapa gejala yang menunjukkan seseorang mengalami PTSD adalah:
1. Gangguan pada Ingatan (Intrusive Memory)
Pengidap PTSD sering mengalami ingatan yang mengganggu yang berhubungan dengan kejadian traumatis.
Selain itu, mereka mungkin mengalami kilas balik (flashback) yang intens, bahkan dalam mimpi.
Ingatan yang kuat tentang kejadian traumatis ternyata dapat menyebabkan rasa cemas, ketakutan, rasa bersalah, dan curiga yang berlebihan.
Tak hanya itu, gejala ini juga dapat muncul bersama dengan sakit kepala, gemetar, detak jantung yang cepat, dan serangan panik.
2. Kecenderungan untuk Mengelak/ Menghindar (Avoidance)
Kemudian, pengidap PTSD cenderung menghindari situasi, tempat, orang, atau aktivitas yang dapat mengingatkan pada kejadian traumatis.
Mereka mungkin berusaha untuk tidak memikirkan atau menghindari pembicaraan tentang kejadian tersebut.
Bahkan, pengidap kelainan kesehatan mental ini juga kerap kali menghindari banyak orang secara umum, menarik diri dari pergaulan, dan merasa kesepian.
Tak heran jika pada akhirnya mereka mengalami depresi.
3. Perubahan Cara Berpikir
Setelah mengalami trauma, cara berpikir pengidap PTSD dapat berubah dengan cukup signifikan. Mereka sering kali memiliki pola pikir yang negatif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Tidak hanya itu, mereka juga mungkin merasa tidak memiliki masa depan, putus asa, dan mengalami gangguan daya ingat.
Hubungan dengan orang sekitar pun bisa terganggu, mengalami kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya menjadi hobi, sulit berpikir positif, dan kehilangan kepekaan emosional.
4. Perubahan pada Reaksi Fisik dan Emosi
Pengidap PTSD cenderung lebih mudah terkejut atau takut. Inilah sebabnya, mereka selalu waspada dan curiga secara berlebihan.
Selain itu, mereka mungkin mengalami perubahan reaksi fisik dan emosi, seperti kecenderungan untuk melakukan perilaku yang membahayakan kesehatan.
Ini termasuk penyalahgunaan alkohol, kesulitan tidur, kesulitan berkonsentrasi, mudah marah, dan sering merasa malu dan bersalah.
Lalu, berapa lama gejala dapat muncul setelah mengalami trauma? Gejala muncul setidaknya satu bulan setelah pengidap mengalami kejadian traumatis.
Namun, mereka juga dapat merasakan gejala tersebut selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelahnya.Pada beberapa kasus, penderita PTSD juga dapat mengalami alexithymia, yaitu ketidakmampuan untuk mengenali emosi pada dirinya.
Gejala Khusus pada Anak
PTSD dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Namun, pada anak-anak, terdapat gejala khusus, di antaranya:
- Sering melakukan reka ulang peristiwa traumatis melalui permainan
- Tidak berani berpisah dengan orang tua atau saudaranya, walaupun hanya sebentar
- Sering mengompol walaupun sebelumnya sudah dapat buang air kecil di toilet
- Kapan harus ke dokter
- Konsultasikan dengan dokter bila muncul ingatan terhadap peristiwa traumatis yang sampai mengganggu aktivitas, terutama bila berlangsung selama 1 bulan atau lebih.
Segera periksakan ke dokter apabila ingatan tentang kejadian traumatis sampai memicu Anda untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain, atau jika menimbulkan keinginan untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Diagnosis PTSD
Untuk mendiagnosis PTSD, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tahu apakah gejala yang dialami disebabkan oleh penyakit fisik. Jika tidak terdapat penyakit fisik, dokter akan melakukan pemeriksaan mental pasien.
Seseorang baru dapat dikatakan menderita PTSD bila pernah mengalami kondisi atau peristiwa berikut sebelum gejala muncul:
- Mengalami peristiwa traumatis secara langsung
- Menyaksikan peristiwa traumatis yang menimpa orang lain
- Mendengar bahwa orang terdekat mengalami peristiwa traumatis
- Berulang kali terbayang pada kejadian traumatis secara tidak sengaja
Untuk dikategorikan sebagai PTSD, gejala yang dialami pascaperistiwa traumatis harus berlangsung selama 1 bulan atau lebih. Seseorang juga dapat dinyatakan mengalami PTSD apabila gejala telah mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama dalam hubungan sosial dan pekerjaan.
Pengobatan PTSD
Pengobatan PTSD bertujuan untuk meredakan respons emosi pasien dan mengajarkan pasien cara mengendalikan diri dengan baik ketika teringat pada kejadian traumatis. Metode pengobatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan pilihan pertama dalam mengatasi PTSD. Jika gejala yang dialami pasien tergolong parah, dokter akan menggabungkan psikoterapi dan obat-obatan.
Psikoterapi dapat dilakukan secara individual atau berkelompok dengan pasien PTSD lain. Ada beberapa jenis psikoterapi yang biasanya digunakan untuk mengatasi PTSD, yaitu:
- Terapi perilaku kognitif, untuk mengenali dan mengubah pola pikir pasien yang negatif menjadi positif
- Terapi eksposur, untuk membantu pasien menghadapi keadaan dan ingatan yang memicu trauma secara efektif
- Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR), untuk mengarahkan fokus pasien ke suara atau gerakan benda tertentu saat mengingat kejadian traumatis
2. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan untuk mengatasi gejala PTSD tergantung pada gejala yang dialami pasien, seperti:
- Antidepresan, seperti sertraline dan paroxetine, untuk mengatasi depresi
- Anticemas, untuk mengatasi kecemasan
- Prazosin, untuk mencegah mimpi buruk
Dokter akan meningkatkan dosis bila obat tidak efektif dalam mengatasi gejala. Sebaliknya, jika terbukti efektif, obat akan terus diberikan setidaknya sampai 1 tahun, kemudian dihentikan secara bertahap.
Komplikasi PTSD
PTSD bisa mengganggu kehidupan penderitanya, baik di lingkup keluarga, orang terdekat, atau pekerjaan. Jika tidak ditangani dengan tepat, penderita PTSD juga berisiko menderita gangguan mental lain, seperti:
- Depresi
- Gangguan makan
- Gangguan kecemasan
- Kecanduan alkohol
- Penyalahgunaan NAPZA
- Penderita PTSD juga dapat memiliki keinginan untuk melukai diri sendiri, bahkan bunuh diri.
Pencegahan PTSD
PTSD tidak bisa dicegah, tetapi ada beberapa cara yang dapat dilakukan bila Anda mengalami kejadian traumatis, misalnya:
- Bicarakan kepada keluarga, teman, atau terapis mengenai kejadian traumatis yang Anda alami.
- Konsultasikan ke dokter jika Anda tidak dapat mengatasi perasaan yang timbul setelah mengalami kejadian tidak menyenangkan.
https://www.alodokter.com/ptsd
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/post-traumatic-stress-disorder