Ketika menjalin relasi dengan orang disekitar kita, tidak jarang relasi yang terbentuk adalah relasi yang tidak sehat atau toxic relationship. Beberapa orang tidak menyadari hal tersebut terjadi pada dirinya sehingga tetap mempertahankan relasi yang tidak sehat tersebut. Gaslighting merupakan istilah yang dibuat untuk menggambarkan kondisi relasi yang tidak sehat dan kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Istilah gaslighting bermula dari film karya sutradara George cukor dengan judul Gaslight, pada tahun 1944 (Sweet, 2019). Film tersebut menggambarkan hubungan suami istri yang tidak sehat dimana suami dari tokoh film yang diperankan memanipulasi, menyiksa sang istri sehingga istrinya merasa inferior dan mempertanyakan kewarasan dirinya sendiri. Hingga sekarang istilah gaslighting digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan yang tidak sehat dan bisa terjadi pada siapapun saat menjalin sebuah relasi baik dalam hubungan romantis, pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan lain sebagainya.
Kamus Merriam Webster menyebutkan bahwa gaslighting adalah suatu bentuk manipulasi psikologis yang dilakukan oleh seseorang untuk membuat korban mempertanyakan validitas pikiran mereka sendiri, persepsi realitas, atau ingatan dan biasanya menyebabkan kebingungan, kehilangan kepercayaan diri dan harga diri, emosi yang tidak stabil, serta membuat korban memiliki ketergantungan pada pelaku. Tujuan dari pelaku gaslighting ini adalah agar pelaku mendapatkan apa yang diinginkan tanpa harus meminta dan mengkomunikasikan kepada korban secara langsung. Pelaku gaslighting ini percaya bahwa ia mampu mengendalikan korbannya. Gaslighting ini biasanya terjadi dalam sebuah siklus dan berulang sehingga membuat korban beradaptasi dengan ketidakberdayaan yang terjadi (Kurniawan & Limanta, 2021). Beberapa cara gaslighting yang dilakukan oleh pelaku pada korbannya yaitu berbohong, mengalihkan perhatian, menyangkal, menyalahkan korban, menggunakan kata-kata kasih sayang sebagai senjata untuk menyerang korban dan lain sebagainya. Korban percaya terhadap apa yang disampaikan oleh pelaku hingga tak jarang menyalahkan diri sendiri akan situasi tidak menyenangkan yang terjadi.
Pada korban gaslighting, muncul masalah mental yang serius dan berpengaruh pada kehidupan mereka, dalam jangka panjang dapat memunculkan trauma psikologis, kecemasan dan depresi. Pada beberapa individu mungkin mengalami kesulitan untuk meninggalkan situasi terjadinya gaslighting tersebut. Untuk mengatasi hal ini korban harus mengetahui dan menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban gaslighting dari rekan /pasangannya. Dijelaskan dalam halaman verywellmind beberapa tanda ketika seseorang telah menjadi korban gaslighting antara lain:
- Meragukan realitas dan perasaan diri sendiri
- Mempertanyakan penilaian dan persepsi diri sendiri
- Merasa diri sebagai orang yang rentan dan insecure
- Merasa sendiri dan tidak memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu
- Merasa heran dan mempertanyakan diri sendiri apakah diriku seperti yang mereka katakan
- Merasa kecewa dengan diri sendiri, mempertanyakan diri sendiri
- Sering merasa bingung dengan yang terjadi pada diri sendiri
- Khawatir, cemas akan menjadi terlalu sensitif
- Menghabiskan waktu untuk meminta maaf terhadap apapun yang terjadi, karena merasa selalu mengecewakan oranglain
- Sulit membuat keputusan karena kehilangan kepercayaan diri
Walaupun demikian, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh korban gaslighting untuk membantunya agar tidak menjadi korban manipulasi. Salah satunya adalah dengan membuat dan mengumpulkan bukti dari setiap tindakan yang dilakukan oleh korban. Misalnya dengan membuat jurnal harian dan membuat rekaman yang berisi aktivitas penting yang telah dilakukan dan menyimpannya pada lokasi aman. Dapat juga dengan membuat pesan suara dengan menggunakan perekam yang aman, mengambil foto situasi penting, serta membuat email yang dapat juga digunakan untuk menyimpan bukti-bukti peristiwa penting. Selain hal tersebut, ketika seorang individu telah menyadari bahwa ia telah menjadi korban gasligting dari rekan/ pasangannya ia dapat membuat batasan dan menjaga jarak dari pelaku tersebut serta menyimpan semua bukti yang telah dikumpulkan agar yakin dan tidak ragu dengan sesuatu yang telah dilakukan. Dapat juga dengan berbicara dengan rekan lain yang terpercaya untuk mendapatkan perspektif lain dari situasi yang dialami atau dapat juga memutuskan hubungan dengan pelaku gaslighting itu sendiri. Meminta bantuan tenaga profesional seperti psikiater, psikolog dan lain sebagainya untuk mengatasi kondisi mental yang terjadi akibat gaslighting juga dapat dilakukan agar tidak semakin memburuk.
Referensi:
Kurniawan dan limanta. 2021.Unwritten scars: Gaslighting in relationship. Jurnal Kata kita. Vol 9 No 2, 253-258. E-ISSN: 2598- 7801, DOI: 10.9744/katakita.9.2.253-258
Sweet, L. P. 2019. The Sociology of Gasligthting .American Sociological Review 2019, Vol. 84(5) 851–875 © American Sociological Association 2019 DOI: 10.1177/0003122419874843 journals.sagepub.com/home/asr
https://www.merriamwebster.com/dictionary/gaslighting?utm_campaign=sd&ut...
https://www.verywellmind.com/is-someone-gaslighting-you-4147470
https://www.babelinsight.id/content/read/120/gaslighting-ketika-manipula...