Secara umum, rute pemberian obat dapat dibedakan berdasarkan tiga faktor utama, di antaranya adalah bagian tubuh yang perlu diobati, kandungan obat, serta reaksi obat saat masuk ke dalam tubuh. Ada 12 rute dalam pemberian obat yaitu :
1. Oral
Rute pemberian obat secara oral adalah dengan cara memasukkan obat ke dalam mulut dan menelannya, sehingga obat bisa dicerna dan diserap oleh tubuh melalui saluran pencernaan. Rute ini biasanya ditujukan untuk obat berbentuk cair, kapsul, tablet, tablet kunyah, dan sebagainya yang dikonsumsi melalui mulut.
Obat yang dikonsumsi secara oral akan melalui proses penguraian oleh organ pencernaan, khususnya organ hati sebelum obat diedarkan ke dalam darah. Karena itulah, pemberian obat secara oral sering kali dipengaruhi oleh jenis makanan atau obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi pasien.
2. Sublingual dan Buccal
Rute sublingual dan buccal adalah jalur obat yang dilakukan dengan menempatkan obat di bawah lidah (sublingual) atau bagian dalam pipi (buccal). Melalui rute ini, obat dapat langsung terserap dan masuk ke dalam pembuluh darah vena di rongga mulut. Pemberian obat secara sublingual atau buccal diketahui dapat membuat obat bekerja lebih cepat. Salah satu contoh obat yang diberikan secara sublingual adalah nitrogliserin yang biasa digunakan untuk menangani pasien dengan keluhan nyeri dada.
3. Parenteral (Suntikan)
Rute yang berdasarkan bagian tubuh yang disuntik, pemberian obat melalui suntikan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berikut masing-masing penjelasannya
- Subkutan: Obat akan disuntikkan ke jaringan lemak yang berada tepat di bawah kulit. Salah satu contoh obat yang diberikan melalui cara ini adalah obat yang mengandung hormon insulin.
- Intramuskular: Metode ini dilakukan dengan menyuntikkan obat secara langsung ke jaringan otot pada lengan atas, bokong, atau paha.Intravena: Dilakukan dengan menyuntikkan cairan yang mengandung obat secara langsung ke pembuluh vena. Pemberian obat secara intravena yang terus-menerus disebut juga dengan infus.
- Intratekal: Obat akan disuntikan melalui jarum yang sudah dimasukkan ke celah antara dua tulang belakang di area pinggang. Biasanya rute injeksi ini diperlukan untuk obat yang berfungsi untuk mengatasi penyakit pada otak, tulang belakang, dan lapisan pelindungnya
4. Topikal
Salah satu jalur obat yang sering digunakan adalah pemberian obat secara topikal (melalui kulit). Melalui cara ini, obat akan diserap secara langsung oleh permukaan kulit dan efeknya dapat langsung dirasakan oleh bagian tubuh yang diobati. Obat-obatan yang diberikan secara topikal biasanya berbentuk salep, losion, gel, krim, bedak, atau plester yang ditempelkan pada kulit (transdermal patch).
5. Rektal
Rute pemberian obat secara rektal dilakukan dengan memasukkan obat tertentu melalui dubur. Obat ini biasanya ditujukan bagi pasien yang tidak bisa mengonsumsi obat secara langsung, mengeluhkan mual dan muntah parah, dan harus menjalani puasa sebelum serta sesudah operasi. Jenis obat yang diberikan secara rektal disebut sebagai supositoria.
Obat ini berbentuk padat dan mengandung zat sejenis lilin yang mudah terurai saat masuk ke dalam dubur dan diserap dengan cepat oleh pembuluh darah di dinding rektum.
6. Okular
Pemberian obat secara okular adalah jalur obat yang dilakukan melalui mata. Obat yang diberikan secara okular biasanya berbentuk cairan, gel, atau salep. Rute pemberian obat ini umumnya dilakukan untuk menangani gangguan mata, seperti konjungtivitis atau glaukoma.
7. Nasal
Pemberian obat secara nasal dilakukan dengan menghirup obat tertentu melalui hidung. Obat tersebut kemudian akan diserap oleh selaput lendir tipis di saluran hidung, lalu masuk ke aliran darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Umumnya, obat yang diberikan secara nasal perlu diubah menjadi berbentuk droplet atau tetesan kecil yang diatomisasi.
Beberapa contoh obat yang dapat diberikan secara nasal adalah kalsitonin (untuk menangani osteoporosis), sumatriptan (untuk migrain), dan kortikosteroid (untuk rinitis alergi).
8. Inhalasi melalui Mulut
Pemberian obat secara inhalasi melalui mulut dilakukan dengan menghirup obat secara langsung atau melalui uap pada mulut. Obat yang digunakan dalam jalur administrasi ini biasanya berbentuk droplet yang lebih kecil dibandingkan dengan obat yang diberikan melalui rute nasal. Dengan begitu, obat tersebut bisa melewati tenggorokan (trakea) dan masuk ke dalam paru-paru. Obat yang diberikan melalui rute ini umumnya membutuhkan alat khusus, yaitu inhaler dan pemberian gas untuk bius. Obat asma seperti salbutamol merupakan salah satu contoh obat yang diberikan secara inhalasi.
9. Vaginal
Pemberian obat secara vaginal dapat dilakukan untuk menangani pasien wanita yang baru menopause dan mengeluhkan kondisi tertentu, seperti vagina kering, nyeri, dan kemerahan. Melalui cara ini, obat akan diserap secara perlahan melalui dinding vagina.
Obat yang diberikan secara vaginal biasanya berbentuk tablet, krim, gel, salep, dan pessary (perangkat yang lembut yang dapat dilepaskan dan dimasukkan ke dalam vagina).
10. Telinga
Cara pemberian obat melalui telinga (otic route) biasanya dilakukan untuk menangani infeksi atau radang pada saluran telinga. Obat ini berbentuk obat tetes telinga yang mengandung larutan atau suspensi khusus. Sebelum menggunakan obat tetes telinga, pasien perlu membersihkan telinga secara menyeluruh dengan kain yang lembap dan mengeringkan telinga setelahnya.
Beberapa contoh obat yang dapat diberikan melalui telinga adalah obat tetes telinga yang mengandung hidrokortison (untuk meredakan gejala radang telinga), ciprofloxacin (antibiotik untuk infeksi telinga), dan benzocaine (antinyeri).
Pemberian obat harus memperhatikan prinsip 6 benar yaitu sebagai berikut:
1. Benar Pasien
Dapat di pastikan dengan melihat nama pada label obat dan mencocokkan dengan nama, usia, dan jenis kelamin.
2. Benar Obat
Pastikan obat yang diberikan harus sesuai resep dokter yang merawat , dari nama obat, bentuk dan warna, serta membaca label obat sampai 3 kali yaitu :
- saat melihat kemasan obat,
- saat menuangkan obat
- sesudah menuangkan obat.
3. Benar Dosis
Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan instruksi dokter dan catatan pemberian obat.
4. Benar Waktu Pemberian
Waktu pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang tertera pada catatan pemberian obat , misalnya obat diberikan 2 kali sehari maka catatan pemberian obat akan tertera waktu pemberian misalnya jam 6 pagi dan 6 sore. Perhatikan apakah obat diberikan sebelum atau sesudah makan.
5. Benar Cara Pemberian Obat
Pastikan obat diberikan sesuai dengan cara yang diintruksikan dan periksa pada label cara pemberian obat. Misalnya oral (melalui mulut) sublingual (dibawah lidah), inhalasi (semprot aerosol) dll.
6. Benar Kadaluarsa Obat
Harus diperhatikan expire date/masa kadaluarsa obat yang akan diberikan. Biasanya pada label botol obat tertera kapan obat tersebut kadaluarsa. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh), tablet menjadi basah/bentuknya rusak
http//www.siloamhospital.com