MENGENAL “THEORY OF HUMAN CARING” DALAM KEPERAWATAN

Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan bersifat yang kompresif, meliputi biopsikososio dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Profesi keperawatan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan status keprofesian keperawatan dari vokasional menjadi professional. Keperawatan sebagai profesi yang profesional perlu dibuktikan dengan perilaku yang profesional pula, untuk mewujudkan hal tersebut, perawat harus memiliki landasan keilmuan yang kuat,

Teori keperawatan merupakan dasar dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan. Banyak ahli keperawatan telah mengemukakan berbagai teori keperawatan, masing-masing teori keperawatan mempunyai fokus lingkup subsistem keperawatan yang berbeda-beda. Masing-masing teori keperawatan yang diungkapkan para ahli mempunyai persamaan dan perbedaan sudut pandang terhadap konsep-konsep yang mendasari teori keperawatan. Adanya perbedaan dan persamaan pandangan ini, menuntut perawat harus mampu menerapkan teori yang sesuai dengan kondisi klien dan di area mana asuhan keperawatan diberikan (Alligood, 2014).

Watson (1999 dalam Alligood, 2014) menggambarkan hubungan caring transpersonal sebagai hubungan manusia yang bersifat caring-bersatu dengan orang lain-menghargai orang tersebut dengan seutuhnya termasuk dengan keberadaanya di dunia. Caring suatu hal yang unik dan di dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Teori Watson mengajak perawat untuk melakukan hal yang lebih dari sekedar prosedur tugas, dan teknik yang digunakan di lahan praktik, yakni dengan menggunakan 10 faktor karatif dalam memberikan pelayanan pada berbagai pasien.

Watson (1979) mendefinisikan caring sebagai proses yang melibatkan pengetahuan, tindakan dan konsekuensi (O’connel & Landers, 2008). Caring dalam keperawatan muncul melalui 2 domain utama : pertama, sebagai kata benda atau tindakan merawat orang lain ketika dia tidak mampu merawat diri sendiri, selanjutnya, sebagai kata sifat yang menjelaskan bahwa menjadi perawat caring harus mampu menampilkan tindakan kasih sayang, kebaikan dan perhatian (Adams, 2016).

Ilmu pengetahuan caring adalah inti dari keperawatan dan inti disiplin dasar profesi. Seni caring praktik keperawatan timbul ketika perawat merefleksikan praktik mereka, tidak hanya berfokus pada tanda-tanda dan gejala tetapi pada hubungan spiritual yang lebih dalam sebagai hasil dari perlindungan, peningkatan, dan menjaga kesehatan seseorang (Watson, 2008 dalam Vandenhouten et al., 2012).

Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal. Penerapan caring yang diintegrasikan dengan pengetahuan biopsikososio akan meningkatkan kesehatan individu. Watson (1979) menjelaskan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu (Tomey & Alligood, 2010). Disamping itu, perilaku caring perawat juga dapat meningkatkan kepuasan pasien akan pelayanan keperawatan (Rafii et al., 2009; Martiningtyas, et al., 2013).

Citra perawat dimata sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini belum terbangun dengan baik. Keadaan ini disebabkan oleh nilai-nilai profesionalisme perawat yang belum diaplikasikan secara maksimal dalam kegiatan pelayanan keperawatan, termasuk perilaku caring sebagai inti keperawatan.  Dedi et al., (2008) melalui survei lembar pengaduan pelanggan di sebuah rumah sakit/RS di bandung yang dijaring, mereka menemukan bahwasanya klien dan keluarga mengeluhkan tentang perilaku perawat yang kurang ramah, cuek, judes dan bersikap kasar dalam melayani klien.

Disamping itu, seiring dengan perubahan praktik keperawatan saat ini, ada ketakutan bahwa caring tidak lagi menjadi sentral keperawatan. Pengenalan terhadap kemajuan teknologi, peningkatan beban kerja dan tingginya tuntutan pasien, akan berdampak pada berkurangnya folosofi caring  dalam pelayanan keperawatan (Adams, 2016).

 

 

Referensi

Adams, Lisa Y, RN, BN,M.Sc, PhD. (2016). The conundrum of caring in nursing.International Journal of Caring Sciences, 9(1), 1-8.

Alligood, M. R. (2014). Introduction to nursing theory: Its history, significance and analysis. In A. M. Tomey & M. R. Alligood (Eds.), Nursing theorists and their work (8th ed., pp. 3–15). St. Louis: Elsevier.

Dedi, B. Setyowati. Afiyanti, A. (2008). Perilaku caring perawat pelaksana di sebuah rumah sakit di bandung : studi grounded theory. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(1), 40-46.

O'Connell, E., & Landers, M. (2008). The importance of critical care nurses' caring behaviours as perceived by nurses and relatives. Intensive & Critical Care Nursing, 24(6), 349-58.

Rafii, F., Hajinezhad, M. E., & Haghani, H. (2009). Nurse caring in iran and its relationship with patient satisfaction. Australian Journal of Advanced Nursing (Online), 26(2), 75-84.

Vandenhouten, C., Kubsch, S., Peterson, M., Murdock, J., & Lehrer, L. (2012). Watson's theory of transpersonal caring: factors impacting nurses professional caring. Holistic Nursing Practice, 26(6), 326–334.

 

Penulis: 
Yabani Azmi, S.Kep., Ns
Sumber: 
Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah

Artikel

02/12/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
29/11/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
28/11/2024 | Rakhmawati Tri Lestari, S.Psi., M.Psi.
28/11/2024 | Zurniaty, , S. Farm., Apt
26/11/2024 | Ns..Sri Rahmawat,AMK,S.Kep.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori