Konselor Adiksi

Apa itu Konselor Adiksi?

Di Indonesia, secara umum jika melihat dari asal katanya, konselor adalah orang yang memiliki tugas memberikan konseling atau nasihat-nasihat dan masukan-masukan praktis bagi orang yang mengalami kendala-kendala tertentu.

Adiksi adalah kondisi kecanduan zat racun yang merusak dan membahayakan tubuh serta dapat menimbulkan ketergantungan (addicted) bahkan kematian untuk pemakaian yang berlebihan. Jadi konselor adiksi adalah orang yang memberikan konseling/masukan untuk menghadapi kendala penggunaan zat-zat beracun yang merusak tubuh serta menimbulkan ketergantungan.

Di luar negeri, khususnya Amerika Serikat, konselor adiksi adalah seseorang yang memiliki kualifikasi kesehatan mental yang mengkhususkan diri dalam membantu klien yang ketergantungan NAPZA. Konselor ini dapat bekerja secara mandiri atau privat, sebagai bagian atau pegawai dari sebuah klinik, bekerja berkelompok, dan dalam setting rumah sakit, membantu klien dengan berbagai masalah. Untuk menjadi konselor adiksi, seseorang harus secara umum menyelesaikan berbagai program latihan yang meliputi berbagai hal mengenai ketergantungan beragam bahan kimia, psikologi, masalah hukum, berbagai tindakan yang ada agar individu dapat berjuang melawan adiksinya.

Tak hanya menangani ketergantungan obat (NAPZA)

Banyak orang langsung berpikir merujuk hanya pada zat kimia yang dapat mengakibatkan ketergantungan seperti heroin ketika mereka mendengar kata “ketergantungan”. Namun, konselor adiksi juga bekerja dengan orang yang kecanduan berjudi, kecanduan belanja, dan aktifitas lainnya. Konselor adiksi menangani klien ketergantungan dengan berbagai hal juga, tidak hanya NAPZA illegal.Misalnya, seorang konselor adiksi mungkin juga membantu seseorang yang ingin keluar dari ketergantungannya terhadap rokok atau minuman, atau membantu klien yang dalam ketergantungan obat-obatan resmi yang diberikan sebagai resep dalam pengobatan. Misalnya, di Amerika Serikat seorang profesional bersertifikasi dalam bidang kecanduan (Certified Addiction Professional/CAP) diakui dapat menangani kecanduan setelah menyelesaikan pelatihan di bawah pengawasan dan lulus dalam ujian. Lisensi konselor adiksi (A Licenced Addictions Counselors/LAC) harusnya telah berhasil menyelesaikan setidaknya  pelatihan konseling formal penyalahgunaan zat untuk menjadi konselor adiksi. Opsi lain adalah dengan mengeluarkan sertifikasi bagi konselor alcohol dan NAPZA (Certification for Alcohol and Drug Counselors/CADC) dengan jenjang kesarjanaan, dengan sejumlah jam kerja konseling yang disupervisi, dan menyelesaikan kualifikasi pelatihan khusus. Jenjang master program konselor NAPZA meliputi master dalam konseling kecanduan (the Master's in Addiction Counseling /MAC), yang mensyaratkan beberapa tugas ke-masterannya. Sebaiknya ditanyakan dulu mengenai pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan oleh lembaga penyedia layanan NAPZA ketika seseorang ingin bekerja di tempat itu, karena kualifikasi yang dipersyaratkan tergantung kebutuhan secara lokal di seluruh belahan dunia.

Kompetensi konselor ketergantungan NAPZA

Konselor, bekerja secara bergantian (termasuk malam hari) di tempat rehabilitasi NAPZA mungkin diperlukan jika menjadi konselor NAPZA. Pusat rehabilitasi biasanya menyediakan ruangan khusus untuk pecandu di tempat mereka tinggal selama beberapa minggu atau beberapa bulan sambil belajar untuk menghadapinya tanpa NAPZA atau alkohol. Ketika detoksifikasi fisik telah selesai, banyak tugas menunggu, seperti terapi kelompok dan terapi individu. Selama sesi terapi rehabilitasi kelompok, individu didorong oleh konselor NAPZA untuk berpartisipasi dalam diskusi mengenai kejadian signifikan pada  latar belakang keluarga atau trauma emosional lainnya yang memainkan bagian peran dalam mengarahkan pecandu memakai NAPZA. Jika ingin menjadi konselor NAPZA, keterampilan mendengar yang baik dan sikap yang menunjukkan kasih sayang, diperlukan. Secara singkat, kompetensi minimal para petugas atau konselor ketergantungan NAPZA, untuk idealnya mereka diharapkan menguasai keterampilan-keterampilan sebagai berikut:

  1. Keterampilan dasar
  1. Model-model Adiksi
  2. Model-model penanganan terapi dan rehabilitasi NAPZA yang tersedia
  3. Klasifikasi NAPZA
  4. Masalah Psikologis terkait
  5. Assessment, Diagnosa dan Rujukan
  6. Proses Perawatan (Treatment), Penyembuhan (Recovery), Kekambuhan (Relapse)
  7. Penggunaan jarum suntik dan HIV AIDS
  8. Pribadi sebagai konselor
  9. Keterampilan dasar Konseling
  10. Keterampilan Wawancara Terapeutik
  11. Keterampilan Menangani masalah Absensi / kehadiran Klien dan Observasi
  12. Keterampilan Analisa Budaya
  1. Keterampilan Lanjutan
  1. Keterampilan Paraphrasing
  2. Keterampilan Memberikan Feed Back
  3. Keterampilan Menggali / Probing
  4. Keterampilan Mencatat dan Merefleksikan Perasaan
  5. Keterampilan Mendengar Efektif
  6. Keterampilan Konfrontasi Efektif
  7. Keterampilan Memotivasi Klien
  8. Keterampilan Bersikap Asertif
  9. Keterampilan Meningkatkan Harga Diri
  10. Keterampilan Mengambil Keputusan
  11. Keterampilan Menentukan Tujuan Hidup
  12. Keterampilan Menutup Pribadi Konselor
  13. Keterampilan Konseling Kelompok
  14. Keterampilan Memfasilitasi Kelompok
  15. Keterampilan Mengembangkan / Memfasilitasi Kelompok Terapeutik
  16. Keterampilan Kepemimpinan
  17. Keterampilan Analisa Masalah dan Intervensi
  18. Keterampilan Konseling Keluarga, Pasangan dan Orang terdekat
  19. Keterampilan Terapi Keluarga
  20. Keterampilan Mengembangkan Kelompok Dukungan Keluarga (Family Support Group)
  21. Keterampilan Manajemen Kasus
  22. Keterampilan Pengawasan
  23. Keterampilan Mengatasi Kecemasan Klien
  24. Keterampilan Tentang Etika dan Masalah Hukum
  25. Keterampilan dokumentasi dan catatan
  1. Perkembangan Terbaru
  1. Perkembangan upaya-upaya Represi yang telah dilakukan
  2. Perkembangan upaya-upaya Prevensi yang telah dilakukan
  3. Perkembangan upaya-upaya Regulasi dan Rujukan
  4. Masalah-masalah Medik
  5. Penyakit-penyakit yang umumnya muncul pada kasus ketergantungan NAPZA
  6. Penanganan Gawat Darurat
  7. Penanganan Gejala Withdrawal
  8. Penanganan kasus komorbiditas
  9. Program Methadone
  10. Pendekatan detoxifikasi
  11. Pendekatan medik pendukung

Kemampuan untuk memahami pengaruh beragam NAPZA dengan belajar formal ilmu farmasi diperlukan, selain itu harus mengambil juga “teori” NAPZA dari orang yang benar-benar menderita kecanduan.  Misalnya, sangat penting untuk belajar mengenai gejala withdrawal (gejala putus zat) dari beragam obat, namun juga mesti memahami bagaimana seorang pecandu merasakan ketika tubuhnya disapih atau dihentikan dari suatu jenis NAPZA dalam detoksifikasi atau program detoks. Dengan memahami akibat detoks, dimana tahap pertama adalah mengobati kecanduan dan berarti NAPZA tidak lagi ada di dalam badan si pecandu, dapat membantu konselor adiksi untuk dapat memahami tingkah laku pecandu.

Daftar Pustaka:

Kementerian Kesehatan RI, 2010 Pedoman Konseling Gangguan Penggunaan NAPZA Bagi Tenaga Kesehatan, Jakarta 2010

http://peksosjatim.blogspot.co.id/2012/05/adiksi-konselor-adiksi-dan-dewan.html

http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/pelayanan/rehabilitasi-sosial

http://www.psychologymania.com/2012/08/pengertian-rehabilitasi-narkoba.html

Penulis: 
Enser Rovido, AMK
Sumber: 
Humas RSJD Babel

Artikel

17/03/2025 | Bulaweng, AMK
17/03/2025 | Imam Try Syahputra, A.Md.Kep
10/03/2025 | ENI, AMK
10/03/2025 | Enser Rovindo, S.Kep.Ners
27/02/2025 | ADE HERFITRIYANTI
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori