Bunuh diri merupakan cara maladaptif yang dilakukan oleh sesorang untuk menyelesaikan sebuah masalahnya yang sedang dihadapi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri antaranya adalah pasien dengan masalah isolasi sosial, depresi, penyalahgunaan zat, kondisi penyakit kronis, putus asa dan kesedihan Faktor resiko bunuh dirinya lainya seperti adanya penyakit mental, pernah melakukanya percobaan untuk bunuh diri, stigma negatif, kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya, dan harga diri rendah. Bentuk dari penanganan pasien dengan resiko perilaku bunuh diri memiliki tantangan tersendiri dan cukup rumit. Hal tersebut banyak terjadi pasien dengan risiko bunuh diri tetapi tidak menunjukkan adanya gejala gangguan psikiatri berat atau adanya keinginan atau ide bunuh diri. Penanganan pada pasien dengan perilaku bunuh diri bisa dilakukan di IGD, diruang rawat inap, ataupun penanganan pada pasien rawat jalan. Untuk penanganan pasien dengan resiko bunuh diri disesuaikan dengan tingkat risiko dan bentuk dukungan lingkungan yang dimiliki oleh pasien. Prinsip utama dalam penanganan pasien dengan resiko bunuh diri yaitu menjaga keselamatan pasien dan mengamankan benda – benda atau barang-barang yang bisa digunakan untuk melakukan bunuh diri. Selain itu, dengan adanya dukungan sosial juga menjadi komponen utama dalam mencegah terjadinya kekambuhan. Pada pasien dengan resiko bunuh diri perlu adanya pengawasan dan observasi secara ketat baik oleh keluarga maupun petugas medis.
A. 3 Kategori Resiko Bunuh Diri
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ini ditunjukan dengan adanya perilaku tidak langsung (gelagat) untuk melakukan bunuh diri. Pada kondisi ini dimana pasien sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pada kategori ini dimana pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih,marah, putus asa dan tidak berdaya.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri hidupnya dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Pada kategori ini dimana pasien sudah membuat rencana untuk bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri merupakan sebuah tindakan dimana pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri hidupnya Pada kondisi ini, dimana pasien sudah pernah mencoba bunuh diri dengan berbagai cara seperti: gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau terjun bebas dari gedung tinggi.
B. Tanda dan gejala Resiko bunuh diri
1. Merasa hidupnya tak berguna lagi
2. Ingin mati
3. Pernah mencoba bunuh diri
4. Mengancam bunuh diri
5. Merasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya
6. Ekspresi murung
7. Tak bergairah
8. Banyak diam
C. Penatalaksanaan Resiko Bunuh Diri Dengan Intervensi Utama Pencegahan Bunuh Diri
1. Observasi
a. Identifikasi gejala resiko bunuh diri ( Gangguan mood, halusinasi, delusi, panik, penyalahgunaan zat, kesedihan, gangguan kepribadian )
b. Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
c. Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin ( mis. Barang pribadi, pisau cukur, jendela )
d. Monitor adanya perubahan mood atau perilaku
2. Terapeutik
a. Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c. Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
d. Berika lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau ( mis. Tempat tdur dekat ruang perawat )
e. Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu ( mis. Rapat staf, pergantian shif )
f. Lakukan intervensi perlindungan ( mis. Pembatasan area, pengekangan fisik ) jika perlu
g. Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri sebelumnya, diskusi berorientasi pada masa sekarang dan masa depan
h. Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh diri di masa depan ( mis.orang yang dihubungi, kemana mencari bantuan )
i. Pastikan obat ditelan
3. Edukasi
a. Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada orang lain
b. Anjurkan menggunakan sumber pendukung ( mis. Layanan spiritual , penyedia layanan)
c. Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada keluarga atau orang terdekat
d. Informasikan sumber daya masyarakat dan program tersedia
e. Latih pencegahan resiko bunuh diri ( mis. latihan asertif, relaksasi otot progresif )
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, atau antipsikotik, sesuai indikasi
b. Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA
c. Rujuk ke pelayanan kesehatan mental, jika perlu
Daftar Pustaka
1. Diakses pada tanggal 12 November 2024 Pukul 09.00. file:///C:/Users/userpc/Downloads/152-Article%20Text-1165-1-10-20201223.pdf
2. Diakses pada tanggal 12 November 2024 Pukul 09.30. https://www.alomedika.com/pendekatan-penanganan-pasien-bunuh-diri
3. Diakses pada tanggal 14 November 2024 Pukul 15.00. https://simk.ppni-inna.org/doc/person/0120181220-69279/cpd/1845636/2014_...
4. Diakses pada tanggal 14 November 2024 Pukul 15.15. https://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/9175/3/BAB%20II%20Tinjauan%2...