Apa kamu pernah melihat seseorang yang sulit merasa bahagia, atau tak ada lagi hal yang terasa menarik dalam hidupnya? Atau barangkali dirimu pernah berada di kondisi ini? Di dunia medis, kondisi ini disebut dengan anhedonia.
Anhedonia membuat hidup pengidapnya terasa hampa, tidak nyaman, dan membosankan. Anhedonia adalah kondisi di mana pengidapnya kehilangan minat terhadap kegiatan yang dahulu menyenangkan atau disukainya. Masalah psikis ini juga membuat penurunan kemampuan untuk merasakan kesenangan. Pertanyaannya, apa yang menjadi penyebab anhedonia?
Adanya Gangguan Pada Otak
Hal yang perlu ditegaskan, anhedonia berbeda dengan depresi. Namun, anhedonia adalah salah satu dari ciri utama depresi. Di samping itu, ada pula gangguan kejiwaan lain yang bisa ditandai dengan anhedonia, contohnya skizofrenia. Meski begitu, anhedonia juga bisa saja terjadi pada mereka yang tidak memiliki gangguan kesehatan mental.
Anhedonia terdiri dari dua jenis, yaitu anhedonia sosial dan fisik. Anhedonia sosial membuat pengidapnya tak tertarik pada kontak sosial, atau terjadinya penurunan minat atau kesenangan terhadap situasi sosial. Sementara itu, anhedonia fisik ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan terhadap sentuhan kasih sayang, seks, atau kehilangan minat terhadap makanan (bahkan yang dulu disukainya).
Kembali ke pertanyaan di atas, apa sih penyebab anhedonia? Penyebab anhedonia terkait erat dengan depresi, tetapi seseorang tidak perlu mengidap depresi untuk mengalami anhedonia. Anhedonia juga bisa disebabkan oleh penyakit mental seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Pada beberapa kasus, anhedonia juga muncul pada mereka yang memiliki riwayat penyakit Parkinson, diabetes, penyakit arteri koroner, dan masalah penyalahgunaan zat.
Sebenarnya apa yang terjadi pada otak pengidap anhedonia? Ingat, respon emosional di dalam otak sangat kompleks. Sirkuit otak yang berhubungan dengan rasa senang atau “reward” samat pada, berbelit-belit, dan sangat sibuk. Anhedonia bukan sekadar apresiasi terhadap rasa senang atau “cokelat” yang berkurang. Di sini mekanisme “reward” yang mendasarinya rusak.
Di samping itu, ada pula pakar yang berpendapat bahwa anhedonia mungkin terkait dengan perubahan aktivitas otak. Pengidapnya mungkin memiliki masalah dengan cara otak memproduksi atau merespons dopamin, zat kimia suasana hati yang "membuat perasaan senang".
Beberapa penelitian awal (pada tikus) menunjukkan bahwa neuron dopamin di area otak (korteks prefrontal) mungkin terlalu aktif pada orang dengan anhedonia. Nah, entah bagaimana kondisi mengganggu jalur yang mengontrol cara kita mencari “reward” dan merasakannya.
Selain hal-hal di atas, ada pula beberapa kondisi yang diduga dapat memicu terjadi anhedonia, yaitu:
- Mengalami peristiwa traumatis atau stres baru-baru ini.
- Riwayat pelecehan atau pengabaian.
- Penyakit yang memengaruhi kualitas hidup.
- Penyakit berat.
- Gangguan makan.
Menarik Diri Hingga bisa juga Emosi Palsu
Berbicara tentang kondisi anhedonia sama halnya membicarakan banyak keluhan. Anhedonia terbagi menjadi dua jenis, yaitu fisik dan sosial. Ketika seseorang mengalami anhedonia, maka akan mengalami beberapa hal berikut ini:
- Menarik diri dari kehidupan sosial.
- Hubungan dengan orang lain berkurang, atau menarik diri dari hubungan sebelumnya.
- Kemampuan emosional yang berkurang, termasuk kurang ekspresi verbal atau nonverbal.
- Masalah fisik yang terus-menerus, seperti sering sakit.
- Kesulitan menyesuaikan diri dengan situasi sosial.
- Penurunan libido atau kurangnya minat pada keintiman fisik.
Kecenderungan untuk menunjukkan emosi palsu, seperti berpura-pura bahagia di sebuah pesta.atau berpura pura Bahagia kuliagh pada jurusan tertentu,atau pura pura bahagia ditempet kerja,atau pura pura Bahagia pada sebuah kegiatan organisasi.
Beberapa factor yang menyebabkan anhedonia diantaranya;
- Pernah mengalami peristiwa traumatis, seperti pelecehan seksual ,kehilangan orang yang dicintai atau disayangi atau emosional
- Penyakit tertentu, seperti diabetes, demensia, atau penyakit Parkinson
- Efek samping obat-obatan, misalnya penggunaan obat-obatan terlarang
- Konsumsi alkohol berlebihan
Pastikan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rutin berolahraga, mengelola stres, mencukupi waktu istirahat, dan tetap berpikir positif, tapi hindari toxic positivity,serta jika hal itu tidak dapat diatasi segera ke pusat pelayanan Kesehatan terdekat agar bisa dicarikan solusi terbaik dari sisi Kesehatan dan kejiwaannya.
Selain itu cara lain yang bisa menjadi solusi ketika mengalami anhedonia, seperti dikutip dari Kemnaker yakni:
1. Bicaralah dengan orang yang Anda percaya mengenai perasaanmu
2. Cari bantuan profesional, bisa dimulai dengan ke tenaga kesehatan atau dokter
3. Tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga, teman dan orang sekitar
4. Berolahraga secara teratur, meskipun olahraga ringan
5. Biasakan untuk makan dan tidur yang teratur
6. Hindari penggunaan alkohol dan narkoba. Hal ini akan memperparah depresi
7. Tetap lakukan hal-hal yang selalu kamu nikmati, bahkan ketika hilang selera untuk melakukannya
8. Selalu berpfikir positif
9. Beri semangat dan selamat pada diri sendiri atas apa yang sudah kita dapatkan
Menurut para ahli, anhedonia mungkin terkait dengan perubahan aktivitas otak. Penderita anhedonia biasanya memiliki masalah dengan cara otak memproduksi atau merespons dopamin, zat kimia yang memicu rasa bahagia. Riset menunjukkan bahwa neuron dopamin di area otak yang disebut korteks prefrontal mungkin terlalu aktif pada orang dengan anhedonia. Kondisi ini bisa mengganggu jalur yang mengontrol cara kita merasakan perasaan bahagia. Meskipun merasa sulit berbahagia dan merasakan semua gejala yang mengarah pada anhedonia, kita tidak boleh mendiagnosis diri sendiri. Butuh bantuan ahli untuk menentukan apakah kita mengalami anhedonia atau tidak
Pengobatan anhedonia Sebagai langkah pertama untuk mencari perawatan, kita harus mencari bantuan seorang profesional medis untuk mengetahui penyebab anhedonia. Jika tidak ada masalah medis yang memicu angedonia, dokter biasanya akan merekomendasikan pasien untuk menemui psikiater, psikolog, atau ahli kesehatan mental lainnya.
Biasanya, anhedonia yang terjadi karena depresi akan diatasi dengan menggunakan antidepresan. Jenis pengobatan lain yang dapat digunakan dalam beberapa kasus adalah terapi elektrokonvulsif (ECT). ECT adalah salah satu perawatan paling efektif untuk depresi berat, terutama pada pasien depresi yang tidak merespon obat. Perawatan ECT dilakukan dengan memasang elektroda di kepala dan mengalirkan arus listrik dna pasien yang menjalani prosedur tersebut berada di bawah pengaruh bius total.
Metode pengobatan lainnya adalah stimulasi magnetik transkranial (TMS) menggunakan medan magnet untuk merangsang sel saraf. Prosedur ini menggunakan arus listrik yang lebih kecil dari ECT dan tidak memerlukan anestesi umum. TMS juga bisa digunakan untuk mengatasi deprsi berat. Pilihan pengobatan terakhir adalah stimulasi saraf vagus (VNS) dengan menanamkan perangkat medis yang mirip dengan alat pacu jantung di dada pasien. Kabel perangkat ini menciptakan impuls listrik biasa yang merangsang otak. Seperti ECT dan TMS, VNS dapat mengobati depresi pada orang yang mengalami depresi yang tidak menanggapi pengobatan lain.
Referensi:
https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/anhedonia-penyebab-dan-gejala/
https://health.kompas.com/read/2021/01/17/160000468/merasa-sulit-bahagia...