JENIS-JENIS HALUSINASI YANG SERING MUNCUL DI KEHIDUPAN MANUSIA

Istilah halusinasi sudah tidak asing bagi sebagian kalangan, namun bagi sebaian orang sesuatu yang baru. Halusinasi sering disebut dengan gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pacaidra. Halusinasi juga merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi pola persepsi yang merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman.

Orang yang mengalami halusinasi biasanya akan mengalami perubahan perilaku, salah satu contoh bicara dan tertawa sendiri, komat-kamit, gelisah, mondar-mandir dan banyak perilaku lainya yang menyimpang dari kehidupan biasanya. Lamanya orang yang mengalami halusinasi tergantung dari penyebab dan tingkat keparahan dari halusinasi yang dialami.

Tanda dan Gejala

Beberapa tanda dan gejala perilaku orang yang mengalami Halusinasi:

  1. Bicara sendiri (salah satu contoh penderita terlihat seperti berinteraksi dengan orang lain secara langsung, sementara pandangan orang lain tidak ada lawan bicara);
  2. Senyum sendiri (seolah-olah ada sesuatu yang membuat penderita bahagia atau membuat dirinya tersipu);
  3. Ketawa sendiri (ada sesuatu yang tidak nyata yang membuat penderita dapat tertawa);
  4. Menggerakkan bibir tanpa suara (sering disebut komat-kami, penderita tampak seperti orang yang sedang komat-kamit)
  5. Pergerakan mata yang cepat (suatu bentuk reaksi yang ditimnulkan penderita akibat adanya halusinasi yang muncul pada dirinya)
  6. Respon verbal yang lambat (salah satu contoh terganggunya pola komunikasi pada penderita akibat kurangnya konsentrasi);
  7. Menarik diri dari orang lain (salah satu contoh penderita seolah mendapatkan dunia baru yang tidak memerlukan orang lain atau penderita malu untuk berinteraksi kepada orang lain);
  8. Berusaha untuk menghindari orang lain (penderita mencoba menghindari berinteraksi atau bertemu dengan orang lain, bisa disebabkan malu, benci, ketakutan atau hal yang lainya);
  9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata (salah satunya terganggunya pemikiran penderita)
  10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah (salah satunya disebabkan rasa takut, cemas sehingga berdampak pada fisiologi anatomi)
  11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik (salah satu penyebabnya penderita merasa terlalu bingung, linglung, cemas dan banyak lagi perilaku yang dapat membuat penderita tidak perduli pada diri, keluarga dan lingkungan)
  12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori (Penderita menikmati halusinasi yang dialaminya, sehingga tidak perduli dengan hal yang nyata lainya);
  13. Sulit berhubungan dengan orang lain (terjadinya perubahan prilaku pada diri penderita yang menyipang seperti rasa curiga terhadap orang lain);
  14. Ekspresi muka tegang (adanya kebingungan terhadap perubahan perilaku yang tidak dapat dikontrol);
  15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah (salah satunya disebabkan oleh kecemasan pada diri penderita);
  16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat (salah satunya disebabkan penurunan memory penderita);
  17. Ketakutan (dapat disebabkan oleh penglihatan tidak nyata yang menakutkan);
  18. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan (salah satu penyebabnya adanya perintah yang tidak nyata pada penderita);

Faktor Penyebab

Timbulnya halusinasi sering disebabkan karena panik, stress berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri. Halusinasi terdiri dari dua faktor penyebab yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Faktor predisposisi pada penderita dengan halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Biologi

Faktor biologis halusinasi berfokus pada faktor genetika, faktor neuroanatomi dan neurokimia (struktur dan fungsi otak), serta imunovirologi (respon tubuh terhadap suatu virus).

b. Psikologis

Intelegensia kemampuan individu dalam menyelesaikan konflik diri dengan menggunakan berbagai upaya koping yang sesuai untuk mengurangi ketegangan menuju keseimbangan kontinum.

c. Respon fisiologis

Stimulasi sistem saraf otonom dan simpatik serta peningkatan aktivitas hormon, tremor, palpitasi, peningkatan motilitas.

d. Respon perilaku

Bervariasi tergantung pada tingkat kecemasan, dapat berupa isolasi diri atau agresif.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Faktor Presipitasi pada penderita dengan halusinasi adalah sebagai berikut:

  1. Biologi

Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurologis maladaptif meliputi:

  1. Gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi.
  2. Abnormalitas pada mekanisme koping masuk dalam otak (komunikasi saraf yang melibatkan elektrolit) yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.

b. Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Pemicu gejala

Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang sering menimbulkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurologis maladaptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.

d. Penilaian stressor

Model diatesis stress menjelaskan bahwa gejala halusinasi muncul berdasarkan hubungan antara beratnya stress yang dialami individu dan ambang toleransi terhadap stres internal. Model ini penting karena mengintegrasikan faktor biologis, psikologis, dan sosiobudaya dalam menjelaskan perkembangan halusinasi.

e, Sumber koping

Sumber koping individu harus dikaji dengan pengaruh gangguan otak pada perilaku. Kekuatan meliputi modal, seperti intelegensi, atau kreativitas yang tinggi.

f. Mekanisme koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurologis maladaptif meliputi:

  1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
  2. Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
  3. Menarik diri sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

Jenis-jenis Halusinasi

Terdapat 7Jenis halusinasi yang sering muncul:

1. Halusinasi Pendengaran

Penderita yang mengalami halusinasi ini akan merasa mendengar suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara dan kadang memerintah untuk melakukan sesuatu. Salah satu contoh ada suara bisikan yang meminta untuk melukai dirinya sendiri.

2. Halusinasi Penglihatan

Pada halusinasi ini penderita akan merasakan adanya stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan yang timbul biasanya berupa sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan. Contohnya penderita melihat sesuatu yang menakutkan yang orang lain tidak melihatnya, terkadang terlalu takutnya penderita berteriak dan berlarian tidak tentu arah, sehingga orang disekitarnya merasa kebingungnan karena perilakunya yang aneh dan tidak terkontrol.

3. Halusinasi Penghidu

Penderita halusinasi penghidu merasa mencium bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau yang lain. Penderita halusinasi ini paling sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau dimensia.

4. Halusinasi Pengecapan

Pada halusinasi ini penderita merasa mengecap seperti darah, urine, feses, atau yang lainnya. Akibat perasaan yang dialaminya membuat penderita meludah atau mau muntah terus menerus, sehingga emosi penderita pun terganggu yang mengakibatkan penderita marah-marah.

5. Halusinasi Perabaan

Pada halusinasi ini penderita akan merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, akibatnya penderita merasa tersiksa sehingga menyebabkan emosinya labil, penderita bisa menjerit, marah-marah.

6. Halusinasi Cenesthetic

Penderita halusinasi ini akan merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine. Contohnya penderita merasakan aliran darah di vena, seperti air mengalir didalam pipa, hal ini membuat penderita merasa tidak nyaman dan terkadang ketakutan.

7. Halusinasi Kinestetika

Pada halusinasi ini penderita merasakan adanya pergerakan sementara tubuhnya tanpa bergerak. Contohnya penderita merasakan tangan dan kakinya bergerak seperti menari sementara penderita dalam kondisi terbaring dan tidak bergerak.

 

 

Sumber:Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Prabowo, Eko. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: Universitas Diponegoro.

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit Salemba Medika. Jagakarsa, Jakarta Selatan.

 

Penulis: 
Erisqa Aerani, Amk
Sumber: 
Perawat RSJD dr. Samsi Jacobalis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Artikel

02/12/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
29/11/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
28/11/2024 | Rakhmawati Tri Lestari, S.Psi., M.Psi.
28/11/2024 | Zurniaty, , S. Farm., Apt
26/11/2024 | Ns..Sri Rahmawat,AMK,S.Kep.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori