Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikolitik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Terkadang timbul perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar.
Skizofrenia juga dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.
Skizofrenia ini juga merupakan suatu psiko-fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan atau perpecahan) antara proses pikir, efek, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoheren, efek dan emosi menjadi inadekuat, psikomotor menunjukan penarikan diri, ambivalensi, autism dan perilaku bizarre.
Pengertian skizofrenia berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan menjadi sekumpulan gejala yang sangat bervariasi terhadap kondisi psikologis seseorang dan mengakibatkan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa teori ada yang mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh faktor gangguan skizofrenia yang berawal dengan keluhan halusinasi dan waham kejaran yang khas seperti mendengar pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras atau mendengar dua atau lebih memperbincangkan diri penderita sehingga merasa menjadi orang ketiga.
Tipe Skizofrenia
Terdapat beberapa tipe skizofrenia berdasarkan DSM-IV diantaranya:
1. Tipe Paranoid
Pada tipe paranoid ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Secara klasik, skozofrenia tipe paranoid ditandai oleh waham persekutorik klasik (Waham kejar) dan atau waham kebesaran. Orang dengan dengan skizofrenia paranoid mempunyai sikap tegang, pencuriga, berhati-hati dan tidak ramah. Mereka dapat bersikap bermusuhan atau agresif.
2. Tipe Hebefrenik
Pada tipe ini ditandai oleh regresi yang nyata pada perilaku primitive, dan tidak teratur. Tidak ada gejala yang memenuhi kriteria untuk tipe katatonik. Perkiraan usia biasanya lebih awal yaitu usia sebelum 25 tahun. Pada penampilan pribadi dan perilaku sosialnya berada dalam keadaan yang rusak. Respon emosionalnya tidak sesuai dan mereka sering memperlihatkan tingkah laku aneh seperti misalnya tertawanya yang meledak tanpa alasan. Menujukan wajah meringis dan seringai sering ditemukan pada tipe ini. Perilaku khas tersebut digambarkan sebagai kekanak-kanakan atau bodoh.
3. Tipe Katatonik
Pada tipe katatonik memeiliki ciri klasik yaitu terlihat dari adanya gangguan nyata pada fungsi motorik, berupa stupor, negativisme, rigiditas, kegembiraan. Pasien sering menunjukan perubahan yang cepat antara kegembiraan atau stupor. Ciri penyerta misalnya stereopitik, menerisme, dan fleksibelitas lilin (Waxy fleksibility). Selama stupor atau kegembiraan katatonik, klien dengan skizofrenia memerlukan pengawasan yang ketat, karena pasien dapat melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin diperlukan karena kemungkinan adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia atau cidera yang disebabkan oleh diri sendiri.
4. Tipe Tidak Tergolongkan
Pada tipe ini jelas menderita skizofrenia namun tidak dapat dimasukkan kedalam salah satu tipe, berdasarkan DSM-IV. Klien tersebut diklasifikasikan sebagai tipe tidak tergolonkan.
5. Tipe Residual
Pada tipe ini gambaran klinis pada saat diperiksa tidak menunjukkan gejala psikotik yang menonjol meskipun tanda penyakit masih tetap ada, yang umum ditemukan adalah penumpukan emosi, penarikan diri dari hubungan sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tak logis, dan pelonggaran asosiasi.
Tanda Dan Gejala
Berdasarkan rumusan teoritis perjalanan skizofrenia, ditandai dan gejala premorbid sebelum fase prodromal. Setelah diagnosis skizofrenia ditegakkan secara retrospektif tanda dan gejala prodromal dapat dikenali. Gejala ini dimulai dengan beberapa macam keluhan, berupa gejala somatik, misalnya nyeri punggung, kepala, otot serta gangguan pencernaan.
Pada fase prodromal didapatkan tanda dan gejala yang khas yaitu:
- Terdapatnya deteriorasi (Pengurangan) yang jelas dari taraf fungsi penyesuaian sebelumnya.
- Penarikan diri dari kehidupan sosial;
- Ketidakmampuan dalam fungsi peran;
- Tingkah laku aneh atau penyimpangan perilaku;
- Ketidakmampuan dalam hygine diri dan berpakaian;
- Afek yang tumpul atau tak serasi;
- Gangguan komunikasi (membisu atau bicara tidak jelas);
- Ide-ide yang mirip waham (terkadang bicara tidak sesuai keadaan);
Kriteria untuk dapat mendiagnosis Skizofrenia yaitu:
- Gejala Primer (4A)
a. Autisme
Orang dengan autisme cenderung menarik diri dari dunia luar dan berdialog dengan dunianya sendiri.
b. Afek yang terganggu
Orang dengan gangguan afek dan emosi berupa penumpulan, pendataran dan ketidakserasian.
c. Asosiasi yang terganggu
Proses pikiran yang teranggu pada umumnya meliputi pelonggaran asosiasi, yaitu ide yang satu belum habis diutarakan sudah muncul ide lain, sehingga pembicaraan tidak dapat diikuti atau dimengerti.
d. Ambivalensi
Individu yang memiliki perasaan ambivalen terhadap orang lain seperti benci segaligus cinta terhadap pasangan.
1. Gejala Sekunder
- Waham;
- Halusinasi;
- Ilusi;
- Depersonalisasi;
- Negativisme;
- Automatisasi;
- Echoilia;
- Achopraxia;
- Mannerisme;
- Stereotipi;
- Fleksibilitas Cerea;
- Katalepsi.
Adapun kriteria lain untuk dapat mendiagnosis Skizofrenia yaitu:
1. Halusinasi pendengaran (Khas untuk skizofrenia)
- Pikiran yang dapat didengar sendiri;
- Suara yang sedang bertengkar;
- Suara yang mengomentari tingkah laku penderita.
2. Gangguan Batas Ego (Ego Boundary Distrubances)
- Somatic Passivity: tubuh dan gerakannya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan dari luar;
- Thought Withdrawal: keyakinan bahwa pikiranya telah dikeluarkan dari pikirannya sehingga merasa tidak mempunyai kuasa atas hal yang terjadi atau istilah isi pikiran diambil keluar oleh sesuatu dari/luar dirinya;
- Thought Insertion: ada keyakinan bahwa isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikiranya.
- Thought Broudcasting: percaya bahwa orang lain dapat mendengar pikiran batin mereka, meskipun tidak ada bukti yang nyata / jelas;
- Made feeling: perasaannya dibuat oleh orang lain;
- Made Impulse: dorongan kehendaknya seolah-olah dari orang lain;
- Delusional-perception: persepsi dipengaruhi oleh waham.
Sumber: Buku Panduan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa. 2016. Banjarmasin.
Prabowo, Eko. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: Universitas Diponegoro.