Pernahkah Anda mendengar tentang isolasi sosial? Bila anda melihat orang yang tidak mau ikut dalam kegiatan dilingkungan masyarakat apakah bisa disebut isolasi sosial? Apabila anda sedang dalam perjalanan, lalu melihat orang yang sedang duduk sendirian di pinggir jembatan, apakah bisa dikatakan isolasi sosial? Atau, bila anda sedang jalan-jalan di pantai, lalu melihat seseorang yang sedang menyendiri dibawah pohon dan di atas bebatuan pantai; apakah orang tersebut dapat dikatakan mengalami isolasi sosial? Apakah orang yang sedang kita lihat sendirian pasti mengalami isolasi sosial? Jawabannya “Belum tentu dong”. Mengapa? Anda harus mengetahui terlebih dulu apa penyebab orang tersebut menyendiri ya. Seseorang yang sedang duduk sendiri dipinggir jembatan bisa saja sedang menunggu orang lain, atau sedang ada kegiatan memancing. Seseorang yang menyendiri dibawah pohon dan bebatuan dipantai bisa saja sedang menikmati udara pantai dan segarnya angin pantai sehingga karena terlalu nyaman, dia tidak menyadari tentang lingkungan sekitarnya. Jadi isolasi sosial itu seperti apa ya? Orang yang mengalami isolasi sosial itu perilakunya bagaimana? Terus bagaimana cara mengatasi isolasi sosial?
Isolasi sosial merupakan ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka dan interdependen dengan orang lain. Apa saja hal yang dapat menyebabkan isolasi sosial? Antara lain ; keterlambatan perkembangan, ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan, ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan, ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma, ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma, perubahan penampilan fisik, perubahan status mental dan ketidakadekuatan sumber daya personal (misalnya disfungsi berduka, pengendalian diri yang buruk).
Hal-hal apa saja yang bisa menyebabkan seseorang mengalami isolasi sosial? Ada berbagai faktor yang menjadi penyebabnya antara lain :
A. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah aspek biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Antara lain sebagai berikut:
- Faktor perkembangan. Dalam pencapaian tugas perkembangan dapat mempengaruhi respon sosial maladaptif pada setiap individu.
- Faktor biologis. Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif, keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini.
- Faktor sosiokultural. Norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis dapat menyebabkan terjadinya isolasi sosial.
- Faktor keluarga. Komunikasi dalam keluarga dapat mengantar sesorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negatif akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
B. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi adalah faktor pencetus terjadinya suatu masalah. Penyebab isolasi sosial berdasarkan faktor presipitasi antara lain sebagai berikut :
- Stres sosiokultural. Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit
- Stressor psikologis. Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.
Seseorang yang mengalami isolasi sosial menunjukkan tanda dan gejala sebagai berikut : merasa ingin selalu sendirian, merasa tidak aman ditempat umum, menarik diri, tidak atau menolak untuk berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan, merasa dirinya berbeda dengan orang lain, asyik dengan pikirannya sendiri, dan merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas. Selain itu ada tanda gejala lain yang dapat ditemukan pada orang dengan isolasi sosial yaitu menunjukkan permusuhan, tidak mampu memenuhi harapan orang lain, tidak ada kontak mata, perkembangan terlambat dan tidah bergairah atau lesu.
Salah satu cara untuk mengatasi isolasi sosial adalah dengan promosi sosialisasi dan promosi dukungan keluarga. Promosi sosialisasi menitikberatkan pada peningkatan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan promosi dukungan keluarga yaitu dengan meningkatkan pratisipasi anggota keluarga dalam perawatan emosional dan fisik.
Tindakan promosi sosialisasi yang dapat dilakukan antara lain :
- Identifikasi hambatan dalam melakukan interaksi dengan orang lain
- Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
- Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
- Motivasi berinteraksi di luar lingkungan (misalnya jalan-jalan, ke toko buku)
- Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain
- Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
- Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan kemasyarakatan
- Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain.
- Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan khusus
- Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
- Latih mengekspresikan marah dengan tepat.
Daftar Pustaka
- Carpenito, L (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa; Yasmin Asih. Editor edisi Bahasa Indonesia, ed.10. EGC: Jakarta.
- Doengoes, M.E., Tonsend M.C, Moorhouse; M.F (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. EGC: Jakarta.
- Suliswati Payapo, TA., Maruhawa, J., Sinaturi Y., Sumijatun (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed i. EGC: Jakarta.
- Stuart, G.W & Laraia, M.T (2001). Principles &Practice og Psichiatric Nursing. Edisi 7, St Laouis: Mosby.