Apakah kamu suka menyimpan barang-barang lama, mengira bahwa barang-barang tersebut akan berguna suatu saat nanti. Padahal semakin lama disimpan, barang-barang tersebut semakin banyak, menumpuk, dan tidak pernah dipakai pada akhirnya.
Fenomena ini makin marak di masyarakat, banyak video atau foto di media sosial yang mengambarkan situasi serupa. Dimana sebuah rumah atau ruangan yang dipenuhi dengan barang-barang yang tidak terpakai tertumpuk, tertimbun hingga menganggu aktivitas penghuninya. Tidak hanya barang-barang lama yang sudah tidak terpakai, tapi juga sampah seperti sisa bungkus makanan.
Perilaku seperti ini dikenal dengan Hoarding Disorder, yakni perilaku gemar menimbun barang karena menganggap barang tersebut akan berguna di kemudian hari, mengingatkan pada sebuah peristiwa (barang yang berkaitan dengan momen tertentu, hadiah/pemberian), atau merasa aman ketika dikelilingi barang-barang tersebut. Penderita Hoarding Disorder suka menyimpan banyak benda , seperti plastik, bekas bungkus makanan/minuman, majalah atau koran, pakaian bekas, sepatu bekas, bahkan barang-barang yang sudah tidak berfungsi dengan baik atau rusak seperti barang elektronik. Hal ini membuat tempat tinggal penderita semakin penuh dengan barang-barang yang ditimbun.
Banyak penderita Hoarding Disorder tidak menyadari bahwa perilakunya ini bermasalah, sehingga akan sulit diobati. Penderita beranggapan bahwa apa yang dilakukannya itu hal yang wajar, karena barang yang disimpan akan dibutuhkannya suatu saat nanti. Kondisi ini sering terjadi pada penderita gangguan kepribadian obsesif kompulsif (OCD).
Penyebab
Penyebab pasti pada penderita Hoarding Disorder masih belum diketahui sampai saat ini, hanya saja ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami kondisi tersebut, yakni;
• Mengalami gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan obsesif kompulif (OCD)
• Kurangnya peran keluarga dalam mengajarkan memilah dan memilih barang-barang di rumah
• Adanya keluarga yang menderita Hoarding Disorder
• Trauma, pernah ditinggalkan orang yang dicintai
• Pernah mengalami kesulitan ekonomi
• Trauma bencana, pernah mengalami kebakaran atau bencana alam lainnya sehingga kehilangan harta benda
Gejala
Lalu apa saja gejala pada penderita Hoarding Dsiorder? Berikut beberapa tanda gejala penderita Hoarding Disorder;
• Menimbun barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan lagi
• Cemas Ketika akan membuang barang-barang yang sudah tidak diperlukan. Hal ini terjadi karena penderita merasa khawatir barang yang sudah dibuang ternyata masih dibutuhkan suatu hari nanti
• Sulit membuat keputusan
• Mengambil atau mengumpulkan barang-barang dari luar rumah untuk ditimbun
• Merasa tertekan saat barang-barangnya disentuh orang lain
• Menyimpan barang-barang samapai menumpuk dan menganggu fungsi ruangan
• Menyendiri, menjauhkan diri dari lingkungan, keluarga dan teman
Tidak hanya berupa barang, terkadang penderita juga mengumpulkan hewan-hewan terlantar, akan tetapi tidak diurus dengan benar.
Penanganan
Pada umumnya penderita Hoarding Disorder tidak menyadari bahwa dirinya bermasalah. Penderita merasa barang-barang yang dikumpulkannya akan berguna nantinya. Penderita juga berpenampilan layaknya orang normal di luar rumah, hanya saja penderita membatasi orang-orang disekitarnya untuk memasuki ruangan pribadinya atau rumahnya. Hal ini membuat orang-orang disekitarnya sulit mendeteksi masalah dari awal.
Namun, jika Anda menemukan orang terdekat mengalami dan atau menunjukkan tanda dan gejala Hoarding Disorder, maka sebaiknya segeralah membawanya ke dokter untuk penegakan diagnosa yang tepat dan merekomendasikan metode perawatan yang tepat.
Diagnosis
Penentuan diagnosa biasanya bekisar tentang Riwayat Kesehatan penderita, kebiasaannya dalam mencari atau memperoleh barang, kemudian menyimpannya. Selain itu, kondisi dan keadaan rumah juga tidak luput dari pengkajian awal.
Dalam hal penentuan diagnosa menggunakan kriteria Diagnostic and Statitical Manual of Mental Disorder (DSM-5). Beberapa kriteria yang merujuk pada diagnosa Hoarding Disorder adalah ;
• Kesulitan membuang barang-barang yang sudah tidak terpakai
• Keinginan menyimpan atau menimbun banyak barang
• Tempat tinggal dipenuhi dengan banyak barang sehingga dapat membahayakan penderita
• Barang-barang yang ditimbun menimbulkan masalah terhadap lingkungan sekitar, keluarga, dan bahkan pekerjaan
• Kebiasaan menimbun barang tidak ada kaitannya dengan gangguan Kesehatan lainnya, seperti sindrom Prader-Willi atau pun cedera otak
Pengobatan
Penderita Hoarding Disorder memerlukan psikoterpai dan pemberian obat-obatan untuk mengatasinya.
Salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah terapi perilaku kognitif. Pnderita akan dilatih untuk menahan keinginan menimbun barang-barang, juga dilatih untuk memilah dan memilih barang-barang yang ditimbun tersebut, kemudain membuang barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Terapi ini tentu sebaiknya melibatkan anggota keluarga atau orang-orang disekitarnya.
Sedangkan untuk terapi obat-obatan dilakukan jika penderita mengalami gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Obat-obatan yang biasanya dipakai adalah obat-obatan antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Selain pengobatan seperti disebutkan tadi, bisa juga dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut ;
• Membuat daftar barang-barang
• Mengelompokkan barang-barang dalam tiga kriteria, dibuang, disimpan, di daur ulang, atau bisa juga disumbangkan
• Membuang barang-barang secara bertahap, misalnya membuang barang-barang setiap seminggu sekali
• Membersihkan 1 ruangan setiap seminggu sekali
• Membuat jadwal harian yang sederhana, misalnya mencuci baju setiap pagi, menyortir sampah setiap sore hari setelah semua pekerjaan selesai
• Menyumbangkan barang-barang yang masih layak pakai kepada orang yang lebih membutuhkan
• Meletakkan tempat sampah di tempat-tempat yang strategis dalam rumah, seperti dekat dapur, ruang tamu, atau pun kamar mandi
• Mengambil gambar before after ketika membereskan barang-barang, untuk melihat pencapaian
• Mencoba lebih bijak dalam menentukan barang mana yang disimpan atau dibuang
• Melakukan Teknik relaksasi dengan mengambil nafas dalam ketika merasa tidak nyaman atau cemas saat membuang barang-barang
• Mengantarkan hewan-hewan ke shelter akan lebih baik
Komplikasi
Penanganan yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas hidup dan menimbulkan masalah lebih lanjut, seperti ;
• Resiko jatuh tertimpa barang-barang yang ditimbun
• Terjebak dalam ruangan sempit
• Resiko konflik, baik dengan keluarga ataupun orang-orang sekitar
• Terisolasi dari lingkungan luar
• Rumah kotor dan menjadi sarang kuman
• Produktivitas menurun
• Kebakaran
Pencegahan
Dikarenakan penyebab pasti Hoarding Disorder belum diketahui maka belum ada cara untuk pencegahan dalam kasus ini. Hanya saja, pada penderita gangguan mental seoerti depresi dan OCD yang memiliki potensi mengalami Hoarding Dsiorder lebih tinggi perlu kiranya menjalani pengobatan sedini mungkin untuk mengurangi resiko.
Bagaimana, apakah setelah membaca artikel ini Anda akan mulai berkemas? Adakah barang-barang yang Anda piker akan berguna suatu saat nanti yang masih ada di pojok rumah Anda? Segeralah memilah dan memilih Kembali barang-barang tersebut sebelum memenuhi rumah Anda. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam sehat jiwa.
Reverensi ;
https://www.alodokter.com
https://www.halodoc.com