Akhir Januari, public dikejutkan dengan pengakuan artis Aliando yang mengidap gangguan mental obsessive compulsive disorder (OCD) sejak kecil, tetapi baru disadari sekarang. “OCD-nya selesai karena gue berpikir bodo amat, jangan dipikirin. Jiwa kita lebih besar dari penyakit ini. Mungkin karena anak-anak, belum ada banyak pikiran. Tapi di umur 25 ini makin parah,” ujar Aliando Syarif dikutip dari suara.com.
Pengertian OCD
OCD atau gangguan obsesif kompulsif merupakan jenis gangguan kecemasan, yang dapat menyebabkan pikiran terganggu dan sering disebut obsesi. Hal ini akan menjebak penderitanya dalam pikiran berulang atau kompulsi. Kompulsi adalah perilaku berulang atau tindakan mental yang dilakukan individu sebagai repons terhadap obsesi dengan tujuan menetralkan ancaman atau mengurangi kesusahan.
Setiap anak memiliki gejala OCD yang berbeda, tetapi ada gejala yang terjadi sangat umum. Misalnya, penderita OCD menunjukkan gejala obsesi estrem atas kuman. Obsesi adalah pikiran, desakan, gambaran yang tidak diinginkan terjadi terus-menerus yang menyebabkan penderitaan dan individu tersebut mencoba untuk menekan atau melawannya. Gagasan yang tidak diinginkan muncul berulang-ulang untuk mengusir rasa takut, seperti takut menyentuh benda kotor. Bukan masalah kebersihan saja, tetapi bisa juga keraguan besar seperti apakah sudah mematikan kompor atau apakah sudah mengunci pintu. Setelah obsesi itu muncul, akan mengalami kompulsi, tujuannya untuk meredakan kecemasan akibat pikiran obsesif. Kompulsi mental pada OCD sama-sama mengganggu seperti kompulsi fisik. Namun, dorongan mental seringkali tersembunyi, sehingga penderita tidak menyadari.
Cara mengatasi OCD
Mengatasi OCD dengan menekan pikiran tidak akan berhasil, harus ada kerja sama dengan ahli dan keluarga. Psikolog Daniel Weger di psychologytoday mengatakan penderita sebaiknya melakukan terapi kognitif. Teknik ini dapat membantu mengatasi pikiran obsesif pada OCD. Terapi kognitif bertujuan untuk melatih cara berpikir (fungsi) kognitif dan cara bertindak (perilaku). Ini sebabnya terapi kognitif lebih dikenal dengan terapi kognitif perilaku. Jika anak mengalami gejala OCD berikut yang bisa kita lakukan.
1. Menjelaskan masalah pada anak
Kita bisa menjelaskan pada anak apa itu OCD dan bagaimana dampak terhadap pikiran dan perilakunya. Tentunya harus menyesuaikan usia anak supaya mudah dipahami. Dapat juga menambah wawasan mengenai OCD dari sumber terpercaya.
2. Mengganti nama OCD dengan nama lain
Nama OCD mungkin terdengar menakutkan bagi anak, dapat diubah nama OCD dengan nama lain, misalnya tokoh nakal, si jahat atau nama kreatif lainnya.
3. Jangan melarang langsung
Ketika anak melakukan hal yang berulang dan tak masuk akal, sebaiknya jangan melarang langsung. Gunakanlah bahasa yang enak didengar, misalnya, “sepertinya si jahat menyuruh kakak untuk mencuci tangan berkali-kali ya? Ayo lawan si jahat. Katakana padanya bahwa kakak sudah bersih, tidak ada yang salah dengan tangan kakak!”.
4. Memberi keyakinan
OCD menyebabkan anak sering merasa kehilangan keyakinan, dia cemas tidak mencuci tangan berkali-kali, atau cemas dengan hal lain. Sebagai orang tua, kita hendaknya meyakinkan agar anak tidak cemas.
5. Mendampingi terapi
Terapi adalah upaya yang tepat. Terapi untuk mengatasi OCD pada anak adalah dengan program CBT atau cognitive behavioural therapy. Melalui terapi ini, anak akan diajak untuk membiasakan diri dan memahami apa yang harus dilakukan ketika ia merasa cemas serta melakukan hal yang berulang-ulang kali.
Daftar Pustaka
Detikhealth.com