Pasien dengan gangguan jiwa berat terutama pasien dengan skizofrenia, memiliki ciri khas seperti tidak mampu memulai pembicaraan, miskin kata-kata, sulit mengungkapkan perasaan, dan pembicaraan yang tidak sesuai yang disebut dengan alogia. Keluarga atau pemberi perawatan baik di rumah atau di rumah sakit seringkali tidak sabar dan mendesak agar pasien dapat menyampaikan perasaan dan keluhannya. Sedangkan kondisi dari pasien memang tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Menurut jurnal Speech Deficits in Serious Mental Illness: A Cognitive Resource Issue, kondisi alogia pada pasien dengan skizofrenia erat kaitannya dengan penurunan kemampuan motorik pada pasien dan penurunan daya ingat pasien tetapi tidak terlalu terkait dengan penurunan kondisi kognitif pada pasien. Hal tersebut memberikan kesempatan kepada keluarga dan tenaga medis yang menangani agar dapat meningkatkan kapasitas tersebut dengan memberikan terapi dan latihan yang sesuai agar pasien dapat memaksimalkan kondisi agar dapat mencapai kemandirian.
Perlu dipahami ciri-ciri pasien dengan alogia agar mendapatkan penanganan yang tepat. Ciri pertama, pasien akan terjeda lama dalam merangkai kata per kata. Lawan bicara harus bersabar dalam menunggu dan berkomunikasi. Ciri yang kedua, pasien hanya menanggapi pendek ketika diajak berbicara, hanya sepatah dua patah kata. Ciri berikutnya, pasien menggunakan nada bicara yang datar dan tanpa minat. Dan yang menjadi ciri yang paling tampak terlihat dari ekspresi yang datar. Sedangkan pada beberapa pasien mengalami alogia sekunder, yaitu kondisi yang disebabkan oleh halusinasi atau delusi yang melarang seseorang utnuk berbicara.
Untuk itu sebagai pemberi perawatan, baik keluarga maupun tenaga medis yang menangani pasien perlu memahami kebutuhan perawatan pasien. Hal pertama yang terpenting adalah dengan melakukan pengobatan secara tepat. Gejala-gejala utama pada pasien skizofrenia sebagai contoh, harus merupakan prioritas utama agar pasien dapat mengendalikan emosi dan pikirannya. Alogia tidak dapat teratasi dengan antipsikotik atau anti depressan, akan tetapi jika pasien mengalami alogia sekunder, hal tersebut dapat membantu. Terapi kedua adalah dengan melakukan terapi psikososial. Pelatihan untuk bersosialisasi dengan melakukan kegiatan amal, bersosialisasi dengan komunitas tertentu atau dengan terapi keluarga. Perawatan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan terapi bicara. Hal tersebut tentu harus dilakukan oleh ahli yang memang di bidang terapi wicara.
Gangguan jiwa berat memiliki beberapa gejala yang mengurangi kualitas hidup seseorang. Untuk itu sebagai pemberi perawatan, baik dalam konteks keluarga maupun tenaga medis harus memahami kondisi pasien dan mengetahui cara mengatasinya. Pasien dengan gangguan jiwa harus dirawat sesuai dengan kebutuhan dengan harapan mampu menjalankan fungsi hidup secara optimal, bahkan harapan terbesar pasien mampu hidup mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
- Alex S. Cohen, Ph.D. 2014. Speech Deficits in Serious mental Illness: A Cognitive Resource Issue? Published online 2014 Nov 17. doi: 10.1016/j.schres.2014.10.032. National Library of Medicine. Diakses pada tanggal 23 Juni 2022 pada jam 09.50 di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4310829/
- Anne M. Merrill, dkk.2017. Evidence that communication impairment in schizophrenia is associated with generalized poor task performance. Published online 2017 Jan 6. doi: 10.1016/j.psychres.2016.12.051. Diakses pada tanggal 23 Juni 2022 pada jam 09.50 di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5452682/