Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam memelihara kesehatan jiwa. Keluarga yang harmonis dan rukun merupakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa,dapat menjadi tempat yang nyaman untuk mereka yang mengalami gangguan jiwa .
Masalah kejiwaan atau kita sebut gangguan jiwa banyak terlihat dilingkungan tempat tinggal sekitar kita, dari tingkat gangguan yang ringan hingga gangguan jiwa berat yang harus dirawat dirumah sakit jiwa.
Penangganan gangguan jiwa mulai dari taraf ringan harus segera disadari dan ditangani, karena terkadang kurang disadari dan difahami, seperti ; Kewaspadaan yang berlebihan akan lingkungan, prasangka buruk berlebih pada seseorang yang belum dikenal, dan ketakutan-ketakutan lainnya yang tidak jelas. Sangat perlu pemahaman awal yang dimulai dari kemampuan keluarga menilai dan selanjutnya memberi pertolongan awal pada anggota keluarga yang mengalami masalah kejiwaan. Keluarga seharusnya dapat menjadi penjaga dan deteksi awal dalam keluarga dalam menjaga kesehatan jiwa anggota keluarganya.
Rentan terhadap stress sangat berhubungan dengan kerja otak seseorang, yang dapat dipengaruhi beberapa hal, antara lain; faktor gizi dan pola makan seseorang yang berpengaruh terhadap kerja otak sehingga mudah/rentan stress, kurang waktu tidur atau terlalu banyak tidur juga dapat mengganggu kerja otak yang dapat menimbulkan mudah/rentan stress. Faktor adiksi, kebiasaan, ketergantungan akan sesuatu yang bila di hentikan akan muncul gejala fisik dan ketidaknyamanan fisik maupun psikologis.
Dalam lingkungan keluarga, kegiatan sehari-hari sangat mungkin mempengaruhi kestabilan kejiwaan dan kondisi kesehatan mental anggota dalam suatu keluarga, sehingga suatu keluarga perlu melakukan kegiatan yang bervariasi dalam kesehariannya, hal ini dilihat dari faktor biologis, psikologis dan sosial.
Faktor biologis berkaitan dengan kondisi kesehatan secara keseluruhan dan kondisi otak. Faktor psikologis berkaitan dengan perkembangan kepribadian seseorang, kemampuan menghadapi masalah dan ketahanannya terhadap tekanan masalah, sedangkan secara sosial kesehatan jiwa adalah hubungan seseorang dengan lingkungan sekitar.
Kesehatan mental / jiwa mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran sehat tercermin dari cara berfikir atau jalan fikiran. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekpresikan emosinya, misalnya takut, gembira, sedih, kuatir dan sebagainya. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang mengekpresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan. Sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Kesehatan sosial tercermin apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, dan politik. Sedangkan kesehatan ekonomi tercermin bila seseorang yang sudah dewasa yang produktif, dalam arti yang bisa menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong kehidupannya secara finansial.
Jiwa itu mengenai pikiran, perasaan dan perilaku. Seseorang yang memiliki masalah pribadi dan menjadi cemas dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis jiwa. Dokter spesialis jiwa menanggani permasalahan perasaan psikosomatis yang berhubungan dengan stress dan gangguan fisik. Jadi tidak harus gila yang berkonsultasi ke dokter spesialis jiwa.
Peranan awal keluarga juga sangat di butuhkan dalam memberikan informasi yang akurat tentang kronologis yang dialami anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa, sehingga membantu tenaga kesehatan jiwa dalam melakukan diagnosis dan perawatan yang tepat. Bisa menggali akar masalah yang terjadi terkait adanya gejala yang timbul, persepsi tentang bagaimana hal itu dirasakan, serta kemampuan aktifitas sehari-hari.
Karena kadang ada juga anggapan bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa bisa diobati sendiri karena berkaitan dengan iman. Ada anggapan juga bahwa mendatangi psikiater bisa menyebabkan ketergantungan, padahal yang sebenarnya adalah jika seseorang masih bisa di konseling tanpa intervensi obat oleh psikiater , maka akan disarankan menemui psikolog,
Dukungan awal keluarga dapat berupa tidak mendiskriminasikan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, yaitu tidak menjauhi mereka sebagai anggota keluarga, hal tersebut dapat mendukung proses pemulihan pasien.
Cara yang cukup efektif dengan memberi peran pada keluarga untuk menghapus stigma buruk terhadap anggota keluarganya sendiri yang mengalami gangguan jiwa. Tentunya keluarga perlu mengembangkan kemampuan untuk bersikap tenang saat menghadapi masalah, berfikir kritis dan jernih, berorientasi pada solusi, dan melatih kebiasaan berfikir yang rasional.
Untuk dapat melakukan deteksi awal gangguan jiwa, keluarga harus tahu apa sih cirri – cirri orang yang sehat jiwanya..? Ada 3 ciri- cirri dasar orang dikatakan sehat jiwanya ; Pertama, Orang tersebut dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada dirinya, dan tidak melakukan hal – hal yang tidak wajar untuk mengatasinya. Kedua, Orang tersebut dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan orang lain , dan dapat hidup berdampingan secara damai dengan orang lain. Ketiga, OOrang tersebut dapat menerima segala tantangan dan perubahan, dan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik menghadapi tantangan dan perubahan tersebut
Hal lain yang menjadi ciri-cirinya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang yaitu; perubahan penampilan, perubahan sikap, perubahan cara bicara, perubahan tingkah laku, perubahan kebiasaan kearah yang negatif dan merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Dengan maksimalnya peran keluarga dalam deteksi awal hingga perawatan anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa , maka selanjutnya diharapkan peran dan dukungan pada lingkup yang lebih besar lagi yaitu meningkatnya kepekaan dan kepedulian masyarakat akan permasalahan kesehatan jiwa di masyarakat
Daftar Pustaka :
Nur Rohmi, Aida. Hal sepele yang dianggap remeh, tetapi bisa ganggu kesehatan jiwa. https;//kompas.com/trend/kesehatan jiwa.
Widya,Surya.(2016).280 tanya jawab mengenai kesehatan jiwa.Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan: Jakarta.