DUKUNGAN KELUARGA PADA LANSIA DENGAN DEPRESI

Menurut WHO (World Health Organization) depresi merupakan gangguan psikologis terbesar ketiga yang diperkirakan terjadi pada (5%) penduduk di dunia. Seperti yang kita ketahui, timbulnya depresi memiliki hubungan dengan beberapa faktor salah satunya adalah dukungan keluarga. WHO (World Health Organization) memperkirakan jumlah lansia pada tahun 2025 di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data WHO juga memperkirakan (75%) populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang (WHO, 2013). Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu Data Susenas BPS, (2012) menunjukkan lansia di Indonesia sebesar (7,56%) dari total penduduk Indonesia.

Bagaimana kaitannya lansia dengan Depresi?

            Pada umumnya, orang yang mengalami usia lanjut akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Penurunan fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian sehingga menyebabkan reaksi atau prilaku lansia semakin melambat. Sementara penurunan fungsi psikomotorik meliputi gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan, dari hal tersebut lansia dapat mengalami depresi. Banyak orang takut memasuki masa lanjut usia, karena asumsi mereka bahwa seorang lansia itu adalah orang yang tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup, penyakitan, pelupa, pikun, tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat, menjadi beban orang lain, sehingga sebagian orang sudah merasa depresi karena tidak tahu kehidupan, macam apa yang dihadapi. Akan tetapi, proses menua dalam perjalanan hidup manusia merupakan hal yang wajar yang akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, proses ini terjadi terus-menerus dan berkelanjutan secara alamiah (Nugroho, 2008).

            Kebanyakan lansia berusaha menebak bagaimana perjalanan hidupnya kedepan yang akan dijalaninya, berpatokan pada asumsi sendiri. Padahal sebenarnya usia tua atau lebih sering dikenal dengan usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang beranjak jauh dari periode yang dahulunya menyenangkan. Tetapi bukan berarti kita tidak bisa membuat masa tua kita menjadi lebih menyenangkan, itu akan kembali pada diri masing-masing.

            Menurut WHO (2013), depresi merupakan gangguan psikologis terbesar ketiga yang diperkirakan terjadi pada (5%) penduduk di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Pracheth dkk (2013) di India, memberikan hasil dari 218 lanjut usia yang diteliti, terdapat 64 orang (29,36%) yang mengalami depresi.  Di Indonesia, belum ada penelitian yang menyebutkan secara pasti tentang jumlah prevalensi lanjut usia yang mengalami depresi. Namun peningkatan jumlah penderita depresi dapat diamati bertambah dari waktu ke waktu melalui peningkatan jumlah kunjungan pasien yang berobat ke pelayanan kesehatan maupun peningkatan obat psikofarmaka yang diresepkan oleh dokter (Hawari, 2013).

Penyebab Depresi

            Depresi seringkali tidak terdeteksi pada lanjut usia karena dianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh lanjut usia. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup bagi lanjut usia (Dewi, 2012). Ada beberapa faktor penyebab depresi pada lansia antara lain adalah faktor biologi, psikologi, stres kronis, penggunaan obat.

            Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi sosial. Tidak jarang gejala depresi juga berupa gangguan fisik seperti insomnia dan berkurangnya napsu makan. Faktor penyebab biologi antara lain genetik, perubahan struktural otak, risiko vascular dan kelemahan fisik. Faktor psikologi penyebab depresi pada lansia antara lain tipe kepribadian dan dukungan sosial, dukungan sosial yang terpenting adalah dukungan yang berasal dari keluarga.

Bagaimana kaitan lansia dengan dukungan keluarga?

            Dukungan keluarga sangat penting bagi lansia karena lansia akan merasa tenang, bahagia, merasa berguna merasa dihargai. Beberapa kendala yang dialami oleh lansia sering kali disebabkan karena kurangnya perhatian dari pihak keluarga. Lanjut usia yang kurang mendapat dukungan dari keluarganya sering dihubungkan dengan sindroma depresi. Penyebab depresi yaitu kurangnya penguat positif, tidak berdayaan yang dipelajari, berfikir negatif, regulasi diri yang tidak adekuat, dan dukungan keluarga (Saam dan Wahyuni 2013). Salah satunya dengan menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri dan promosi terhadap kontrol diri melalui dukungan sosial terutama dari keluarga sebagai orang-orang terdekat (Potter& Parry, 2005). Lanjut usia yang kurang mendapat dukungan dari keluarganya sering dihubungkan dengan sindroma depresi. Pada umumnya, penuaan merupakan proses alamiah yang tidak bisa kita hindari. Proses penuaan menimbulkan beberapa perubahan meliputi perubahan fisik, kehilangan pekerjaaan, kehilangan tujuan hidup, kehilangan teman, mudah terkena penyakit, terisolasi dengan lingkungan, kesepian dan adaptasi terhadap stress mulai menurun. Kurangnya kemampuan psikososial terhadap perubahan dan stress lingkungan sering menyebabkan gangguan psikososial, masalah yang sering muncul   pada   lansia   adalah   gangguan proses pikir, demensia, gangguan perasaan seperti depresi, harga diri rendah, gangguan fisik dan gangguan perilaku.

            Peran keluarga sangatlah penting bagi lansia karena lansia akan merasa tenang, bahagia, merasa berguna dan merasa dihargai. Beberapa kendala yang dialami oleh lansia sering kali disebabkan karena kurangnya perhatian dari pihak keluarga. Hal ini mungkin karena kesibukan dari anggota keluarga, pengetahuan keluarga yang kurang tentang bagaimana cara memberikan dukungan yang baik kepada lansia, tempat tinggal yang jauh sehingga anak jarang datang mengunjungi, anaknya telah lebih dulu meninggal, anak tidak mau direpotkan dengan urusan orang tuanya serta orang tua sudah jarang dilibatkan dalam penyelesaian masalah yang ada dalam keluarga. Keadaan- keadaan tersebut mungkin menyebabkan lansia merasa tidak dibutuhkan, tidak berguna dan merasa menjadi beban bagi keluarganya. Dalam kondisi demikian, lansia berpotensi mengalami depresi jika tidak ditangani dengan baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, (2012). Perkembangan Proporsi Penduduk Lansia di Indonesia Tahun 19802020.Dalam situasi dan Analisis Lanjut Usia. 2014. Jakarta Selatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Darmojo, dan Martono, 2004 Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta : FKUI.

Friedman. M. 1998. Keperawatan Keluarga. Ed.3. Jakarta: EGC.

Huwari. D. 2013. Menejemen Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

National Institute of Mental Health. Depression and College Students. NIMH. 2010: 1-8

Penulis: 
Indah Wulandari, S.Kep, Ners
Sumber: 
Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah

Artikel

02/12/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
29/11/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
28/11/2024 | Rakhmawati Tri Lestari, S.Psi., M.Psi.
28/11/2024 | Zurniaty, , S. Farm., Apt
26/11/2024 | Ns..Sri Rahmawat,AMK,S.Kep.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori