Apa itu Bullying? Para orang tua wajib tahu nih, bullying seringkali terjadi atau menimpa anak-anak bahkan remaja.
Bullying adalah perilaku agresif yang tidak diinginkan yang melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara dua orang atau lebih. Ketidakseimbangan kekuatan ini dapat ditandai dengan perbedaan ukuran atau kekuatan, popularitas, kemampuan, atau angka, daintara karakteristik lainnya. Biasanya, intimidasi diulang dari waktu ke waktu. Bulying dapat mencakup tindakan langsung (seperti memukul, mengambil atau merusak harta benda, mengejek atau memanggil nama), atau pada tindakan tidak langsung (seperti pengucilan social, penyebaran rumor dan manipulasi persahabatan). Perundungan relasional dan sosial adalah istilah untuk menggambarkan perilaku yang dimaksudkan untuk merusak reputasi anak dengan teman sebaya atau menggunakan ancaman kehilangan hubungan untuk memanipulasi orang lain.
Bullying pada anak yang terjadi secara fisik dapat terlihat dan bisa disembuhkan dengan cepat. Namun, perbuatan tersebut juga dapat membuat anak mengalami gangguan mental, termasuk depresi. Hal ini bisa terjadi saat anak alami perundungan secara verbal dan fisik. Pada suatu penelitian, konsekuensi dari intimidasi di masa anak-anak dapat sebabkan depresi, bahkan bertahan hingga 40 tahun setelah masalah ini terjadi. Perlu tahu berbagai gejalanya, sehingga masalah yang lebih besar bisa dihindari.
ALASAN MENGAPA BULLYING BISA MENYEBABKAN PENYAKIT KERAS HINGGA KEMATIAN
Anak korban seringkali menderita secara emosional maupun sosial. Dampaknya, mereka merasa punya harga diri rendah akibat hal-hal buruk yang menimpanya. Korban juga cenderung mengalami berbagai macam emosi, seperti marah, tidak berdaya, frustrasi, kesepian, dan terisolasi. Ujung-ujungnya, depresi pun tak bisa dihindari. Namun, depresi tidak disebabkan oleh penyebab tunggal. Menurut penelitian, kimia otak, hormon, genetika, pengalaman hidup, dan kesehatan fisik semuanya berperan. Jika tidak ada intervensi, anak dapat mengembangkan kondisi yang disebut learned helplessness. Keadaan ini timbul ketika korban bullying percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun untuk mengubah situasi.
Korban kemudian berhenti mencoba melawan dan siklus menuju depresi bertambah parah. Pada akhirnya, anak merasa putus asa dan berkeyakinan mereka tidak punya jalan keluar. Depresi yang berkelanjutan kemudian memicu masalah kesehatan. Misalnya, anak jadi lebih sering sakit-sakitan akibat terus-menerus merasa cemas.
MENANGANI ANAK YANG MENGALAMI BULLYING
Menjadi fenomena yang kompleks, bullying tidak mudah diukur. Cara paling umum untuk mengukur perilaku perundungan adalah bertanya tentang pengalaman pribadinya, dan melalui komunikasi pada anak. Sebagai orang tua yang perlu diketahui dalam menangani korban perundungan. Pada umumnya, anak menunjukan tanda-tanda berikut ini saat mengalami bullying. Anak-anak seringkali enggan memberi tahu orang dewasa karena merasa malu atas apa yang dialaminya. Mereka khawatir orang tua justru kecewa, kesal, marah, atau reaktif. Terkadang anak juga merasa bahwa apa yang menimpanya adalah kesalahanya sendiri. Si kecil berpikir jika ia bertindak berbeda, mungkin hal itu tidak akan terjadi. Mereka takut situasi malah memburuk kalau si penindas mengetahui korban telah memberitahu orang lain. Satu hal lagi yang membuat anak khawatir adalah orang tuanya tidak mempercayai perundungan yang dialaminya dan menyuruh anak untuk tidak takut.
Pertama, yang perlu dilakukan adalah beri pujian pada anak saat anak bisa berkata jujur atas perundungan yang dialaminya. Kedua, beri perhatian bahwa mereka tidak sendirian. Ketiga, jelaskan bahwa perilaku bullying lah yang merupakan perilaku buruk. Keempat, yakinkan bahwa kita sebagai orang tua akan mencari jalan keluar terbaik. Sebagian besar survei mengungkap kalau perilaku bullying umumnya terjadi di sekolah. Kelima, beri tahu perangkat sekolah, seperti kepala sekolah, konselor atau guru tentang situasi tersebut. Seringkali guru-guru di sekolah bisa mengambil langkah-langkah untuk mencegah masalah lebih lanjut. Keenam, tanggapi dengan serius jika perundungan masih terus berlanjut hingga muncul ancaman kekerasan fisik. Jika guru-guru tidak membantu, orang tua bisa menghubungi otoritas hukum jika punya kekhawatiran tentang keselamatan anak.
Langkah terakhir, carilah bantuan dari profesional yang mampu mengatasi masalah mental, seperti psikiater atau psikolog. Anak membutuhkan pengobatan sebagai bagian dari perawatan kesehatan dari perilaku yang sedang terjadi, terutama akibat depresi. Pastikan juga untuk selalu mendukung anak selama proses pemulihan. Apabila anak tersebut memiliki saudara kandung, cobalah jelaskan situasi yang ada dan minta dukungan dari seluruh orang yang ada di rumah, agar pengobatan yang dilakukan dapat efektif.
CIRI DEPRESI AKIBAT BULLYING PADA ANAK
Bullying pada anak yang terjadi secara fisik dapat terlihat dan bisa disembuhkan dengan cepat. Namun, perbuatan tersebut juga dapat membuat anak mengalami gangguan mental, termasuk depresi. Hal ini bisa terjadi saat anak alami perundungan secara verbal dan fisik.
Beberapa tanda anak mengalami depresi :
Mengalami periode kesedihan berkepanjangan
Menarik diri dari keluarga dan teman
Tidak melakukan lagi aktivitas yang dulu dinikmati
Memperlihatkan masalah perilaku di sekolah
Kerap mendapat nilai yang buruk bahkan tidak naik kelas
Jika masalah ini tidak segera diatasi, depresi dapat menyebabkan masalah yang signifikan sepanjang hidupnya. Bahkan, remaja yang alami depresi berlebihan dapat mengonsumsi obat-obatan atau alkohol, atau bahkan penyalahgunaan zat.
Referensi
CNN Indonesia. Diakses pada 2024. Kisah Tragis Bocah Tasikmalaya Meninggal Usai Dibully Setubuhi Kucing.
Verywell Family. Diakses pada 2024. The Long-Lasting Effects of Bullying
Verywell Mind. Diakses pada 2024. Can You Die From Depression?
Healthline. Diakses pada 2024. Anxiety, Depression, and Suicide: The Lasting Effects of Bullying.
Houston Behavioral Healthcare Hospital. Diakses pada 2024. Bullying and Depression: The Long-term Effects on Kids and Teens.
Kids Health. Diakses pada 2024. Helping Kids Deal With Bullies.