Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psiko-sosial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniedakannya, oleh karena itu K3 rumah sakit perlu dikelola dengan baik. Pengendalian terhadap bahaya kecelakaan kerja ini sangat penting untuk dilakukan demi keselamatan kerja para karyawan. Karena pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan bahaya, baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap produksi digunakan secara aman dan efisien.
Bahaya adalah segala seuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami cidera sedangkan kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis, dan sering dijumpai pada tenaga kerja serta secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja, penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.
Kelelahan kerja didefinisikan sebagai suatu kondisi yang timbul pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan satu- satunya gejala. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja, menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun.
Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah dapat meningkatkan kesalahan kerja dan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Maka dapat disimpulkan bahwa bahaya kelelahan kerja adalah segala sesuatu peristiwa berbahaya yang terjadi akibat kelelahan saat bekerja.
Mekanisme Kelelahan
Keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex celebri), yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat bekerja terhadap talamus (thalamus) yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis (formation reticularis) yang dapat merangsang pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari organ dalam tubuh kearah kegiatan bekerja, berkelahi, melarikan diri, dan lain-lain.
Maka berdasarkan konsep tersebut keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja antara dua sistem antagonistis yang dimaksud. Apabila sistem penghambat berada pada posisi lebih kuat daripada sistem penggerak, seseorang berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya, apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka seseorang berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja atau dapat diartikan orang tersebut tidak berada dalam kondisi lelah.
Penyebab Kelelahan Kerja
Kelelahan terjadi karena terakumulasinya produk sisa pembakaran dalam otot dan peredaran darah (asam laktat). Asam laktat bersifat membatasi aktivitas otot dan mempengaruhi serat saraf dan sistem saraf pusat, sehingga terjadi perlambatan dalam bekerja. Zat yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi otot selalu diikuti oleh peristiwa kimia (oksidasi glukosa) yang mengubah glikogen menjadi tenaga, panas, dan asam laktat sebagai produk sisa. Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam otot dan tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan. Terdapat tiga penyebab terjadinya kelelahan fisik, yaitu:
- Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan karbon dioksida dan sisa oksida yang lain.
- Persediaan glikogen dalam hati menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%.
- Reaksi oksidasi dalam tubuh tidak seimbang dengan pembentukkan asam laktat.
Adapun penyebab kelelahan lainnya, yaitu:Status Gizi, Kondisi Kesehatan, Lama Kerja, Monotonitas, Kerja Statis, Kondisi Sarana dan Prasarana Tidak Ergonomi, Masa Kerja, Faktor Psikologis, Faktor Fisik Lingkungan, Faktor Lain yang Berhubungan dengan Kelelahan.
Gejala Kelelahan
Kelelahan yang dirasakan seseorang sulit untuk diidentifikasi secara jelas. Pelaksanaan kerja dapat mengevaluasi tingkat kelelahan. Kelelahan dapat dilihat melalui indikasi berikut ini:
- Perhatian tenaga kerja terhadap sesuatu dalam kerja menurun.
- Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, menguap dan pikiran merasa kacau.
- Kaki terasa berat, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang serta dalam berdiri terasa berbaring.
- Merasa susah berpikir, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, dan tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu.
- Cenderung lupa, kurang kepercayaan, cemas terdapat sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak tekun dalam pekerjaan.
- Sakit kekakuan bahu, nyeri di pinggang, pernapasan terasa tertekan, suara serak, haus, dan terasa pening.
- Spasme kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan merasa badan Kurang sehat.
Dampak Kelelahan Kerja
Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif, yaitu (1) perasaan lesu, mengantuk dan pusing, (2) tidak atau kurang mampu berkonsentrasi, (3) berkurangnya tingkat kewaspadaan, (4) persepsi yang buruk dan lambat, (5) tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja, (6) menurunnya kinerja jasmani dan rohani. Beberapa gejala ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja.
Kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi, akan mengakibatkan apa yang disebut dengan lelah kronis. Gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis dapat ditandai seperti meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau asosial terhadap orang lain, munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan, dan depresi yang berat
Dampak dari kelelahan kerja dapat disimpulkan akan menimbulkan penurunan efisiensi kerja, penurunan keterampilan, peningkatan kecemasan atau kebosanan, dapat pula berpengaruh pada efektivitas dan produktivitas serta keselamatan tenaga kerja pada umumnya. Tingkat kelelahan yang tinggi dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang disebabkan oleh human error.
Sumber: Gusti Yuli Asih, S.Psi, M.Si, Prof. Dr. Hardani Widhiastuti, Psikolog, Rusmalia Dewi, S.Psi, M.Si, Psikolog. 2018. Stres Kerja. Semarang University. Semarang.
ILO. 2013. Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2013 Memperkuat Peran Pekerja Layak dalam Kesetaraan Pertumbuhan. Kantor ILO untuk Indonesia. Jakarta.
Irma, dkk. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Unit Produksi Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Makasar.
Redaksi Sinar Grafika. 2014. UU RI No.13 Th. 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sinar Grafika. Jakarta.