BAGAIMANA JIKA ANAK MELIHAT PERTENGKARAN ORANG TUANYA?

Di dalam hidup ini, manusia tidak dapat menghindari terjadinya konflik ataupun masalah. Munculnya konflik atau masalah ini dapat dimulai dari hal yang sederhana sampai hal yang kompleks. Konflik yang dihadapi dalam jumlah yang terbatas atau dengan frekuensi yang sedikit memberikan manfaat bagi individu untuk belajar bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan matang sehingga mampu menghadapi dan mengatasi permasalahan apapun kedepannya.

Begitupun dalam suatu keluarga, konflik diantara pasangan baik sebagai suami istri ataupun sebagai orang tua tidak dapat dihindari. Pertanyaannya, bagaimana jika konflik tersebut berubah menjadi suatu pertengkaran dalam keluarga, apakah anak boleh melihat pertengkaran tersebut? Dampak apakah yang mungkin dimiliki anak ketika melihat pertengkaran tersebut?

Cara orang tua bertengkar untuk menyelesaikan konflik diantara mereka dapat memiliki konsekuensi yang berbeda bagi anak.

Ketika orang tua bertengkar terkadang keluar ucapan-ucapan verbal yang keras dan kasar sehingga pertengkaran hebat tidak terhindarkan. Terkadang tidak jarang, saat orang tua bertengkar lupa dengan keadaan termasuk dengan keberadaan anak-anak yang ternyata ada disekitar mereka. Pertengkaran tersebut cukup berpengaruh terhadap kondisi psikologis mereka. Anak-anak dapat berubah menjadi pemurung, kebingungan karena mereka tidak tahu harus berpihak atau memilih siapa, mulai tidak menghargai orang tuanya, rendah diri, mempunyai masalah di akademik, dan bahkan mengalami luka batin karena pertengkaran tersebut menjadi peristiwa yang paling tidak menyenangkan dalam hidupnya. Tidak jarang juga, anak-anak yang menyaksikan pertengkaran orang tuanya sejak kecil akan mengalami masalah atau gangguan emosi dan perilaku yang terbawa hingga mereka dewasa sehingga berpengaruh terhadap hubungan yang mereka jalani nantinya.

Namun, apakah itu berarti anak-anak tidak boleh sama sekali melihat orang tuanya bertengkar? Dari situasi tersebut, sebenarnya anak-anak dapat belajar menghadapi konflik dengan orang lain berdasarkan dari apa yang mereka lihat. Anak-anak akan menyaksikan bagaimana orang tuanya menyelesaikan konflik yang dihadapi. Bagaimana cara orang tuanya saling berkomunikasi menyampaikan pendapat dan perasaan diantara mereka dan membuat keputusan untuk memecahkan konflik mereka.

Sikap, perilaku, ataupun cara yang orang tua lakukan saat bertengkar menjadi contoh bagi si anak ketika menghadapi konfliknya dengan orang lain. Dengan kata lain, jika anak melihat pertengkaran orang tuanya yang dipenuhi dengan kata-kata kasar, maka anak pun akan berkata kasar ketika bertengkar. Jika anak melihat pertengkaran orang tuanya diwarnai dengan tindakan kekerasan maka jangan heran anak pun akan bersikap agresif dan melakukan kekerasan ketika berkonflik dengan temannya. Akan tetapi, jika anak melihat pertengkaran orang tuanya menunjukkan perilaku yang tidak berlebihan, menyampaikan pendapat dengan cara yang tepat, dan diskusi yang sehat maka anak pun akan melakukan hal yang sama saat ia menghadapi suatu konflik dalam interaksinya.

Selain itu, anak-anak yang tidak pernah melihat orang tuanya berkonflik atau beradu pendapat ternyata juga berpengaruh terhadap perkembangan mereka. Anak-anak ini akan lebih mementingkan pandangan orang lain ketika berkonflik. Mereka juga akan menjadi pribadi yang lebih memilih lari dari masalah daripada menghadapi masalah tersebut. Anak-anak tidak tahu cara mengekspresikan pendapatnya, tidak tahu bagaimana cara dirinya, kurang bisa mengekspresikan perasaannya, dan dapat memiliki pandangan bahwa suatu hubungan itu akan berhasil jika tidak pernah terjadi pertengkaran ataupun perselisihan pendapat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertengkaran yang dihadapi orang tua dapat memberikan dampak positif ataupun dampak negatif bagi psikologis anak. Dan poin penting dari situasi tersebut, bukanlah persoalan apakah orang tua boleh bertengkar atau tidak di depan anak, namun lebih kepada bagaimana sikap dan perilaku orang tua saat pertengkaran tersebut terjadi. Apakah orang tua dapat menemukan solusi atau tidak setelah bertengkar karena perbedaan pendapat diantara suami dan istri tidak dapat dihindari begitupun konflik dalam keluarga. Bila konflik yang muncul karena perbedaan mampu diselesaikan oleh orang tua dengan cara yang membangun dan positif sehingga akan memberikan suatu contoh dan pembelajaran berharga bagi anak untuk dapat dia bertumbuh lebih baik.

Pertengkaran orang tua yang diselesaikan dengan komunikasi yang sehat akan mengajarkan anak keterampilan sosial dalam mengeluarkan pikiran dan perasaannya dengan cara yang sehat. Anak-anak juga akan belajar cara mengontrol dirinya ketika ia dikuasai oleh rasa marah dan dapat mengkomunikasikannya dengan cara yang positif pada orang lain. Seperti berkata, "Aku marah sama kakak karena aku sedang main dengan mobil-mobilanku, tapi kakak mengambilnya dan merusaknya karena tidak kuberi”, “Aku marah karena mama tidak memperhatikanku dan tidak mendengarkanku saat aku bicara”, dsb.

Komunikasi yang dilakukan dengan cara yang positif juga akan memberikan suatu pandangan pada anak bahwa suatu keluarga dapat tetap hidup bersama sekalipun melewati situasi-situasi yang kurang ataupun tidak menyenangkan. Konflik yang diselesaikan dengan baik oleh orang tua akan mengajarkan anak lebih memahami, menghargai, dan menghormati dirinya ataupun orang lain.

Pada akhirnya, dari suatu konflik yang dihadapi dalam keluarga maka anak-anak akan belajar melihat dan menilai peristiwa yang terjadi disekitarnya dan tahu cara menghadapinya. Mereka juga menyadari bahwa kehidupan ini tidak selalu indah ataupun selalu menyenangkan didalam perjalanannya.

 

Referensi:

E. Mark Cummings and Patrick T. Davies. 2010. Marital Conflict and Children: An emotional Security Perspective. New York: Guilford Press.

Miriam Foley. (2022). Is It OK to Argue in Front of Your Kids?. Retrieved from: https://www.parents.com/parenting/relationships/is-it-ok-to-argue-in-front-of-your-kids/

Pamela Li. (2022). What Happens When Parents Fighting In Front Of Kids. Retrieved from https://www.parentingforbrain.com/parents-fighting/

Penulis: 
Astry Evana P.Y.H, S.Psi., M.Psi
Sumber: 
Psikolog Klinis RSJD Prov. Bangka Belitung

Artikel

02/12/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
29/11/2024 | Gita Riskika,S.Farm.
28/11/2024 | Rakhmawati Tri Lestari, S.Psi., M.Psi.
28/11/2024 | Zurniaty, , S. Farm., Apt
26/11/2024 | Ns..Sri Rahmawat,AMK,S.Kep.
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt
30/06/2016 | Wieke Erina Ariestya, S.Kep.Ners
30/11/2022 | Zurniaty, S. Farm., Apt
18/06/2022 | Gita Riskika,S.Farm.,Apt

ArtikelPer Kategori